Belakangan kabar duka tak pernah berhenti berkumandang. Dari notifikasi media sosial hingga corong pemberitahuan yang tak sengaja kita dengar. Awalnya kabar tersebut hanya kita tonton di layar kaca atau media sosial sampai akhirnya teman, saudara, kerabat saudara hingga kita sendiri ikut mengalami. Penyebabnya tidak hanya  wabah covid, tapi juga beragam, salah satunya karena memang waktunya di dunia sudah habis. Berikut beberapa tanda-tanda kematian yang seringnya kita luput untuk memperhatikannya.

Bulan Juli lalu, saya baru saja kehilangan seorang nenek. Pagi hari sebelum kepergiannya, beliau sangat sehat. Ya, beliau memang punya riwayat penyakit asam urat dan diabetes setahun terakhir. Tapi, saya perhatikan tahun 2021 penyakit tersebut berangsur membaik, bahkan bisa berjalan kemana-mana, ikut beberapa acara pengajian. Tapi, hari itu menjelang Maghrib saya tak menyangka nenek pergi secepat itu. Setelah sebelumnya masih sempat menyuruh saya membelikan tisu, kopi kapal api, susu jahe sidomuncul.

Sebagai cucu yang tinggal serumah, saya luput menyaksikan tanda-tanda kematian dan proses naza’. Seusai pulang dari membeli barang-barang yang saya ceritakan di atas. Nenek masih minta dibukakan insto obat mata, dan botol jamu. Setelah itu, saya tinggal duduk di ruang tamu sambil menunggu adzan Maghrib. Selang beberapa menit, saya mendengar suara aneh seperti suara dengkuran nenek tapi berbeda. Saya kira itu hanya suara selewatan saja. Tetapi, nyatanya terus berlangsung. Karena khawatir, saya pun menghampiri dan melihat nenek saya yang berbaring dengan kedua kakinya sudah tak berdaya tapi tenggorokannya terus saja mengeluarkan bunyi seperti “gherrr”

Saya kira lagi, nenek diserang sesak napas. Dalam kondisi ketakutan, saya menelpon pakde yang rumahnya tak jauh dari rumah. Sambil menunggu datang, saya memegang kedua tangannya yang berkeringat dingin. Namun, sewaktu pakde datang, nenek tak lagi bersuara. Saat itu pula denyut nadi, dan semua organ tubuhnya telah kehilangan fungsi. Di situlah saya merasa menyesal karena tak menyadari tanda-tanda kematian tersebut.

Dalam buku Quraish Shihab “Kematian adalah Nikmat” di surah Al-Qiyamah diterangkan bahwa proses keluarnya ruh dari jasad manusia melalui kerongkongan. Nabi SAW menyebutnya dengan “Gargarah” karena biasanya keluarnya ruh disertai dengan suara “gherrrr.” Dan mula-mula kematian dirasakan pada bagian betis “”وَالْتَفّتِ السَّاقُ بِاالسَّاقِ Di situlah seharusnya orang-orang terdekat mentalqin orang yang akan meninggal dunia. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW: لقِّنوا مَوْتاكم لا إلهَ إلَّا اللهُ

Tuntunlah seseorang yang akan meninggal dunia untuk mengucapkan kalimat: ‘Laa ilaaha illa Allah”

Imam Bukhari bercerita saat-saat terakhir Rasulullah, beliau memasukkan tangan ke dalam wadah yang berisi air dan mengucapkan “Laailaa ha illa llah inna lil mauti sakaraat” Tiada Tuhan yang wajib disembah selain Allah. Sungguh maut mempunyai sekarat. Nabi Muhammad pun ikut merasakan proses sakaratul maut. Dimana para ulama mengartikan sakaratul maut sebagai kesulitan dan kesukaran ruh saat meninggalkan badan. Hal ini jelas sekali ditandai dengan keringat dingin di tangan nenek. Menurut keterangan banyak ulama keperihan dan kesulitan tersebut tak dapat terlihat pada detik-detik kematian seseorang, karena kematian telah mematikan semua fungsi badan manusia sehingga keluhan tersebut tak dapat terdengar lagi.

Maka, salah satu penyesalan saya ialah tak punya kesempatan mentalqin nenek. Saya luput menyadari suara “gherrrr” adalah proses naza’ dan keringat dingin pertanda matinya fungsi tubuh. Semoga nenek berpulang dalam keadaan khusnul khatimah, diberikan tempat terbaik di sisi Allah. Dan semoga orang-orang yang telah mendahului kita diampuni dosa-dosanya dan dikumpulkan dengan orang-orang shaleh. Barangkali para pembaca pernah mengalami hal yang serupa atau juga sebagai pengingat kita yang masih hidup bahwa kematian bisa menjemput siapapun tak peduli sakit atau sehat, muda atau tua. Hendaknya kita selalu bersiap dengan selalu mengingat Allah dan tak berhenti beramal baik.

Editor: Nawa

Gambar: popbela.com