Bicara soal siapa orang bodoh, ada banyak definisi tentangnya. Misal, di sekolah (di Indonesia) peserta didik akan dicap bodoh atau direndahkan bila menguasai beberapa mata pelajaran saja. Anak IPA yang tak bisa menjelaskan apa itu mubtada’ akan dianggap bodoh. Anak jurusan keagamaan yang tak mengerti jenis bebatuan akan dicap bodoh atau juga direndahkan. Anak IPS yang tak hafal Hukum Newton, tak bisa membuat baju Iron-Man/mengangkat palu Thor/mengalahkan Thanos akan dikatakan bodoh. Pertanyaannya, apakah dalam kehidupan sosial hal tersebut juga berlaku?

Hal tersebut nampaknya tak terlalu diperhatikan dalam kehidupan sosial. Justru yang paling banyak mendapat sorotan adalah bagaimana cara kita bertingkah. Mari renungkan! Saat kita bergaul dengan seseorang, pasti kita akan menilainya berdasarkan sikapnya. “Dia tipe orang yang sombong. Dia ramah. Dia humoris”. Semua itu bisa kita ucapkan berdasarkan bagaimana sikap seseorang di depan kita. Lantas, sebenarnya seperti apa definisi orang bodoh dalam kehidupan sosial?

Berdasarkan beberapa pengalaman, orang bodoh itu biasanya diremehkan. Ada banyak tipikal sikap seseorang yang membuat dirinya diremehkan. Tiga di antaranya, yakni:

1. Direndahkan karena Suka Menyalahkan

Orang yang suka menyalahkan di sini maksudnya adalah orang yang kerap kali menyalahkan tanpa dasar fakta. Dia menghakimi sekehendak hati, seenak mulut. Apabila ditunjukkan padanya fakta yang benar, dia akan menyanggah, tak terima, lalu mencari pembenaran. Intinya, “Tidak ada kebenaran selain dari dirinya”.

Orang dengan ciri khas seperti ini sudah pasti tak disukai dalam kehidupan sosial. Selain itu, orang lain juga akan mencap dirinya sebagai orang bodoh sebab ia tak mau menerima fakta. Saran kami bila bertemu orang seperti ini, katakan “Iya” terhadap apa yang dia utarakan. Jika tak bisa, cukup diam dan (pura-pura) mendengarkannya.

2. Menyombongkan Apa yang Dimiliki

Ini adalah tipikal orang yang ”sangat” menyebalkan. “Pekerjaan kamu seperti ini? Kamu Cuma lulus SMA, ya? HP-mu kayak gitu?”. Begitu kurang lebih kata-kata mutiara yang sering diucapkannya. Seolah-olah hanya dirinya yang paling hebat, paling dihormati, paling kaya, penguasa dunia.

Parahnya lagi, orang seperti ini tak menyadari kesongongannya dan justru terus merasa paling di atas. Padahal, orang lain menilai dirinya sebagai pribadi rendahan yang tak punya tata krama.

3. Minteri

Minteri adalah istilah yang dipakai orang Jawa untuk menyebut orang yang suka menggurui, tetapi kapasitas keilmuannya tak memadai. Selain itu, cara dia menggurui pun sangat menjengkelkan, merendahkan orang lain. “Tulisanmu kok jelek banget sih!? Kalo nggak punya jiwa seni, nggak usah sok belajar Photoshop! Bikin proposal ‘tu nggak’ kayak gini!”, dan sebagainya.

Haduh! Jujur, orang seperti ini ngganggu banget di kehidupan. Bukannya semakin giat, orang seperti ini justru membuat kita berhenti belajar. Mayoritas orang cenderung menjauhi orang yang suka minteri, sebab ia dianggap sebagai toxic people.

Itulah 3 tipikal orang yang dipandang bodoh dan diremehkan di lingkungan sosial. Dari sini bisa kita ambil kesimpulan bahwa, sikap kita menentukan kualitas kita. Orang akan “otomatis” menghormati kita bila sikap kita baik.

Oleh karena itulah, mari perbaiki sikap kita selama ini. Bukan karena agar dihormati, melainkan supaya kita tak mencelakakan diri sendiri. Selalu ada waktu untuk melakukan perbaikan, tinggal kita sendiri yang bersedia atau enggan. Semoga kita tak termasuk golongan 3 tipikal di atas dan semoga kita dijauhkan dari sikap-sikap tersebut.

Aamiin.