Tinggal disebuah negara yang maju dengan fasilitas menunjang tentunya jadi dambaan banyak orang, terlebih bagi pecinta drama korea. Pemandangan kota yang indah dan rapi hampir disuguhkan disetiap episode dalam drama korea dan membuat kita yang menonton ingin pergi dan tinggal disana. Apalagi kalau kamu sobat K-popers yang punya impian dapat ketemu Idol favoritmu dijalan, tentunya tinggal di Korea Selatan menjadi sebuah impian.
Tapi sebelum memutuskan tinggal di Korea Selatan karena terpengaruh dari Drama Korea lebih baik kamu tahu fakta-fakta kehidupan di Korea Selatan seperti apa, sayangnya fakta ini kebanyakan berbanding terbalik dengan apa yang disuguhkan dalam Drama. Lalu kenapa kamu harus tahu fakta-fakta ini? Karena kehidupan nyata disana nggak semanis dalam drama, my bestiee!
Rasisme yang Tinggi di Korea Selatan
Bukan rahasia lagi kalau negeri gingseng ini masyarakatnya masih banyak yang rasis. Untuk saat ini alasan mereka rasis bisa beragam tapi sebenarnya kalau ditilik lebih dalam lagi masyarakat Korea Selatan adalah masyarakat yang homogen, mereka hanya punya satu ras yaitu ras Asiatic Mongoloid, ras ini mempunyai perawakan kulit putih dan mata sipit. Dengan hanya adanya satu ras tersebut membuat rakyat korea menjadi homogen dan membuatnya sulit untuk menerima perbedaan. Berbeda dengan negara Indonesia yang memiliki beragam ras. Tetapi kita tidak bisa memungkiri kalau di Indonesia juga masih ada rasisme antar ras.
Rasisme yang diakibatkan masalah ras dan warna kulit disebut dengan colorisme, dimana disana seseorang yang berkulit semakin hitam dirasa semakin hina. Selain masalah terhadap colorisme, rasisme dari masyarakat Korea Selatan juga banyak ditujukan untuk masyarakat Asia lainnya karena merasa negara mereka sudah maju sehingga lebih tinggi dibandingkan negara Asia lainnya, sikap rasis ini dijumpai terlebih untuk Asia Tenggara yang notabene masih negara berkembang.
Masalah rasisme di Korea Selatan dinilai cukup serius hingga membuat PBB ikut turun tangan. Namun seiring berjalannya waktu, banyak pendatang yang sudah masuk di Korea Selatan dan juga seiring majunya pendidikan disana membuat pemikiran masyarakat perlahan berubah walaupun rasisme tetap masih ada namun nggak sebanyak dahulu.
Ppalli-Ppalli Ala Korea Selatan
Budaya cepat-cepat. Kalau sering nonton drama korea harusnya sudah nggak asing ya dengan ini. Hampir semua warga Korea Selatan melakukan aktivitas dengan cepat. Mengejakan tugas cepat, jalan saja cepat, bahkan makan yang harusnya bersantai saja harus cepat-cepat. Mereka nggak mau membuang waktu. Budaya cepat-cepat ini lebih dapat diartikan dengan tergesa-gesa. Konon katanya, sih, budaya ppalli-ppalli ini sudah ada sejak dulu dan mendarah daging di masyarakat Korea Selatan hingga mereka pada akhirnya mendapat momentum yang tepat untuk membangun negaranya dengan cepat yaitu pasca kemerdekaannya dari Jepang. Beberapa hal yang berbau dengan Jepang sangat sensitif bagi Korea Selatan. Impian mereka yaitu ingin melampaui Jepang, atau setidaknya menyamainya.
Kalau dipikir-pikir, Indonesia dulu dijajah oleh Belanda yang konon katanya selama 350 tahun dan dijajah oleh Jepang selama 3,5 tahun, tapi kok ya kita nggak kepengen melampaui mereka ya? Ya atau seenggaknya menyamainya?
Jarang yang Bisa Bahasa Inggris
Walaupun Korea Selatan sudah termasuk negara maju tetapi nggak banyak yang bisa Bahasa Inggris loh. Kalau kamu pergi ke Seoul masih mending karena disana adalah ibukota Korea Selatan dan banyak sekali pendatang membuat masyarakatnya lumayan yang bisa Bahasa Inggris, tapi kalau kamu pergi ke Daegu, Busan, atau kota lainnya akan minim yang bisa Bahasa Inggris. Jadi setidaknya ya kamu yang harus bisa sedikit-sedikit Bahasa Korea.
Kalau kamu orang asing dan sedang ditempat umum saat di Korea Selatan, ada kemungkinan kalau mereka bakal menjahuimu. Saat di subway atau bis nggak ada yang mau duduk didekatmu biasanya mereka bukan karena rasis atau diskriminasi terhadap orang asing tetapi mereka nggak mau ditanyai kalau kamu minta petunjuk arah jalan atau pertanyaan yang lain. Tidak lain dan tidak bukan, itu karena mereka nggak bisa Bahasa Inggris. Jadi jangan su’uzon dulu langsung menganggap mereka rasis, bukan yaa, mereka cuma takut kalau kamu tanya dan mereka nggak bisa jawabnya.
Meludah Sembarangan
Nah loh, nggak sesuai ekspektasimu ya? Mungkin kamu akan punya ekspektasi kalau orang Korea Selatan adalah orang yang sangat menjaga kebersihan, khususnya kebersihan publik. Well, sebenarnya benar. Tapi ada satu kebiasaan unik mereka yaitu membuang ludah sembarangan. Jadi malah berbanding terbalik dengan menjaga kebersihan publik kan ya? Tapi mau bagaimana lagi sudah kebiasaan mereka seperti itu. Mungkin kebiasaan unik nan ajaib ini nggak banyak ditanyangin di drama Korea, ya iyalah, wong kebiasaan yang ini cukup menjijikkan. Di Indonesia sendiri saya juga pernah menemui hal seperti ini, tapi ya nggak tiap hari dan tiap orang melakukan.
Public Display of Affection
Persis seperti di drakor-drakor yang sering kamu tonton. Pasangan di Korea selatan lebih terbuka dalam menunjukkan kasih sayang seperti ciuman, gandengan, pelukan. Hal ini juga berlaku untuk pertemanan sesama jenis, wanita dengan wanita dan pria dengan pria, bukan berarti mereka gay atau lesbian. Bukan, yaa. Itu murni ingin menunjukkan kasih sayang. Kalau di Indonesia skinship antara pria dengan pria masih agak jarang kita temui, dan kalau ada pun pasti bakal banyak komentar dari orang lain.
Setelah tahu beberapa fakta-fakta kehidupan di Korea Selatan tetap ingin tinggal disana atau malah balik haluan dan nggak berminat mengunjungi negeri ginseng ini?
Editor: Ciqa
Gambar: Pexels
Comments