Barangkali, bagi kebanyakan orang, belanja kebutuhan sekaligus keinginan apa pun secara online itu banyak manfaatnya. Apalagi kalau sudah memasuki musim diskon dan/atau promo di tiap bulannya. Tidak heran, jika banyak orang yang kalap ketika melihat harga yang terlampir di setiap katalognya.

Selain itu, prosesnya juga mudah. Tinggal pilih dan tap mana item yang pengin dibeli, lalu tinggal bayar dengan transfer langsung atau melalui akun virtual. Selebihnya, saya rasa nggak perlu dijelaskan lagi secara panjang lebar, tentang tata cara pembayarannya. Sebab, saya sangat yakin kalian sudah sangat lihai melakukan hal tersebut.

Alasan Tidak Belanja Online

Lain kebanyakan orang, lain juga dengan saya yang justru tidak suka berbelanja secara online. Khususnya saat ingin membeli outfit, seperti baju, celana, atau sepatu.

Jujur saja, saya lebih suka belanja outfit secara konvensional. Datang ke tokonya langsung, bisa dilihat-lihat terlebih dahulu, pilah-pilih sendiri. Bahkan bisa dicoba sebelum yakin bahwa suatu item adalah pilihan yang cocok bagi saya sebelum bayar di kasir.

Bukan berarti saya nggak pernah bertransaksi secara online. Pernah, kok. Bahkan, sampai dengan saat ini masih dilakukan. Hanya saja, sekali lagi, untuk outfit, saya lebih suka berbelanja secara langsung.

Pasalnya, tiap kali saya belanja outfit secara online, saya selalu kena apes. Bukan hanya sekali, tapi berkali-kali. Dan ini serius. Itu kenapa, ada rasa mangkel campur sedikit trauma aja gitu.

Kejadian pertama, saat saya membeli sepatu dengan merek yang cukup ternama di salah satu marketplace. Tiap kali saya membeli sepatu, ukurannya selalu 40. Pasti sudah pas dan nyaman digunakan. Karena itu, saya tidak segan untuk membeli yang ukurannya 40 juga. Hawong biasanya saya juga beli ukuran segitu, kok.

Setelah pesanan tiba, ukuran sepatunya memang sama 40. Namun, entah apa yang membedakan dan malah kebesaran buat saya. Kala itu, saya coba berpikir positif. Mungkin saja merek sepatu ini punya ukuran sendiri dan beda dari yang lain. Akana tetapi, tetap saja pemikiran positif tersebut tidak serta merta membuat sepatunya pas di kaki saya.

Selain itu, saya juga tidak bisa mengembalikan apa yang sudah dibeli. Lah gimana, ini bukan salahnya siapa-siapa. Barang yang dikirim juga betul. Jadi, jebul saya hanya bisa pasrah sekaligus bergumam, “Halah, apes, betul!”

Yang Patut Disalahkan

Saya masih belum kapok. Suatu waktu, saya melihat ada kaos berlogo Liverpool, tim sepak bola yang saya idolakan, dan dijual di salah satu toko online. Hal itu membuat hasrat berbelanja saya menggebu-gebu. Apalagi, desain kaosnya sangat mumpuni. Kala itu, saya betul-betul yakin ingin membeli kaosnya. Akhirnya, saya beli sesuai ukuran badan saya, yaitu M.

Ketika pesanan sudah sampai, lalu saya coba kaosnya. Alamak! Ukurannya sih betul M. Tapi, entah kenapa saat saya mencobanya, malah gombrang dan kebesaran. Padahal, saya sudah membayangkan kaos itu bisa segera dipakai untuk dipamerkan dan dibangga-banggakan. Nggak tahunya, malah harus dipermak terlebih dahulu di tukang jahit. Kan, sial betul jadinya.

Bisa jadi, saya memang bukan satu-satunya pembeli yang paling sial dan apes. Karena sampai dengan saat ini, saya masih sering sekali melihat di linimasa Twitter, seorang pembeli mengunggah item outfit yang baru saja dibelinya secara online.

Hasilnya, ada yang sangat kebesaran, ada yang kekecilan, intinya, tidak sesuai dengan ukuran badannya. Respon mereka juga sama seperti saya. Hanya bisa pasrah. Mau dikembalikan, tapi nggak bisa karena memang nggak ada yang salah.

Kalaupun ada sesuatu yang patut disalahkan, lebih kepada karena tidak bisa dicoba terlebih dahulu. Mau bagaimana pun, ini memang menjadi resiko kalau belanja outfit secara online, sih.

Setelah berkali-kali mengalami kejadian serupa, akhirnya saya memutuskan untuk berbelanja secara konvensional. Khususnya untuk item outfit yang melampirkan ukuran tertentu dan sebaiknya dicoba terlebih dahulu.

Biarin saja saya harus repot-repot, dibilang kurang praktis, nggak kekinian, atau kurang memanfaatkan kecanggihan serta kemudahan teknologi dalam berbelanja. Paling penting, outfit yang saya beli nggak kebesaran lagi, nyaman digunakan, dan sesuai keinginan.