Bergosip dan bergunjing memang sudah menjadi kebiasaan yang mengakar dalam kehidupan masyarakat Indonesia sehari-hari. Kurang lengkap rasanya kalau membicarakan Indonesia tanpa membahas keunikan warga negaranya (termasuk kita) yang kerap ikut campur dengan urusan hidup orang lain. Awalnya sih tanya kabar, lama kelamaan pertanyaan menjalar kemana-mana. Mulai dari pendidikan, pekerjaan, hubungan asmara, dan hal lainnya yang berujung pada membicarakan kejelekan orang lain.

Nahasnya, bagi sebagian orang aktivitas ini malah menjadi aktivitas yang mengasyikan. Entah saat menunggu guru atau dosen datang, saat nongkrong di warung kopi, bahkan saat menghadap layar ponsel sekalipun, pasti ada urusan hidup orang lain yang kita bicarakan. Padahal, masih banyak aktivitas lain yang bisa dilakukan daripada sekadar membicarakan urusan hidup orang lain.

Mengapa kita tidak perlu mencampuri urusan hidup orang lain?

Urusan Hidup Kita Sudah Banyak

Sebagai manusia, kita pasti hidup berdampingan dengan masalah yang datang silih berganti. Seringkali masalah-masalah yang datang tidak dapat diselesaikan dengan cepat, apalagi masalah hidup. Semakin dewasa pastilah masalah hidup kita semakin banyak dan rumit. Bahkan, tak jarang membuat kita merasa kehabisan akal untuk menyelesaikannya.

Saya termasuk orang-orang yang cukup denial dengan urusan hidup orang lain. Bukan berarti cuek dan antipati, tapi kalau tidak diminta untuk mencampuri urusan hidup orang lain, untuk apa pula kita ikut campur. Masalah kita pun sudah banyak, daripada ikut campur urusan orang lain, lebih baik menyelesaikan masalah kita sendiri.

Tidak Ada Manfaatnya

Bergosip biasanya diawali dengan adanya rasa kepo yang tinggi perkara hidup orang lain. Disaat kita berhasil mendapatkan satu informasi baru mengenai hidup orang yang sedang kita bicarakan, pastinya hal itu akan semakin mengundang rasa keingintahuan kita yang lebih besar lagi. Sebanyak apapun informasi yang kita peroleh pastinya tidak akan pernah bisa memuaskan hasrat keingintahuan kita. Tak jarang, hal itulah yang kemudian menjadi alasan bagi kita untuk semakin mencari informasi lebih lanjut dari satu orang ke orang lainnya.

Peduli dengan orang-orang disekitar kita memang baik, dengan catatan kita juga diminta pendapatnya oleh orang tersebut. Kalau tidak diminta, tetapi kita malah terlalu ikut campur dan ujung-ujungnya menjadi sok tahu, tentu hal ini tidak ada manfaatnya sama sekali bagi kita. Yang ada malah membuang waktu dan menabung penyakit hati. Sedangkan orang yang kamu bicarakan, bisa jadi malah sedang memperbaiki dirinya menjadi pribadi yang lebih baik.

Dapat Merusak Hubungan Persaudaraan

Menurut saya, orang yang kerap mencampuri atau ikut campur urusan hidup orang lain itu termasuk dalam golongan orang-orang yang nggak asik dan patut dihindari. Suatu ketika saya pernah membaca sebuah pepatah,

“Ketika kamu dan dia berada dalam satu tempat yang sama, dia akan mengajakmu membicarakan orang lain. Namun, ketika kamu sedang tidak berada di tempat yang sama dengannya, maka disitulah kamu yang akan dibicarakan olehnya”.

Alasan itulah yang menjadikan saya berpendapat bahwa orang yang kerap ikut campur dan mencampuri urusan hidup orang lain termasuk orang-orang yang nggak asik dan patut dihindari.

Disisi lain, mereka memang kerap menjadi “pemantik api” dalam hubungan pertemanan atau persaudaraan. Mereka sendiri yang membicarakan kita, tetapi malah mereka yang tiba-tiba menjauhi kita. Padahal, kita sendiri tidak pernah tahu duduk permasalahannya dimana. Dan memang, orang-orang seperti ini sebaiknya disaring dan dibuang jauh-jauh dari kehidupan kita. Mereka inilah yang kerap menjadi duri dalam daging, dan menjadi penghambat kita untuk memiliki pemikiran maju.

Pesan saya, jangan pernah merasa menjadi orang yang paling peduli dengan hidup orang lain. Belum tentu juga dia mengharap kepedulianmu. Urusi saja hidup masing-masing, daripada membuang-buang waktu untuk hal-hal yang yang tidak ada manfaatnya, lebih baik digunakan untuk berbenah diri. Karena, menjadi manusia yang bodoamatan itu lebih mengasyikan.

Selamat mencoba menjadi manusia bodoamatan!

Penulis: M. Bagas Wahyu Pratama

Penyunting: Aunillah Ahmad