Secara umum terdapat dua jenis buku, yatu buku fiksi dan non fiksi. Buku fiksi merupakan buku yang isinya berdasarkan cerita yang diimajinasikan oleh penulis, sedangkan buku non-fiksi berisi fakta yang sesuai dengan kenyataan. Buku non-fiksi sudah menjadi asupan sehari-hari untuk otak sejak sekolah dasar, contohnya seperti buku mata pelajaran, isinya memuat fakta-fakta scientific atau histori sebuah peristiwa maupun seseorang. Sedangkan, buku fiksi mungkin lebih banyak digemari, seperti buku dongeng hingga novel.

Kerap kali banyak orang tua yang memarahi buah hatinya jika membeli buku fiksi, atau bahkan guru yang menyita komik atau novel milik muridnya, banyak sekali anggapan membaca buku fiksi hanyalah membuang-buang waktu, tidak memberi manfaat, sia-sia dan tidak akan bikin pintar. Sehingga kerap kali banyak anak yang sembunyi-sembunyi membaca karya sastra karena takut dimarahi orang tua maupun kena sita. Meskipun maksud teguran guru dan orang tua tentunya baik supaya kita tidak berlebihan saja.

Namun, tak jarang perasaan bersalah membaca buku fiksi terbawa sampai dewasa, mindset sia-sia dan tak bikin pintar terngiang-ngiang bikin dilema. Apakah benar membeli buku fiksi tak ada manfaatnya, hanya kesenangan semata dengan manfaat fatamorgana, mungkin perasaan seperti ini pernah hinggap dalam hati pembaca. Namun, tak dapat dipungkiri membaca buku fiksi memang menyenangkan terlebih memiliki rekan satu frekuensi yang dapat diajak bertukar sudut pandang terkait cerita dari sebuah buku yang sedang sama-sama dibaca.

Jadi, apakah benar membaca buku fiksi adalah sia-sia?

Jawabannya tentu saja tidak. Ternyata membaca buku fiksi memiliki banyak manfaat besar yang berkontribusi pada diri kita dengan positif. Berikut manfaat membaca buku fiksi:

Membaca Buku Fiksi Dapat Meningkatkan Fungsi Otak

Para peneliti di Emory University melakukan pemindaian otak pada orang-orang berusia 20 tahunan yang membaca buku fiksi berupa novel, hasilnya menunjukan terdapat peningkatan konektivitas pada beberapa bagian otak. Hubungan yang terjadi pada otak ini tidak hanya muncul sesaat setelah membaca, namun bertahan beberapa hari. Dapat disimpulkan, rutin membaca buku fiksi dapat membantu meningkatkan fungsi otak kita. 

Membaca Buku Fiksi Dapat Meningkatkan Keterampilan Sosial

Holly Parker, Ph.D seorang dosen psikologi di Harvard University mengatakan, ketika kita membaca buku fiksi, kita cenderung menenggelamkan diri kita pada jalan cerita, dinamika situasi, perilaku hingga perasaan tokoh dalam cerita tersebut. Sehingga kita memperoleh sudut pandang baru dalam melihat kehidupan. Bagaimana kita memahami cerita tokoh fiksi dapat kita aplikasikan dengan interaksi di dunia nyata, sehingga kemampuan berempati kita lebih tajam.

Membaca Buku Fiksi Memungkinkan Kita Berumur Panjang

Nampaknya menjaga pola makan bukan satu-satunya rahasia untuk hidup sehat dan berumur panjang. Menikmati hidup dengan meluangkan waktu membaca buku juga memungkinkan berkontribusi pada rahasia umur panjang lho. Salah satu penelitian di Amerika Serikat menunjukkan orang-orang yang membaca buku 30 menit sehari lebih unggul dalam bertahan hidup dari pada yang tidak membaca buku. Dan kebanyakan orang-orang ini membaca buku fiksi!

Setelah tahu manfaat positif dari membaca buku fiksi, rasanya kita tak perlu merasa bersalah meluangkan waktu untuk membacanya apalagi masih mengadopsi pemikiran buku fiksi tak ada manfaatnya. Sejatinya membaca buku fiksi dapat menjadi “bentuk kabur” tersehat dari hiruk pikuk formalnya pekerjaan, tekanan akademik maupun tuntutan sosial. Mari hidup lebih lama dan menikmati waktu hidup ini dengan membaca buku-buku yang kita suka! ^^

“Membaca novel itu sama pentingnya dengan membaca non-fiksi. Jika non-fiksi mengasah nalar, pemikiran. Maka movel (fiksi) mengasah empati dan komunikasi” – J.S. Khairen-Penulis Novel

Editor: Bunga

Gambar: Google