KTP adalah jimat sakti untuk warga negara Indonesia. Sekaya apapun kamu tak akan bisa jadi nasabah BCA prioritas jika tak punya KTP. Begitu juga sekere apapun kamu tak bakal dapat bantuan bansos dari pemerintah jika tak ber KTP.
Iyaa KTP mempunyai kesaktian ampuh tanpa mandraguna yang memberi secercah harapan. Apalagi dikala pandemi yang tambah ngeri seperti saat ini. Untuk dapat bisa bertahan hidup dari amukan korona, paling tidak kamu harus punya KTP.
Dengan KTP harapan hidupmu setidaknya bertambah sekian persen. Dengan jimat sakti berwarna biru muda ini kamu bisa memperoleh vaksin. Dengan KTP juga kamu punya harapan untuk dapat bantuan bansos untuk bertahan hidup (eh emang beneran ada ya bansos itu). Iya saya tahu betapa susahnya berthan saat ini, saya juga kere sama seperti kamu.
Di negeri Indonesia yang wonderful ini, untuk urusan KTP memang kerap bikin geli dan kadang ngilani. Tak sedikit warga yang cangkeman di medsos atau mburah-mburah langsung di kantor dukcapil ketika mengurus jimat sakti bernama KTP. Sudah bukan rahasia lagi jika mengurus KTP baru memang mbundet dan ruwet.
Sebagai istri mantan programmer dukcapil saya pun jadi kepo akan keruwetan yang kerap membuat misuh si pengurus dan membuat ngamuk mantan ibu walikota yang sekarang menjadi ibu menteri. Tenang, di sini saya akan memberikan trik jitu agar kamu tak perlu cangkeman atau misuh-misuh ketika ngurus KTP.
Faktor utama mengurus KTP
Sebelum memberikan trik jitu, alangkah baiknya kita membongkar permasalahan yang kerap muncul ketika mengurus KTP baru. Menurut kakang Nam Do-san, secara garis besar dan garis lengkung merujuk pada dua faktor utama yang mempengaruhi keruwetan dalam mengurus KTP baru.
Faktor pertama yang menjadi masalah KTP tak bisa dicetak adalah karena data bermasalah. Hal ini beragam penyebabnya.
Bisa saja data kamu mengalami duplicate data, kondisi dimana satu warga negara mempunyai dua identitas. Ketika dilakukan perekaman bisa dipastikan datanya akan terduplicate.
Kesalahan data yang mungkin terjadi berikutnya bisa disebabkakn karena sistem bermasalah. Terkait duplicate data tidak selalu masyarakat yang menjadi penyebabnya. Perekaman sistem elektronik bukan tanpa bug (program tidak berfungsi sebagaimana mestinya). Secangih apapun sistem yang dibangun tidak ada yang sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT.
Seperti diawal perekaman masal tahun 2011 – 2013 terdapat bug. Bug disebabkan karena warga yang memakai softlen yang sama persis akan dianggap duplicate data di iris mata. Namum pada sistem perekaman versi selanjutnya bug ini sudah tidak ada, warga yang memakai softlen akan ditolak oleh sistem saat pengambilan iris mata.
Penyebab kesalahan data berikutnya yang mungkin terjadi adalah karena human error, kesalahan yang dilakukan oleh operator. Ini bisa terjadi ketika operator menskip salah satu step saat perekaman. Hal ini berakibat pada data yang tidak lengkap. Sehingga gagal saat dilakukan penunggalan sebelum di cetak.
Kesalahan data lainya kerap terjadi ketika pengambilan finger signature untuk warga lansia. Jari jemari yang sudah mulai kriput membuat tekstur kulit berubah. Hal ini menyebabkan alat pendeteksi susah membacanya. Saking kreatifnya operator, biasanya mereka akan dengan sukarela menganti dengan finger mereka. Tentu saja ini berakibat fatal karena data warga akan dianggap duplicate sama operator.
Namun ketika kamu jadi pejabat atau kerabat pejabat, masalah data tentu akan diprioritaskan. Kesaktian pejabat tak jauh beda dengan nasabah prioritas, tak perlu atri ataupun menunggu lama.
Faktor kedua yang membuat KTP tak dapat dicetak adalah karena blangko KTP elektronik kosong. Kepingan kecil berwarna biru muda itu kerap menjadi masalah klasik yang tak asyik. Sebenarnya ini lumrah terjadi, karena pengadakan blangko semuanya dari pusat. Stok blangko di daerah tentunya disupply dari pusat, ketika stok di daerah habis maka dipastikan cetak KTP berhenti. Iya lah, masak mau dicetak di kertas minyak. Masalah stok blangko dari pusat, alah emboh, kan Indonesia wonderful.
Ajaibnya blangko kosong kerap tak berlaku untuk pejabat ataupun kerabatnya pejabat. Sebab biasanya para pejabat tinggi dukcapil akan menyimpan beberapa lembar blangko KTP elektronik untuk antisipasi “orang-orang khusus ini”. Kan enggak keren, kalo pas walikota atau mantunya walikota mau cetak KTP terus dibilang “ maaf enggak bisa blangko KTP elektronik masih kosong”. Bisa panjang kali lebar urusannya nanti.
Sebenarnya hanya ad dua faktor yang mempegruhi eKTP tak dapat dicetak, pertama data bermasalah dan blangko kosong.
Kedua faktor itu tentu dapat diatasi meski memakan waktu yang lumayan lama dan butuh perjuangan yang tak mudah. Namun di Indonesia yang wonderful ini jalan pintas pasti selalu ada dan dianggap pantas. Jalan pintas yang dapat kamu ambil agar mudah mengurus eKTP baru adalah dengan menjadi pejabat, atau setidaknya kerabatnya pejabat. Tak hanya gampang untuk mengurus eKTP baru, bismillah direktur Antam pun pasti segera terwujud.
Gimana jitu bukan trik yang saya berikan. Mari berlomba untuk menjadi pejabat.
Comments