Dua puluh dua Oktober diperingati sebagai Hari Santri Nasional. Mengapa dipilih tanggal itu? Pasalnya tanggal 22 Oktober pernah terjadi suatu peristiwa di mana K.H. Wahid Hasyim menyerukan para santri untuk berjihad (melawan sekutu). Lantas mengapa perlu diperingati? Hal tersebut dimaksudkan presiden kita, Jokowi, untuk memperingati jasa para santri yang gigih dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Bapak Jokowi juga berharap para santri bisa menjadi teladan bagi masyarakat Indonesia secara keseluruhan.

Untuk dijadikan teladan di bidang agama, sebenarnya bukan privilese santri semata. Tapi tunggu dulu, seorang santri itu nggak cuma belajar ilmu agama, lho. Santri juga diajarkan berbagai macam ilmu kehidupan agar nantinya bisa menghadapi kehidupan yang semakin keras ini. Apalagi santri biasa tinggal di pondok pesantren atau asrama yang tentunya jauh dari orang tua. Dari situlah seorang santri diajari menjadi seseorang yang mandiri karena kita semua tahu bahwa tidak selamanya kita akan bersama orang tua kita.

Nah, itu baru salah satu dari banyak hikmah yang bisa didapatkan seorang santri. Untuk mendapatkan hikmah lainnya, coba saja daftarkan dirimu ke pondok pesantren atau asrama yang cocok denganmu, hehe.

Eits, jangan galau dulu. Mungkin kebanyakan orang mempunyai stigma jorok atau kejam tentang pondok pesantren. Oleh karena itu, penulis akan memberi tahu hikmah dan keseruan yang akan didapat selama menjadi santri. Barang kali, dengan membaca tulisan ini, kamu tertarik untuk menjadikan dirimu sebagai santri.

Semangat Mencari Ilmu Agama maupun Umum

Percaya atau tidak, mencari ilmu di pesantren itu terasa lebih semangat dibandingkan belajar di selain pesantren. Penulis juga kurang tahu, sih, kenapa bisa gitu. Tapi, di pesantren kita dituntut untuk bisa paham ilmu agama dan bisa hafal alquran, sekurang-kurangnya 1 juz. Mungkin salah satu penyebabnya karena kita mencari ilmu dengan teman-teman sehidup semati kita. Well, lebih tepatnya kegiatan sehari-hari kita ya bersama mereka. Mulai dari bangun tidur, mandi, makan, sampai tidur lagi, hanya bersama mereka. Kita jadi tahu karakter teman kita masing-masing. Ada yang aslinya jorok, bersih, cerdas, gokil, dan masih banyak karakter yang tak terduga. Karena kita sudah tahu dan sudah nyaman dengan karakter seperti itu, mencari ilmu mungkin terasa lebih mengasyikkan.

Belajar Arti Kesederhanaan

Pesantren terkenal dengan aturannya yang cukup ketat. Tidak boleh membawa gawai, perhiasan yang dirasa mahal, bahkan uang yang harus dibawa santri pun dibatasi, selebihnya dititipkan kepada pengurus pesantren. Dari situ, santri belajar untuk hidup lebih hemat dan bisa mengatur keuangan dengan baik. Kalau tidak bisa mengatur keuangan dengan baik, risikonya santri akan kehabisan uang di akhir bulan. Sederhananya lagi, tidak ada yang namanya nongkrong ke kafe atau liburan ke taman bermain.

Mendalami Arti Sabar, Rukun, dan Kebersamaan

Hidup bersama banyak orang tentu akan menjadi hal yang cukup sulit bagi sebagian orang. Kita harus bisa memahami berbagai macam karakter teman di sekitar kita. Ada yang mudah marah, suka mencari perhatian, suka bikin emosi, dan sifat-sifat lain yang menjengkelkan. Dari situ santri belajar arti kesabaran. Santri akan kesulitan beradaptasi di lingkungan pesantren kalau tidak bisa sabar dengan berbagai macam karakter yang ada. Kalau sudah tidak sabar, akhirnya muncullah perpecahan yang mengakibatkan ketidak-rukunan. Oleh karena itu, sabar dan rukun menjadi satu kesatuan yang akan kita dapatkan ketika menjadi santri. Akhir dari kerukunan itu, tentu kebersamaan.

Kedisiplinan Menjadi Kunci Utama

Aturan yang cukup ketat mendidik santri untuk hidup disiplin. Berangkat ngaji tidak boleh telat, makan harus tepat waktu, waktu tidur harus segera tidur. Hal-hal kecil itulah yang akan membentuk kepribadian santri menjadi seseorang yang disiplin, terutama disiplin waktu. Cara berpakaian, adab makan minum, tata krama berbicara yang sopan juga harus diperhatikan ketika menjadi santri. Tak heran jika orang-orang jebolan pesantren memiliki akhlak yang baik bagi yang mentaati aturan dengan baik. Kalau santri yang nggak tertib, sih, lain lagi ya, hehe.

***

Empat poin tersebut bisa kamu jadikan karakter untuk menghadapi hidup yang keras: Semangat menuntut ilmu, belajar hidup sederhana, melatih kesabaran, hidup guyub rukun, dan mengasah mental disiplin.

Penulis: Zahra Radhiyya

Penyunting: Aunillah Ahmad