Sebagian orang memanfaatkan waktu luangnya untuk membaca buku, entah itu buku bisnis, pengembangan diri, sosial-sains, atau sebuah novel dan bahkan kumpulan puisi. Nah, bertepatan dengan Hari Puisi Nasional yang diperingati setiap 28 April, berikut ini 7 rekomendasi buku puisi yang dapat kamu baca di sela-sela kegiatanmu.
Buku Puisi Karya Aan Mansyur: “Mengapa Luka Tidak Memaafkan Pisau”
Buku terbaru karya penyair asal Sulawesi Selatan ini berisikan 41 puisi yang dibagi ke dalam lima babak. Puisi dengan tema beragam ini disajikan dengan permainan kata yang unik dan menakjubkan. Salah satunya dalam penggalan puisi berjudul Kehilangan: “ …kita kehilangan dunia setiap kali kehilangan satu orang yang kita cintai/apabila kita kehilangan satu orang lagi/kita kehilangan dunia yang sudah hilang//”.
“Masih Ingatkah Kau Jalan Pulang” (Sapardi Djoko Damono dan Rintik Sedu)
Buku yang terbit pertama kali pada 2020 ini merupakan kolaborasi dua penulis lintas generasi: Sapardi Djoko Damono dan Rintik Sedu. Puisi-puisi yang disajikan berbentuk semacam dialog antara dua orang—laki-laki dan perempuan. Satu peran dituliskan dengan huruf tegak, dan yang satunya ditulis miring sehingga pembaca tidak kesulitan menyimak percakapan dua orang itu.
“Malam ini kita mencari-cari ingatan yang menjadikan kita ada/Malam ini ingatan menatap kita ‘Kalian ada di mana?’/ Malam ini kita bertanya apakah tanpa ingatan kita bisa ada?/ Malam ini ingatan dan kita saling mencari sampai pagi tiba//” (halaman 49). Buku ini juga dilengkapi dengan ilustrasi-ilustrasi khas Rintik Sedu yang unik dan menarik.
Buku Puisi Karya Joko Pinurbo: “Surat Kopi”
Surat Kopi memuat puisi Joko Pinurbo dalam rentang waktu 2012-2014. Sajak-sajak ini dipilih dan disunting dari cuitan-cuitan di Twitter @jokopinurbo. Tidak heran jika panjangnya satu bait saja, dan hanya ada beberapa puisi yang lebih panjang. Buku ini berisikan 163 puisi, salah satu yang menarik berjudul Minggu, 2; “Pada hari Minggu, Tuhan istirahat membaca sajak-sajak kita”.
“Cara-cara Tidak Kreatif Untuk Mencintai” (Theoresia Rumthe dan Weslly Johannes)
Buku ini terdiri dari 98 puisi dengan tema percintaan. Tema yang klise, tetapi diolah dengan cara yang tak biasa, melalui bait-bait yang menggugah. Pada dasarnya, kumpulan puisi ini menunjukkan bahwa untuk membuktikan rasa cinta, kita tidak harus memberi hadiah yang luar biasa atau mengerjakan hal-hal besar, karena terkadang sebuah ciuman sudah lebih dari cukup untuk membuktikan, “bahwa untuk berbahagia manusia kadang tak butuh hal lain selain tubuh dan waktu”.
Buku ini diakhiri dengan puisi unik berjudul Sebelas Cara Tidak Kreatif Untuk Mencintai. Salah satunya; memaafkan satu jam sekali.
“Pencurian Terbesar Abad Ini” (Adimas Immanuel)
Kumpulan puisi dalam buku ini mengangkat keresahan-keresahan yang sering dialami anak muda dalam keseharian. Salah satu yang menggelitik, yaitu puisi berjudul Aku Berjanji Esok Akan Jadi Orang yang Lebih Baik. Alih-alih berisi kalimat puitik, puisi ini justru dipenuhi situs-situs yang kerap dikunjungi seperti situs finansial, berita, lowongan pekerjaan, hingga situs pornografi. Buku ini dapat kamu selesaikan dalam sekali duduk karena tebalnya yang hanya 24 halaman.
Buku Puisi Karya Ama Achmad: “Keterampilan Membaca Laut”
Menceritakan kesedihan dengan bahasa yang menawan, seperti itulah buku ini. Keterampilan Membaca laut berisikan 68 puisi yang akan mengantar pembaca ke dalam rangkaian kata-kata yang memukau dan menghanyutkan, contohnya dari puisi, Kepadamu; “Di hadapan waktu yang tak lagi bersuara, aku menyimpanmu. Di dalam sunyi yang patah-patah,aku membiarkan namamu menjadi himne panjang yang diulang-ulang ingatanku”.
Kumpulan sajak setebal 84 halaman ini diakhiri dengan puisi yang menjadi judul dari buku ini.
“Kita Adalah Sekumpulan Patah Hati yang Memilih Matahari” (Astri Aspriyani)
Sajak-sajak dalam buku ini ditulis oleh Astri Aspriyani sebagai upaya menceritakan perjalanannya keliling dunia yang kadang kala tak bisa disampaikan lewat lisan. Terdiri dari 39 puisi yang ditulis di berbagai tempat di dunia, mulai dari Jakarta hingga Papua, dari Asia hingga Eropa.
Sebagaimana perjalanan mana pun, tema kerinduan tak mungkin luput untuk diceritakan, seperti di dalam puisi berjudul Monolog;” … ketika senja akhirnya datang di Southbank, yang aku bisa pikirkan hanyalah wajahmu, kerut-kerut di tepi matamu, dan hatiku yang sakit karena hatimu sakit”.
Itulah 7 rekomendasi buku untuk kamu yang gemar membaca puisi. Jadi, yang mana favoritmu?
Editor: Nirwansyah
Gambar: MerahPutih
Comments