Era pandemi covid saat ini mengharuskan kita untuk memutar balik otak bagaimana caranya agar tetap bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari. Hal ini tentu saja cukup sulit. Di saat yang bersamaan juga muncul suatu tren yang disebut thrift shop di kalangan anak muda.
Sebelum covid pun sebenarnya sebagian orang sudah bekerja banting tulang demi dapur bisa mengepul, lebih-lebih saat ini. Hampir semua sektor berjalan secara daring, orang banyak menyebutnya work from home. Orang tua mulai menyusun skala prioritas dalam keuangan keluarga, anak mulai tidak mendapat uang jajan, sedangkan kebutuhan justru semakin bertambah seperti vitamin dan masker.
Thrift Shop di Kalangan Anak Muda
Siapa yang menyangka saat ini barang bekas bisa menjadi sumber cuan. Belakangan ini bisnis thrift shop sedang digandrungi oleh kalangan anak muda. Barang tentu, sasaran pasarnya adalah anak muda yang low budget.
Apa sih thrifting? Kegiatan thrifting adalah kegiatan membelanjakan uang untuk membeli barang bekas. Jual beli baju bekas sebenarnya sudah cukup lama dilakukan. Akan tetapi, entah kenapa semenjak pandemi, hampir semua teman-teman saya di Instagram memposting akun jualannya yang isinya adalah jualan baju bekas.
Anak muda sendiri lebih suka menggunakan istilah thrift shop daripada baju bekas. Mungkin biar terlihat lebih ber-value. Sebab, tanpa kita sadari jika kita mendengar “baju bekas” tentu yang ada dibayangan kita adalah baju yang tidak layak pakai. Namun sebenarnya tidak semua baju bekas tidak layak pakai. Beberapa bahkan hampir mirip dengan baju baru setelah dipoles dengan mesin cuci dan setrika lalu dijual dengan harga yang lebih murah.
Kenapa Belanja di Thrift Shop?
Kenapa anak muda saat ini lebih memilih belanja di thrift shop? Pertama, harga baju yang murah. Semenjak pandemi ini uang jajan saya berkurang, karena diharuskan belajar dari rumah. Akan tetapi, hasrat ingin mengekspresikan diri melalui penampilan membuat saya beralih ke strategi lain, yaitu belanja atau membeli baju di thrift shop.
Sebab, sebagai anak muda, penampilan menjadi sangat penting dalam rentang usia saat ini meskipun hanya di rumah dan tampil di ruang online. Sehingga, thrift shop menjadi pilihan tepat untuk memperoleh baju yang sesuai selera dan harganya sesuai kantong.
Kedua, turut serta menjaga lingkungan. Dilansir dari insider.com, industri fashion menyumbangkan 8-10% emisi karbon global. Oleh sebab itu, mengurangi berbelanja baju baru juga merupakan salah satu cara dalam pelestarian lingkungan berkelanjutan. Menurut Rachel Kibbe, konsultan insider, mengatakan “The only true sustainable way to shop is to not shop at all, unless your’e buying clothes that already exist”. Sehingga kegiatan thrifting ini termasuk cara daur ulang dengan re-wear/mengenakan kembali pakaian yang sudah ada.
Ketiga, model baju yang anti-mainstream. Baju bekas yang dijual biasanya adalah baju yang hanya ada satu jenis saja sehingga cocok buat anak muda yang anti-mainstream. Jika beruntung, besar kemungkinan kamu bakal dapat baju dengan edisi terbatas yang tidak diproduksi kembali.
Keempat, lebih jago untuk mix and match yang sesuai gaya kamu. Kamu bisa leluasa mengeskpresikan gaya kamu dengan baju yang cuma ada satu dengan model vintage, retro atau casual hasil berburu kamu di thrift shop. Kelima, ladang bisnis bagi anak muda dan membantu mereka yang uang jajannya berkurang karena pandemi, namun tetap ingin tampil modis. Setelah kamu merasa bosan atau mungkin ingin mencoba gaya baru, kamu bisa menjual kembali baju kamu atau mungkin membuka toko thrift shop sendiri.
***
Terlebih lagi saat ini perkembangan media sosial yang cukup pesat dijamin baju bekas kamu bakal banyak dicari oleh pemburu baju bekas. Coba saja kamu ketik kata kunci ‘thrift’ di kolom pencarian Instagram, pasti akan banyak muncul toko online yang menjual baju bekas yang bisa menjadi referensi jualan kamu. Selain itu, saat ini banyak juga supplier baju bekas yang langsung menjual baju secara grosir untuk dijual kembali.
Jadi bagaimana, masih gengsi untuk beli baju bekas? Baju bekas bukan lagi barang yang tidak memiliki nilai, justru banyak menyumbangkan dampak positif. Di tengah pandemi saat ini, tidak ada salahnya kamu mencoba tren ini. Selain tetap fashionable, juga berpeluang menghasilkan cuan, lumayan untuk tambahan uang jajan yang di-stop sama orang tua kamu dan hitung-hitung sebagai kontribusi kamu dalam menjaga lingkungan. Keren kan!
Editor: Nirwansyah
Ilustrasi: Suara Jogja
Comments