Dari pengamatan saya pribadi dan penuturan beberapa kawan yang juga nyantri di pesantren lain, barang yang paling sering didermakan kepada pesantren biasanya berupa uang, bahan material (semen, batu bata, pasir) dan bahan pangan. Untuk bahan pangannya bisa berupa bahan pangan mentah, seperti beras, mi instan, telur, minyak goreng dan sejenisnya. Bisa juga berupa masakan siap santap.

Selain beberapa barang yang sudah saya sebutkan tadi, sebetulnya masih ada jenis barang lain yang menurut saya anti mainstream alias jarang didermakan untuk pesantren. Ya, setidaknya sejauh pengamatan saya selama ini, sih. Tapi, tenang saja, saudara sekalian. Walaupun anti mainstream, barang-barang ini bakal tetap usefull banget kok buat para santri.

Ini bukan berarti saya memandang lebih baik barang anti mainstream ini lho, ya. Baik yang mainstream maupun anti mainstream, selama diberikan dengan ikhlas, keduanya sama-sama baik. Jadi nggak perlu diperdebatkan, apalagi diadu mana yang lebih baik.

Beberapa barang yang hendak saya sarankan berikut ini, semata sebagai referensi bagi teman-teman yang kelak berniat mendermakan sebagian hartanya kepada pesantren, tetapi dengan sesuatu yang unik bin nyentrik.

Sandal dengan Label Nama

Salah satu kejadian yang mungkin bakal dialami oleh santri saat hidup di pesantren adalah kena ghosob barang pribadinya. Ghosob ini semacam tindakan menggunakan barang milik orang lain tanpa seizin si empunya barang. Ya, walaupun kadang barangnya akan kembali lagi, kelakuan ghosob ini tetap saja bikin kesal si korban. Asli, sebel banget dah kalo kena ghosob itu. Nah, barang pribadi santri yang kerap menjadi sasaran ghosob itu, ya sandal.

Salah satu cara yang cukup ampuh untuk mengatasi, atau setidaknya mengurangi kelakuan ghosob ini adalah dengan memberikan label nama pada barang pribadi masing-masing santri. Tujuannya agar barang yang di-ghosob bisa dilacak. Jadi, ketahuan barang milik siapa yang di-goshob dan siapa pelaku ghosob-nya

Dengan pertimbangan tersebut, makanya saya menyarankan bagi teman-teman yang kebingungan hendak bederma barang apa, sandal berlabel nama bisa menjadi salah satu alternatifnya. Ingat ya, bukan cuma sandalnya doang, tetapi juga sama label namanya. Biar bisa sedekah sekaligus nahi mungkar gitu kan.

Salep Anti Scabies

Penyakit gatal scabies atau gudikan memang sering bikin para santri kerepotan dan tidak fokus saat mengaji. Sudah lah gatalnya yang naudzubillah, penularannya pun sangat mudah antar satu santri ke santri lain. Wajar saja, kondisi kehidupan santri ini kan komunal. Kerap terjadi interaksi fisik, sepert tidur berdekatan misalnya. Makanya, santri memang sangat rentan dengan gatal gudikan.

Sebetulnya, ada banyak obat, salep, dan bedak anti gatal yang bisa digunakan untuk mengurangi rasa gatal gudikan ini. Akan tetapi, ya sebatas mengurangi. Tidak sampai membunuh kutu yang sudah kadung berkembang biak di kulit si penderita.

Sebagai mantan penyintas gudikan yang sudah mencoba beragam jenis alternatif obat tadi, saya merekomendasikan satu salep yang ampuh untuk membasmi kutu sialan itu sampai ke telur-telurnya. Salep yang saya rekomendasikan ini adalah salep anti scabies dengan kandungan Permetherin 5%, merknya Scabimite.

Mengingat bahwa gudikan ini berpeluang besar kelak dihadapi oleh anak pesantren, saya sih menyarankan agar salep anti scabies ini bisa dimasukkan ke dalam daftar barang yang hendak didermakan. Percaya deh sama saya, kehadiran salep ini bakal banyak membantu santri kembali fokus ke kegiatan ngajinya. Biar nggak garuk-garuk kulit gatalnya melulu.

Pulpen Hi-Tec-C untuk Santri Pesantren

Barang anti mainstream terakhir yang akan saya rekomendasikan untuk didermakan kepada pesantren adalah Pulpen Hi-Tec-C. Sebetulnya, kalau pulpennya sih sudah mainstream banget ya. Sudah banyak dermawan yang memberikan sumbangan alat tulis berupa pulpen. Akan tetapi, yang bikin anti mainstream di sini adalah merk dan jenis pulpennya, yaitu pulpen Hi-Tec-C

Saya kira banyak santri akan sepakat bahwa pulpen Hi-Tec-C ini, menduduki kasta tertinggi per-pulpen-an di dunia pesantrenan. Ketebalan goresan tinta pulpen yang cuma 0,3 mm membuat santri bisa dengan leluasa bermanuever menulis arab pegon di celah antar baris kitab kuning yang sempitnya bukan main. By the way, tidak semua pulpen mampu melakukan tugas menulis sulit di antara celah sempit ini.

Sayangnya, harga satu buah pulpen ini tidak murah. Harga satu pulpennya bisa sampai 10 kali lipat dari harga pulpen biasa. Makanya, santri harus berpikir beberapa kali menganggarkan uang jatah bulanan meraka untuk membeli pulpen ini.

Beda ceritanya, kalau ada orang yang mau mendermakan pulpen Hi-Tec-C ini secara cuma-cuma kepada para santri. Saya haqqul yakin, para santri ini bakal kegirangan dan tambah semangat untuk menulis arab pegon di kitabnya. Lha wong gratis dan kualitas nomor satu, kok pulpennya.

Itu lah beberapa barang yang walaupun anti mainstream, bakal tetap usefull buat para santri. Barangkali teman-teman sekalian ada yang mau bederma dengan barang tidak biasa, tetapi tetap guna, bisa lah tulisan saya ini jadi referensinya.

Editor: Nirwansyah

Ilustrasi: iNewsJatim.id