Bagi sebagian orang, pembangunan infrastruktur dianggap hanya memberikan manfaat secara ekonomi. Kemudian sebagian yang lain menganggap pembangunan infrastruktur hanya menghambur-hamburkan anggaran negara⸻tak jelas manfaat ekonominya. Sementara sebagian yang tersisa memilih tidak peduli sama sekali tentang pembangunan tersebut, entah karena memang tidak tahu atau malas mencari tahu. Padahal, cerita tentang pembangunan infrastruktur tak hanya kisah tentang pundi-pundi rupiah, tetapi juga tentang kisah-kisah lainnya yang jauh lebih penting dari angka. Tentang kebanggaan dan persatuan misalnya.
Bandara Internasional dengan Nuansa Tradisional
Setahun yang lalu, tepatnya tanggal 28 Agustus 2020, Presiden Joko Widodo meresmikan sebuah bandara bertaraf internasional yang berlokasi di Kulon Progo, Yogyakarta. Bandara yang dibangun untuk meningkatkan geliat pariwisata di Yogyakarta dan Jawa Tengah (khususnya di daerah Kulon Progo di sekitarnya) sekaligus atas dasar kondisi Bandara Adisutjipto yang sudah melebihi kapasitas penumpang. Menilik alasan ini, yang terlihat memang alasan manfaat secara ekonomi. Namun jika diamati lebih dalam, pada akhirnya keberadaan bandara baru ini berhasil memunculkan sebuah hal penting yang bernama ‘kebanggaan’.
Semenjak dioperasikan, bertebaran unggahan foto maupun video di jagat media sosial tentang pesona Yogyakarta International Airport (YIA). Yang membuatnya tetap istimewa sebagaimana ciri khas kota Yogyakarta tak hanya karena fasilitasnya yang berstandar internasional, tetapi juga nuansa khas Jawanya yang tetap dipertahankan. Dilansir dari akun instagram Yogyakarta International Airport, ditampilkan sebuah video yang menyorot bandara dari ketinggian. Dari ketinggian (apalagi di kala malam yang menyala indah dengan lampu warna-warni), memandang bandara Yogyakarta International Airport seolah menikmati hamparan jarik atau kain batik yang bermotif kawung. Belum lagi desain tempat duduk yang dilengkapi dengan lampu-lampu seperti yang ada di Malioboro. Nuansa yang seperti ini tentu saja menarik minat para generasi milenial.
Bejibun postingan dengan tema nuansa tradisional Yogyakarta International Airport dapat ditemukan dengan mudah di akun-akun media sosial generasi milenial. Fenomena seperti ini entah disadari atau tidak merupakan bukti bahwa pembangunan infrastruktur tak hanya memberikan manfaat secara ekonomi, tetapi juga mencipta rasa bangga atas budaya Nusantara. Generasi milenial yang awalnya mendamba modernitas, kini mulai menyapa kembali suatu hal yang bernama identitas. Fenomena seperti ini pernah disinggung oleh seorang sejarawan cum budayawan, Kuntowijoyo (2019) dalam Selamat Tinggal Mitos, Selamat Datang Realitas bahwa nasionalisme mulai terancam, bahkan dalam urusan piring. Banyak generasi muda yang sudah tak mengenal gethuk lindri; kue cucur; nagasari; dan sejenisnya, sebab mereka lebih akrab dengan pizza; sphagetty; hamburger; dan sejenisnya.
Oleh sebab itu, keberadaan Yogyakarta International Airport sebagai bandara yang menakjubkan (keren) dan media sosialable menjadi penumbuh rasa bangga dalam diri generasi muda karena telah memiliki Indonesia lengkap dengan budaya yang menyertainya. Sense of belonging inilah yang menjadi penanda bahwa generasi muda masih memiliki semangat nasionalisme di dalam dirinya. Pada akhirnya, memiliki bandara yang menakjubkan itu benar-benar membanggakan: bangga sebagai manusia Indonesia sekaligus bangga karena memiliki Indonesia.
Mempersatukan dengan Pembangunan
Selain membanggakan, pembangunan infrastruktur juga mempersatukan. Jalan Trans Papua adalah bukti nyata persatuan itu. Dulu, bertahun-tahun lamanya keluhan tentang “pembangunan hanya berpusat di Pulau Jawa” terus menggema. Pulau Jawa selalu menjadi ‘anak kesayangan’, sedangkan pulau-pulau lain (terlebih wilayah Indonesia Timur) seolah menjadi ‘anak tiri’ di dalam rumah sendiri. Kini, jalan sepanjang 908,8 km tersebut telah menjadi bukti bahwa tak pernah ada ‘anak tiri’ di rumah sendiri. Tak ada lagi kesenjangan antara yang barat dan yang timur, sebab semuanya adalah anak ibu pertiwi yang akan selalu dicintai dan disayangi.
Memang pembangunan Jalan Trans Papua juga memberikan manfaat dalam sektor ekonomi seperti mengurangi biaya dalam menempuh perjalanan⸻sebelum Jalan Trans Papua dibangun, jalur Merauke-Boven Digoel dapat ditempuh dalam kurun waktu berminggu-minggu. Kini dapat ditempuh cukup dengan waktu delapan jam⸻hingga meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat, namun manfaat yang tak kalah penting adalah mempersatukan setiap daerah di Indonesia yang terdiri atas kepulauan menjadi satu kesatuan utuh yang bernama Indonesia. Tak ada lagi kesenjangan, karena semua wilayah akan diperhatikan sebagaimana wilayah-wilayah yang lain. Akhir kata, pembangunan infrastruktur tak hanya menawarkan keuntungan, tetapi juga mengupayakan persatuan.
Editor: Ciqa
Gambar: Joss.co.id
Comments