Pasti kamu sudah tidak asing lagi dengan kalimat “hompimpa alaium gambreng” yang selalu diucapkan ketika ingin memulai suatu permainan.

Hompimpa alaium gambreng bagaikan sebuah ritual yang harus dijalani oleh anak-anak untuk memulai suatu permainan, dengan membolak-balikkan telapak tangan untuk menentukan menang dan kalah atau membagi beberapa kelompok.

Sewaktu masih anak-anak mungkin kita tidak terlalu mempedulikan arti hompimpa alaium gambreng. Yang terpenting adalah kita bisa bermain bersama teman-teman.

Namun, ketika dewasa kita jadi penasaran, sebenarnya kenapa sih kalimat hompimpa alaium gambreng ini diucapkan ketika ingin memulai permainan? Apa ada makna dibalik kalimat hompimpa alaium gambreng?

Berasal dari Bahasa Sansekerta

Hompimpa alaium gambreng berasal dari bahasa sansekerta, yang memiliki makna “Dari Tuhan kembali ke Tuhan, Ayo bermain!”.

Kata “hong” atau “hom” atau “om” berarti Tuhan, sedangkan kata “Gambreng” berarti Ayo bermain! Atau semacam aba-aba seperti kata “grak!” dalam baris berbaris.

Ternyata arti hompimpa alaium gambreng yang sering kita ucapkan dulu sebelum memulai permainan petak umpet, petak jongkok, gobak sodor dan lain sebagainya, memiliki makna yang begitu dalam tentang ketuhanan.

Namun, tidak hanya sekedar dari pemaknaan kalimatnya, hompimpa alaium gambreng  juga memberikan pelajaran lainnya.

Belajar Menerima Keadaan atau Legowo

Hampir semua permainan tradisional menggunakan hompimpa alaium gambreng untuk menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah atau juga untuk membagi kelompok.

Kesepakatannya ditentukan dari jumlah telapak tangan hitam dan putih. Tentunya kita sebagai pemain cukup sulit memprediksi telapak tangan teman-teman kita yang keluar, hitam atau putih.

Maka, ketika sudah dikatakan “gambreng!” kita harus menerima hasilnya apapun keadaanya, misalnya kita menjadi orang yang kalah dan harus mencari teman kita di permainan petak umpet.

Atau kita harus satu tim dengan teman kita yang nggak gesit di permainan gobak sodor. Mau tidak mau kita harus menerima itu semua sebagai hasil dari ritual hompimpa alaium gambreng.

Belajar Bermusyawarah

Kesepakatan-kesepakatan yang kita tentukan sebelum memulai hompimpa alaium gambreng, mengajarkan kita untuk bermusyawarah untuk mengambil keputusan.

Biasanya kesepakatannya adalah yang jumlah telapak tangannya paling sedikit dia yang kalah ataupun sebaliknya. Sesuai bagaimana para pemain menyepakati aturan sebelum melakukan hompimpa alaium gambreng.

Bermusyawarah tentunya berkaitan dengan sila ke 4 dalam Pancasila. Secara tidak sadar, dulu kita sudah melakukannya untuk sekedar memulai permainan tradisional.

Harusnya, nilai-nilai ini bisa kita terapkan diusia kita yang sudah dewasa untuk mengedapankan musyawarah saat ingin mengambil suatu keputusan.

Belajar Menyadari Tindakan yang Dilakukan

Dalam melakukan hompimpa, hanya ada dua kemungkinan yaitu hitam atau putih, tentunya saat melakukan gambreng! Kita menyadari betul pilihan yang kita ambil hitam atau putih, serta konsekuensi yang kita dapat.

Entah hasilnya kita menjadi pihak yang menang ataupun yang kalah. Dari sini kita belajar menerima konsekuensi yang kita dapat dari pilihan yang kita ambil.

Jika diibaratkan dalam kehidupan, semakin kita dewasa, semakin banyak pilihan untuk menjalani hidup. Misalnya memilih jurusan kuliah, memilih pekerjaan, sampai memilih pasangan.

Semua pilihan itu sepenuhnya kita yang menentukan, dan kita sendiri yang menerima segala konsekuensi yang akan kita dapatkan.

Gimana? Gak menyadari kan sebelumnya kalau ternyata arti hompimpa alaium gambreng memiliki makna yang begitu filosofis dan banyak pelajaran yang bisa kita ambil.

Dari hal yang mungkin terlihat sepele, sering kita lakukan saat masih anak-anak bisa memberikan nilai-nilai kehidupan yang dapat kita terapkan saat dewasa.

Editor: Lail

Gambar:

3 Pelajaran yang Bisa Kamu dapat dari Hompimpa

Pasti kamu sudah tidak asing lagi dengan kalimat “hompimpa alaium gambreng” yang selalu diucapkan ketika ingin memulai suatu permainan.

Hompimpa alaium gambreng bagaikan sebuah ritual yang harus dijalani oleh anak-anak untuk memulai suatu permainan, dengan membolak-balikkan telapak tangan untuk menentukan menang dan kalah atau membagi beberapa kelompok.

Sewaktu masih anak-anak mungkin kita tidak terlalu mempedulikan arti hompimpa alaium gambreng. Yang terpenting adalah kita bisa bermain bersama teman-teman.

Namun, ketika dewasa kita jadi penasaran, sebenarnya kenapa sih kalimat hompimpa alaium gambreng ini diucapkan ketika ingin memulai permainan? Apa ada makna dibalik kalimat hompimpa alaium gambreng?

Berasal dari Bahasa Sansekerta

Hompimpa alaium gambreng berasal dari bahasa sansekerta, yang memiliki makna “Dari Tuhan kembali ke Tuhan, Ayo bermain!”.

Kata “hong” atau “hom” atau “om” berarti Tuhan, sedangkan kata “Gambreng” berarti Ayo bermain! Atau semacam aba-aba seperti kata “grak!” dalam baris berbaris.

Ternyata arti hompimpa alaium gambreng yang sering kita ucapkan dulu sebelum memulai permainan petak umpet, petak jongkok, gobak sodor dan lain sebagainya, memiliki makna yang begitu dalam tentang ketuhanan.

Namun, tidak hanya sekedar dari pemaknaan kalimatnya, hompimpa alaium gambreng  juga memberikan pelajaran lainnya.

Belajar Menerima Keadaan atau Legowo

Hampir semua permainan tradisional menggunakan hompimpa alaium gambreng untuk menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah atau juga untuk membagi kelompok.

Kesepakatannya ditentukan dari jumlah telapak tangan hitam dan putih. Tentunya kita sebagai pemain cukup sulit memprediksi telapak tangan teman-teman kita yang keluar, hitam atau putih.

Maka, ketika sudah dikatakan “gambreng!” kita harus menerima hasilnya apapun keadaanya, misalnya kita menjadi orang yang kalah dan harus mencari teman kita di permainan petak umpet.

Atau kita harus satu tim dengan teman kita yang nggak gesit di permainan gobak sodor. Mau tidak mau kita harus menerima itu semua sebagai hasil dari ritual hompimpa alaium gambreng.

Belajar Bermusyawarah

Kesepakatan-kesepakatan yang kita tentukan sebelum memulai hompimpa alaium gambreng, mengajarkan kita untuk bermusyawarah untuk mengambil keputusan.

Biasanya kesepakatannya adalah yang jumlah telapak tangannya paling sedikit dia yang kalah ataupun sebaliknya. Sesuai bagaimana para pemain menyepakati aturan sebelum melakukan hompimpa alaium gambreng.

Bermusyawarah tentunya berkaitan dengan sila ke 4 dalam Pancasila. Secara tidak sadar, dulu kita sudah melakukannya untuk sekedar memulai permainan tradisional.

Harusnya, nilai-nilai ini bisa kita terapkan diusia kita yang sudah dewasa untuk mengedapankan musyawarah saat ingin mengambil suatu keputusan.

Belajar Menyadari Tindakan yang Dilakukan

Dalam melakukan hompimpa, hanya ada dua kemungkinan yaitu hitam atau putih, tentunya saat melakukan gambreng! Kita menyadari betul pilihan yang kita ambil hitam atau putih, serta konsekuensi yang kita dapat.

Entah hasilnya kita menjadi pihak yang menang ataupun yang kalah. Dari sini kita belajar menerima konsekuensi yang kita dapat dari pilihan yang kita ambil.

Jika diibaratkan dalam kehidupan, semakin kita dewasa, semakin banyak pilihan untuk menjalani hidup. Misalnya memilih jurusan kuliah, memilih pekerjaan, sampai memilih pasangan.

Semua pilihan itu sepenuhnya kita yang menentukan, dan kita sendiri yang menerima segala konsekuensi yang akan kita dapatkan.

Gimana? Gak menyadari kan sebelumnya kalau ternyata arti hompimpa alaium gambreng memiliki makna yang begitu filosofis dan banyak pelajaran yang bisa kita ambil.

Dari hal yang mungkin terlihat sepele, sering kita lakukan saat masih anak-anak bisa memberikan nilai-nilai kehidupan yang dapat kita terapkan saat dewasa.

Editor: Lail

Gambar: Google