Setiap orang, tentunya menginginkan hidup bahagia. Menurut Sligman, kebahagiaan merupakan emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas positif yang disukai oleh individu. Baginya, emosi positif ini dibagi menjadi tiga, yaitu berhubungan di masa lalu, sekarang, dan di masa depan. 

Emosi positif terkait masa depan mencakup optimis, harapan, dan keyakinan. Adapun emosi positif terkait masa lalu mencakup kepuasan, kebanggaan, dan ketenangan. Sedangkan emosi positif terkait masa kini adalah kesenangan.

Singkatnya, secara umum kebahagiaan dimaknai sebagai kondisi emosi positif dengan keadaan yang penuh rasa senang, penuh syukur, dan puas. Sehingga, hal seperti ini menjadi doktrin terbesar dalam merombak kehidupan yang dipenuhi lika-liku kesengsaraan.

Rasulullah juga mengajarkan tentang kebahagiaan yang sesungguhnya. Sebagaimana yang diriwayatkan Imam Baihaqi, yaitu “….dan ridhalah dengan apa yang diberikan Allah untukmu, maka kamu akan menjadi orang yang paling kaya….”

Point terpentingnya adalah menerima dan ridha atas pemberian Allah Swt. Jikalau kebahagiaan memang tujuan utama, walaupun apa yang diberikannya sesederhana mungkin, selagi ridha, hal ini sudah membuat hidup terasa nyaman dalam menjalaninya. 

Di samping itu, menyandarkan diri kepada Allah Swt, tentunya tidak sia-sia. Dari situ kita sadar bahwasannya apapun yang ada di dunia ini merupakan kehendaknya. Sehingga, mensyukuri apa yang dikehendaki Allah Swt, merupakan salah satu cara dalam memperoleh kebahagiaan yang sejati. 

Kalau dipikir-pikir lagi, dasarnya terdapat jembatan menuju bahagia, yang perlu dibutuhkan, Di sini terdapat lima proses yang hendak diperlukan, yaitu: 

Pertama, Kebutuhan Fisiologis

Kebutuhan fisiologis yang dimaksud ini adalah kebutuhan yang mampu menjaga keseimbangan unsur-unsur fisik seperti makan, minum, seks, dsb. Karena, kebutuhan dasar seperti ini merupakan kebutuhan yang tidak terpisahkan pada diri setiap manusia. Kebutuhan fisiologis ini sangat kuat, dalam keadaan, seperti kelaparan dan kehausan. Semua kebutuhan lain ditinggalkan dan orang mencurahkan semua kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan ini.

Kedua, Kebutuhan Keamanan

Setelah kebutuhan fisiologis tercukupi, timbullah kebutuhan keamanan, bahkan kebebasan dari rasa takut dan cemas. Adapun urgensi antara kebutuhan fisiologis dan keamanan sebenarnya satu frekuensi yaitu kebutuhan mempertahankan kehidupan. Kebutuhan fisiologis adalah pertahanan hidup jangka pendek, sedangkan kebutuhan keamanan adalah pertahanan hidup jangka panjang yang didasarkan pada pengalaman. 

Ketiga, Kebutuhan Dimiliki dan Cinta

Sesudah kebutuhan fisiologis dan keamanan terpenuhi, kebutuhan dimiliki, sebenarnya sangat dominan untuk menjadi bagian dari kelompok sosial. Sedangkan cinta, sebenarnya menjadi tujuan yang lebih dominan. Orang sangat peka dengan kesendirian, pengasingan, ditolak lingkungan dan kehilangan sahabat atau kehilangan cinta. Kebutuhan dimiliki ini terus penting sepanjang hidup.

Keempat, Kebutuhan Harga Diri

Ketika kebutuhan dimiliki dan mencintai terpuaskan. Kekuatan motivasinya melemah dan diganti motivasi harga diri. Kebutuhan harga diri dibagi menjadi dua, yaitu menghargai diri sendiri dan mendapat penghargaan dari orang lain. Menghargai diri sendiri tentu membutuhkan sebuah perekat yang menyatakan bahwa dirinya berharga. Sedangkan mendapat penghargaan dari orang lain, merupakan kebutuhan atas dirinya supaya dinilai oleh orang lain.

Kelima, Kebutuhan Aktualisasi Diri

Aktualisasi diri adalah sebuah keinginan untuk memperoleh kepuasan dengan dirinya sendiri, untuk menyadari semua potensi dirinya, untuk menjadi kreatif serta bebas. Kebutuhan ini dapat dicapai, ketika keempat kebutuhan yang di atas terpenuhi. Sehingga, manusia yang mencapai tingkat aktualisasi ini, merupakan manusia yang memperoleh kepuasan dari kebutuhan orang lain. 

Berikut tadi kelima proses dalam menuju hidup bahagia. Semoga dengan proses tersebut, kita bisa memaknai kehidupan yang bahagia secara hakiki.

Editor : Faiz

Gambar : Pexels