Tukang cukur oh tukang cukur~
Tak bisa dimungkiri eksistensi media sosial memiliki peran sangat penting bagi para pelaku usaha dalam memasarkan produk atau jasa yang mereka tawarkan. Berdasarkan riset dari Hootsuit dan We Are Sosial, Indonesia masuk dalam daftar 10 besar negara yang kecanduan media sosial. Posisi Indonesia sendiri berada di peringkat 9 dari 47 negara yang dianalisis.
Lebih lanjut dari laporan itu menyampaikan jika, rata-rata waktu pengunaan WhatsApp warga Indonesia di perangkat Android sebesar 30,8 jam per bulan. Kemudian diikuti Facebook (17 jam per bulan), Instagram (17 jam per bulan), TikTok (13,8 jam per bulan), dan Twitter (9,1 jam per bulan).
Tingginya intensitas penggunaan media sosial oleh masyarakat tentu menjadi peluang bagi pelaku usaha untuk lebih memperluas jangkauan pemasaran produk atau jasa mereka. Tak terkecuali bagi tukang pangkas rambut.
Bagi pengguna media sosial khususnya Instagram dan TikTok pasti tak jarang menyaksikan video atau gambar yang menampilkan proses atau hasil potongan rambut yang dieksekusi oleh para tukang cukur atau yang istilah kerennya disebut Barber ini.
Para pelaku usaha yang bergerak di bidang jasa potong rambut ini memanfaatkan media sosial untuk menumbuhkan rasa ketertarikan bagi masyarakat akan potongan rambut keren yang bisa diperoleh lewat skill mereka dalam menggunakan alat cukur.
Tentu bagi sebagian masyarakat, konten itu adalah sebuah hal menarik yang layak mendapatkan pengorbanan dari paket data internet. Menonton sambil membayangkan rambut kita akan mendapatkan perlakukan serta hasil yang bisa bikin penampilan tampak lebih oke. Why not?
Sebenarnya mengambil gambar hasil potongan dari pelanggan yang mereka layani itu wajar, selama si pelanggan tak merasa keberatan. Namun, yang jadi masalah dan kerap bikin jengkel, saat para tukang cukur ini mengambil gambar tanpa izin dulu sama si pemilik rambut.
Kami paham jika para tukang cukur kepengin menunjukkan hasil potongan rambutnya ke khalayak luas demi menarik orang-orang agar datang berkunjung dan menggunakan jasa mereka. Tapi kami yang jadi model tanpa seizin tukang cukur ini juga merasa risih.
Potongan mereka mungkin keren. Tapi kami sendiri si pemilik rambut kadang merasa tak percaya diri dengan penampilan wajah kami sehabis cukuran. Sebab, saya dan mungkin banyak orang di luar sana menyadari jika ada saja jenis orang yang akan tetap tampak telihat keren dengan potongan rambut apapun.
Dan sialnya, ada juga jenis orang yang kadang meski potongan rambutnya sudah keren, tetapi tampangnya tetap terlihat mengkhawatirkan. Kadang insecure sendiri pas melihat wajah kita tampil di akun mendia sosial tukang cukur ini. Cukurannya keren tapi wajah kita kok terlihat aneh gitu.
Kekesalan semacam ini juga banyak dialami orang di sekitaran saya. Bahkan salah seorang kawan mengakui, jika ia beralih ke tempat cukur lain hanya karena persoalan sederhana semacam ini menimpa dirinya.
Bagi saya para tukang cukur ini sah-sah saja mengunggah hasil potongan mereka di media sosial asal harus sesuai persetujuan si pemilik rambut. Mem-blur bagian wajah juga bisa menjadi alternatif lain agar hasil potongan rabut si tukang cukur bisa mereka tampilkan tanpa membikin para pelanggannya merasa kesal.
Lagi pula untuk perkara minta izin juga tidak sulit. Tinggal menyampaiakan saja sama si pelanggan apakah mereka boleh mengambil dan mengunggah gambar potongan rambutnya ke dinding medsos mereka atau tidak. Melakukan hal demikian tentu akan membuat pelanggan merasa nyaman, dan privasi mereka juga akan merasa dihargai.
Sedangkan bagi kami para pelanggan, kadang untuk hanya sekadar memulai menyampaikan penolakan kepada tukang cukur agar tak mengambil gambar terkesan agak berat. Ada rasa enggan di sana: takut dicap sombong, takut dianggap sok kekerenan, takut dianggap macam-macam, serta stigma-stigma buruk lainnya.
Perkara izin untuk mengambil gambar ini harusnya menjadi perhatian serta bagian dari pelayanan yang diberikan tukang cukur kepada pelanggan. Sederhana tapi punya efek bagi keputusan si pelanggan kedepannya untuk mempercayakan rambut mereka dipangkas oleh tukang cukur ini atau itu.
Kepuasan pelanggan tidak semata diperoleh dari potongan keren yang bisa para tukang cukur berikan, tetapi perlakuan tukang cukur ke pada si pelanggan juga menjadi bagian yang tak boleh diabaikan. Termasuk meminta izin kepada si pemilik rambut apakah hasil potongannya.
Editor : Hiz
Foto : Bisnis.com
Comments