Beberapa waktu lalu kala saya menelusuri Google saya menemukan hasil skor Programme for International Student Assessment (PISA) Indonesia pada tahun 2022. Di tahun tersebut, skor Indonesia dalam kategori literasi senilai 359, terpaut 117 poin dari skor rata-rata global, 476 poin. Meski secara hasil keseluruhan mengalami peningkatan, tetapi pada kategori literasi mendapati perolehan poin terendah dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Hasil tersebut cukup mewakilkan kenyataan bahwa anak muda Indonesia dalam kondisi literasi yang tidak baik-baik saja. Padahal sependek sepengetahuan saya, setidaknya banyak upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi kondisi ini, seperti adanya event bazar buku, fasilitas perpustakaan keliling, sampai mempopulerkan aktivitas membaca buku dengan tren-tren yang kekinian, bookdate misalnya.
Apa Itu Bookdate?
Bagi yang belum tahu, “bookdate” pada dasarnya merupakan akronim dari kata ‘book’ dan ‘date’ dalam Bahasa Inggris yang berarti “kencan bersama buku”. Tetapi, kencan di sini bukan berarti benar-benar mengencani buku, lho!
Menurut saya konsep bookdate terbilang cukup sederhana dengan duduk santai bersama sambil membaca buku maupun berdiskusi seputar buku yang sedang atau telah dibaca. Selain itu, kegiatan ini juga cukup fleksibel untuk dilakukan dalam skala kecil maupun besar. Kalau skalanya besar biasa dilakukan di tempat-tempat yang luas dan terbuka seperti di tamah, namun bila melibatkan beberapa orang dapat dilakukan di tempat-tempat yang lebih kecil seperti di bangku-bangku kafe sembari menyeruput kopi kesukaan kita.
Mengapa Bookdate Worthy Untuk Dicoba?
Setidaknya, ada dua alasan yang saya tawarkan mengapa perlu mencoba bookdate. Pertama, bisa bertemu dengan sesama penggemar buku. Melakukan suatu hal dengan orang lain akan terasa lebih mengasyikkan, tak terkecuali saat bookdate. Tidak adanya teman sharing untuk berdiskusi suatu buku terkadang bisa menjadi faktor datangnya rasa bosan untuk membaca buku. Saya sendiri yakin bahwa tidak semua orang hidup di lingkungan yang gemar membaca. Bisa berbincang mengenai buku favorit kepada teman pun rasanya sulit sekali.
Bisa berada di lingkungan yang mendukung, bertemu dengan sesama penggemar buku tentu akan memotivasi kita untuk semakin giat membaca. Di saat yang sama, hal ini juga secara tidak langsung akan melebarkan mata kita untuk menerima kenyataan bahwa dunia literasi ya seluas itu. Seluas mustahilnya membaca seluruh buku yang ada, meskipun hanya pada satu genre saja.
Kedua, sharing session yang yang menambah wawasan. Menurut saya, bagian terseru dari sebuah bookdate ialah sharing session-nya. Mengapa? Karena sesi inilah yang mendorong saya untuk menerima informasi maupun insight baru dari peserta lain. Pertukaran perspektif, ide maupun gagasan dari masing-masing peserta pastinya akan menciptakan diskusi santai yang menarik. Sehingga membuat bookdate semakin ramai dan semakin banyak pula perspektif baru yang akan didapat.
Adanya keragaman genre yang diminati antar peserta bookdate akan mengantar kita untuk berkompromi dengan minat mereka karena belum tentu setiap peserta meminati genre yang sama, baik dalam fiksi maupun non fiksi. Pastinya, ada yang lebih meminati sebuah novel romansa ketimbang buku biografi Ludwig van Beethoven. Begitu pula sebaliknya.
Bayangkan saja, kita berkumpul dan berbincang bersama penikmat novel, penikmat buku sastra, dan penikmat buku sejarah dalam satu waktu. Dari Matahari karya Tere Liye sampai Guns, Germs, and Steel-nya Jared Diamond. Bukankah menarik?
Dimana Kita Bisa Menemukan Bookdate
Bagi yang tertarik mengikuti bookedate, kita dapat mencari informasi terkait penyelenggaraan bookdate di beberapa komunitas literasi, organisasi sekolah atau kampus, bahkan sampai penerbit-penerbit buku. Kalau kita seorang introvert yang lebih memilih bookdate dalam skala yang lebih kecil, kita bisa mengadakannya sendiri bersama teman-teman dekat. Toh, konsep acaranya tidak sesulit mengadakan kelas kepenulisan. Jadi ya gas aja.
Dengan mengikuti ataupun mengadakan aktivitas ini tentu harapannya hal ini dapat meningkatkan literasi pada diri sendiri maupun masyakarat sekitar, terutama di kalangan anak-anak muda.
Gambar: Freepik.com
Editor: Tama
Comments