“Aku boleh dipenjara asalkan bersama buku. Karena dengan buku, aku bebas.”

Itulah perkataan bapak proklamator Indonesia, Moh Hatta yang sangat inspiratif. Kalimat itu menggambarkan bahwa sedemikian apapaun kondisi materi yang menyempitkan fisik untuk bergerak, maka membaca buku adalah sebuah kebebasan. Membaca buku adalah sebuah gerakan pemberontakan akal untuk menerobos dunia, menembus dimensi pemikiran orang lain, dan menggali cakrawala wawasan keilmuan.

“Aku boleh lockdown, asalkan bersama buku.” Mungkin kalimat itulah kontekstualisasi pemikiran Moh Hatta di era saat ini. Kondisi di tengah pandemi covid-19 yang mengharuskan seluruh masyarakat untuk lockdown (isolasi diri), tidak jauh berbeda dengan yang dirasakan oleh Moh Hatta dalam situasi terpenjara selama tiga tahun di Rotterdam Belanda. Sebagai seorang pemikir besar, Moh Hatta tidak lantas tersimpuh lemah di penjara, melainkan masih terbiasa dengan membaca buku. Dengan membaca buku ia menemukan kebebasan.

Kita sering mendengar istilah yang masyhur: membaca adalah melihat dunia, dan menulis adalah menciptakan dunia. Kegiatan membaca buku adalah sebuah kegiatan yang secara kasat mata terlihat pasif dan sedikit mengeluarkan tenaga. Tapi di balik itu, membaca buku memiliki output yang luar biasa. Jika memukul kayu output-nya adalah kayu akan terpecah, maka membaca buku output-nya adalah mengguncangkan dunia. Dari membaca buku lah, lahir inspirasi dan pemikiran-pemikiran baru yang terolah di dalam otak. Lalu tumbuh benih-benih sikap dan pemahaman yang mencerahkan dan konstruktif dari seorang pembaca.

Selain bernilai sebagai nutrisi intelektual, membaca juga memiliki nilai spiritual jika dilihat dari dimensi religi. Dalam Islam, membaca adalah perintah pertama yang diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad yaitu surat Al-Alaq ayat 1-5. Perintah membaca dalam Al-Qur’an ini bisa berupa ‘membaca’ dalam makna denotasi / tekstual yaitu membaca kata demi kata dalam buku, maupun ‘membaca’ dalam arti maknawi seperti membaca alam dan membaca kehidupan. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa membaca buku adalah gerbang untuk membuka jendela dunia sehingga penikmat buku dapat membaca alam.

***

Sobat milenial, rebahan di rumah dan menghindari pergi ke luar rumah adalah salah satu bentuk perjuangan kalian yang luar biasa. Secara tidak langsung, kalian telah berkontribusi untuk memutus mata rantai pandemi covid-19. Namun sobat, dengan membaca buku di tengah isolasi diri di rumah akan memberikan nilai perjuangan yang lebih. Sobat telah berkontribusi untuk memperkaya wawasan dan menjauhkan diri dari kebodohan. Dengan membaca buku, satu daun jendela dunia akan terbuka, inspirasi akan tersibak, dan otak akan menjadi segar.

Penulis: Firdan Fadlan Sidik