Saat kita menjadi mahasiswa dan belajar di dunia kampus, pastinya akan bertemu dengan berbagai tipe dosen dalam menjalankan profesinya. Ada banyak sekali karakter dan sifat dosen saat mengajar dan mentransfer ilmu kepada mahasiswa. Dari mulai yang baik hati, menyebalkan, sampai yang seenaknya sendiri dalam bertindak.
Tentunya akan sangat menyenangkan jika mata kuliah yang kita pilih berjodoh dengan dosen yang baik sifatnya, kompeten ilmu pengetahuannya dan banyak pengalamannya. Apalagi jika tidak pelit dalam urusan nilai. Huff, pasti semua mahasiswa bakalan betah dengan dosen seperti ini.
Berbeda lagi apabila kita mendapat dosen yang seenaknya sendiri, tidak tau aturan dan minim pengalaman. pasti sangat membosankan. Apalagi banyak yang tidak lulus di mata kuliah yang diapunya, mahasiswa bakalan ogah-ogahan bertemu lagi dengan dosen tipe seperti ini.
Tapi ya begitulah, Terkadang memang ada saja tipe dosen yang menyebalkan dalam dunia perkuliahan. Bahkan ada dosen yang memberikan nilai asal-asalan, memperlakukan mahasiswa sembarangan, sampai tidak masuk kelas tapi menyuruh mengisi daftar hadir perkuliahan. Tentunya kita tidak nyaman jika ada dosen dengan karakter seperti ini. Sudah banyak keterbatasan, ehhh, malah ditambah suka melanggar aturan lagi.
Namun terkadang kita sendiri geram dan bingung bagaimana menyikapi tabiat dosen yang menjengkelkan dan tidak karuan ini. Apakah harus melawan, melaporkan atau mengikutinya? Berikut beberapa tipe mahasiswa dalam menyikapi dosen yang bertindak seenaknya sendiri.
Tipe Manut (Mahasiswa Penurut)
Ketika ada dosen yang bertindak dan berbuat sesuka hatinya sendiri, pastinya ada banyak mahasiswa yang tetap mengikutinya. Mereka biasa kita sebut tipe mahasiswa penurut. Karena tidak peduli benar atau salah apa yang dilakukan dosen, bahkan tidak pernah pusing dengan itu. Yang terpenting di dalam pikirkannya adalah bisa lulus mata kuliah dan tidak ada masalah dengan dosen.
Mahasiswa tipe ini lebih memilih berada di zona aman. Mereka hanya mementingkan dirinya sendiri tanpa peduli akan keadaan sekitar. Termasuk dampak terhadap keilmuan yang didapat dan apa yang akan terjadi jika dosen selalu seperti itu seterusnya. Bisa jadi generasi selanjutnya tidak punya mutu lantaran sikap dosen yang tidak membangun seperti itu.
Namun rasanya tidak bijak jika seorang mahasiswa bersikap seperti ini, karena salah satu fungsi seorang mahasiswa adalah agen of control. Jadi tidak pantas rasanya jika mahasiswa tipe ini ditiru sifatnya. Apalagi disebut sebagai mahasiswa sejati, sangatlah tidak layak.
Tipe Maido (Mahasiswa Ingkar Dosa)
Selanjutnya adalah tipe mahasiswa maido. Mereka memang patut diacungi jempol karena keberaniannya untuk menolak aturan yang tidak sesuai dan tidak pantas dilakukan seorang dosen.
Tapi kerapkali mahasiswa tipe ini seakan tidak tau batasan dan kesopanan dalam menegur kesalahan seorang dosen. Bahkan seakan mereka tidak tahu adab antara seorang guru dan murid. Apalagi memikirkan tentang dosanya, tidak sama sekali.
Yang penting ketika dosen tidak sesuai, mereka tanpa segan menegur didepan mahasiswa lain. Dan tak jarang mengeluarkan kata-kata yang tidak sopan tanpa memperdulikan keadaaan. Kalau seperti ini namanya mahasiswa kurang ajar dan tidak tahu aturan. Tetapi mahasiswa seperti ini pernah saya jumpai di kelas saat kuliah dulu.
Mereka hanya ingin unjuk gigi sebagai pemberani tapi tidak mengerti bagaimana cara yang baik untuk mengingatkan kesalahan seorang dosen. Tentu hal ini sangat fatal. Karena kalau tindakannya seperti ini dilakukan, bukannya dosen akan sadar, tapi bisa jadi mahasiswa yang bersangkutan tidak lulus mata kuliah atau lebih parahnya dapat drop out dari kampus.
Tipe Mapan (Mahasiswa Paham Aturan)
Pilihan terbaik adalah menjadi tipe mapan (mahasiswa paham aturan). Karena mahasiswa tipe ini saat menyikapi dosen yang bertindak semaunya sendiri, mereka lebih dulu memahami aturan dan paham batasan kesopanan. Jadi antara idealis dan agamais haruslah seimbang. Pastinya harus benar-benar paham bagaimana cara menegur yang tidak menyinggung ataupun prosedur melaporkan pelanggaran dosen dengan benar.
Tentunya sebagai mahasiswa yang terpelajar tidak boleh asal-asalan dalam bertindak. Harus banyak memperhatikan hal-hal yang sesuai dengan koridor yang berlaku. Di sinilah kemampuan mahasiswa sejati akan diuji dan dibuktikan.Bukan hanya sebagai agent of control tapi sebagai intelektual yang berkualitas. Jangan bertindak arogan sesukanya sendiri, karena justru bisa merugikan diri kita sendiri. Untuk itu belajarlah menjadi mahasiswa yang bijak dalam menyikapi segala keadaan dan kondisi.
Editor: Ciqa
Gambar : Pexels
Comments