Mengapa film-film zombie yang menyeramkan selalu menjadi tontonan menarik sepanjang masa? Hingga saat ini telah ada lebih dari dua lusin versi film zombie yang beredar di seluruh dunia. Walaupun temanya sudah usang, tapi tetap digemari para pecinta film. Inti ceritanya pun sebenarnya mirip-mirip, berawal dari hal yang tidak kelihatan seperti wabah penyakit atau virus misterius yang menyebar dengan cepat. Virus ini menginfeksi dan mengubah manusia menjadi zombie atau mayat hidup. 

Wabah penyakit atau virus ini muncul dari hasil kecelakaan proyek penelitian, atau memang sengaja disebarkan untuk menghancurkan umat manusia. Zombie dengan penampakan khasnya yang berjalan kaku tertatih-tatih, tangan bergerak menggapai-gapai, bajunya koyak-koyak, wajahnya pucat, matanya nanar, suara menggeram-geram dan tubuh penuh luka (bahkan ada beberapa bagian tubuhnya yang hilang). Mereka saling memangsa satu sama lain dan memangsa manusia yang belum terinfeksi. Sekali terkena gigitan makhluk ini, manusia akan tertular menjadi zombie seperti mereka.

Film-film zombie selalu memunculkan jagoan atau orang yang beruntung sebagai tokoh utama. Mereka yang beruntung ini lolos dari seleksi alam versi film zombie. Biasanya tokoh utama akan muncul dari sekelompok orang yang berjuang bersama melawan zombie, yang kemudian satu per satu mulai terinfeksi. Dilema besar muncul, ketika teman mereka terinfeksi dan berubah menjadi zombie hingga mereka terpaksa membunuhnya untuk membela diri. Sehingga tinggal-lah tokoh utama yang selamat keluar dari daerah itu, setelah menghancurkan para zombie.

Yang membuat film-film zombie menarik adalah kengerian yang berhasil dibangun oleh para kreatornya melalui makhluk yang bernama zombie. Penampakan makhluk ini terlihat nyata, dapat dibunuh atau dimusnahkan dengan berbagai senjata yang dimiliki manusia. Adegan-adegan keras dalam film-film zombie membuatnya dikategorikan dalam film bergenre horor dan action.

Covid-19: Musuh yang Tidak Kelihatan

Lalu bagaimana dengan kisah pandemi Covid-19 yang sedang melanda dunia saat ini? Bila kisah nyata ini diangkat menjadi sebuah film, mungkin akan menjadi film bergenre drama. Karena akan banyak dialog-dialog panjang, serta adegan-adegan sedih dan menegangkan di setiap sekuelnya.  Kreatornya pun harus berusaha keras untuk membuat film ini menarik, karena musuh yang dihadapi tokoh-tokoh utamanya tidak kelihatan.

Bila dilihat alur ceritanya pun hampir mirip dengan film-film zombie. Covid-19 dicurigai berasal dari laboratorium penelitian China yang diduga bocor, hingga menginfeksi ribuan orang di seluruh dunia. Akan tetapi, ada juga dugaan bahwa virus ini sengaja disebarkan dengan tujuan tertentu.

Banyak versi yang beredar, dan hingga saat ini kita belum tahu pasti dari mana sebenarnya virus ini berasal. Karena belum ada satu pihak pun yang mengaku bertanggungjawab. Namun, yang jelas sebagai akibatnya, saat ini dunia harus berjuang melawan musuh yang tidak kelihatan.

Berbeda dengan korban-korban zombie yang terlihat jelas gejalanya ketika terinfeksi, maka tidak demikian dengan Covid-19. Mungkin baru kali ini kita menjadi paranoid dengan orang yang demam, bersin, dan batuk. Karena patut dicurigai sebagai gejala ringan terinfeksinya seseorang dengan virus ini.

Walaupun tidak semua orang dengan gejala tersebut terpapar Covid-19, tapi rasa curiga telah menjangkiti semua orang. Dan patut diduga semua orang di luar rumah kita yang tampak sehat adalah orang tanpa gejala. Terlebih dengan meledaknya kasus positif di Tanah Air akhir-akhir ini, virus ini semakin luas penyebarannya dan semakin sulit untuk mendeteksi keberadaannya.

Covid-19 Itu Nyata

Saya sangat bisa memahami, upaya pemerintah yang begitu sulit untuk mengedukasi masyarakat bahwa virus ini nyata adanya. Logika masyarakat yang namanya musuh itu pasti dapat dilihat, dapat dirasakan, dan dapat dilawan. Himbauan untuk di rumah saja dalam upaya melawan virus ini mungkin terasa aneh bagi sebagian masyarakat. Mengapa kita harus di rumah? Kita sembunyi dari apa?

Belum lagi dengan penerapan prokes yang terasa ribet, ketika kita dipaksa memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Dan fitrah sebagai makhluk sosial yang tiba-tiba harus berubah total: tidak boleh kumpul-kumpul, tidak boleh saling berkunjung, tidak boleh bersentuhan satu sama lain.

Saya masih ingat abang tukang sayur langganan saya, yang saya tegur karena menurunkan maskernya di dagu saat berjualan. Sambil membetulkan maskernya, dengan polosnya dia bertanya “Memangnya corona itu ada bu? Bentuknya seperti apa?”. Masih saja ada pertanyaan seperti itu, padahal dampaknya sudah sangat jelas.

Rumah sakit, ICU, dan pemakaman penuh. Oksigen dan ambulan antri. Nakes, pengurus TPU, satgas Covid yang kelelahan, dan banyak orang yang kehilangan anggota keluarganya. Pemahaman masyarakat awam tentang virus ini sungguh menyedihkan. Mungkin mereka lebih suka bila virus ini berwujud nyata, seperti zombie atau monster. Tentunya pemerintah tidak perlu capek-capek mengedukasi mereka, karena naluri manusia akan sembunyi dan melawan dengan sendirinya bila musuhnya kelihatan.

Bila ada alat deteksi virus ini secara realtime, masyarakat mungkin akan berbondong-bondong membelinya. Dan saya yakin, bila alat itu tersedia pada kondisi sekarang, masyarakat tidak ragu lagi untuk menjalankan prokes dan diam di rumah. Mereka akan dapat melihat secara langsung setiap titik berbahaya yang mengindikasikan keberadaan virus. Pada benda-benda pribadi dan fasilitas-fasilitas umum atau pada tubuh orang yang sakit, tubuh orang yang terlihat sehat, bahkan yang ada di tubuh mereka sendiri.

Simpati dan Empati

Kita tidak tahu sampai kapan kondisi ini akan kita alami. Sementara alat dalam angan-angan saya itu belum tercipta, ada baiknya kita menerapkan prokes dan diam di rumah hingga kondisi aman. Kita harus empati dengan pengorbanan para nakes, satgas Covid, dan petugas TPU. Kita harus peduli dengan para korban Covid yang sedang berjuang untuk tetap hidup dan sembuh. Kita harus simpati dengan trauma yang dialami para penyintas dan keluarga yang ditinggalkan para korban Covid-19.

Dan seperti halnya di film-film zombie, menjadi dilema besar bagi kita ketika ada keluarga, kerabat, sahabat atau teman yang kita kenal baik terinfeksi virus ini. Karena kita tidak bisa mendekat apalagi merawat, hanya bisa memberi semangat dan mendoakan dari jauh. Dan bila mereka sembuh, pengalaman mereka menjadi sangat berharga untuk pembelajaran orang lain.

Para penyintas inilah tokoh utama yang sebenarnya. Merekalah para jagoan yang beruntung lolos dari virus yang mematikan ini. Mereka adalah pemenang sejati dari seleksi alam dalam arti yang sebenarnya, bukan hanya dalam versi film.

Kita pun tidak tahu apakah kita bisa seberuntung mereka bila Covid menyapa. Tidak ada yang dapat memastikan dirinya aman dan kebal dalam kondisi sekarang ini. Kita hanya berupaya untuk patuh dengan himbauan pemerintah, banyak berdoa dan mengharapkan keberuntungan.  Semoga musuh yang tidak kelihatan ini segera bisa kita kalahkan dan pandemi segera berakhir. Sehingga dunia akan pulih, dan kehidupan dapat berjalan normal seperti sedia kala.

Editor: Nirwansyah

Ilustrasi: PRFM News – Pikiran Rakyat