Apabila usul ditolak tanpa ditimbang

Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan

Dituduh subversif dan mengganggu keamanan

Maka hanya ada satu kata: lawan!

Kalian termasuk yang asing atau tidak dengan penggalan puisi tersebut?

Penggalan puisi tersebut diambil dari bait terakhir puisi berjudul “peringatan” karya Wiji Tukhul. Wiji Tukhul sendiri adalah seorang sastrawan dan pejuang Hak Asasi Manusia di zaman orde baru. Ia termasuk dalam daftar aktivis yang hilang diculik dan tidak diketahui rimbanya hingga sekarang.
Puisi tersebut menjadi salah satu puisi legendarisnya yang masih akan relevan di zaman apapun. Selama perjuangan melawan penindasan masih ada.

Beberapa hari lalu, tagar-tagar perjuangan mahasiswa tengah menjadi trending topik di Twitter. #GejayanMemanggil #HidupMahasiswa dan hashtag-hashtag lain yang memiliki tema yang sama telah konsisten menduduki puncak trending topik.

Ini berarti isu-isu tentang perlawanan oleh mahasiswa telah menjadi isu nasional. Berhasil menghadirkan keresahan terhadap kondisi negara bagi warga dunia maya. Hastag hastag tersebut tidak hanya menjadi sebuah gerakan tweet di dunia maya. Namun, hastag tersebut diikuti dengan aksi-aksi mahasiswa di jalanan dunia nyata.

Mahasiswa Melawan

Aksi-aksi mahasiswa yang mulai bermunculan di daerah-daerah. #Gejayanmemanggil di Jogja, #Bengawanmelawan di Solo #Surabayamenggugat di Surabaya #Semarangbergerak di Semarang.
Gerakan-gerakan tersebut membawa ingatan kita melaju pada narasi-narasi sejarah tentang gerakan dan mahasiswa serta bagaimana dulu negara ini lahir.
Barangkali memang sudah fitrahnya, gerakan-gerakan perubahan banyak yang dimulai dari kaum muda. Dimulai dari zaman kebangkitan nasional hingga sekarang, mahasiswa masih menjadi aktor penting.

Pada tahun 1908 Lahir organisasi bernama Boedi Oetomo, yang merupakan organisasi yang diprakarsai oleh mahasiswa Stovia. Oragnisasi ini merupakan sebuah organisasi sosial yang menjadi pemantik bagi lahir dan berkembangnya organisasi-organisasi lain.

Kemudian berlanjut dengan gagasan Indonesia merdeka yang digaungkan oleh teman-teman perlajar Indonesia di Belanda. Terlebih dengan pledoi pembelaan yang ditulis oleh Hatta untuk pengadilan Belanda, yang memberikan suntikan semangat bagi mahasiswa di tanah air pada tahun 1928. Sejak sebelum Indonesia lahir sebagai negara, mahasiswa telah menunjukkan fitrahnya melawan penindasan. Perlawanan mahasiswa tak berhenti begitu saja setelah Indonesia merdeka. Dalam perjalanannya, mahasiswa pernah turun ke jalan menuntut Soekarno turun dari jabatannya.

Aksi protes besar-besaran Mahasiswa terjadi lagi dan berhasil melengserkan Soeharto yang telah memerintah selama 32 tahun pada Mei 1998. Kini aksi serentak dalam lingkup nasional kembali lagi. Mahasiswa kembali bergerak melawan, tak peduli pecandu PUBG, ukhti-ukhti, aktivis pulang pagi, kopopers semua bersuara.

Aksi-aksi mahasiswa melawan lahir sebagai bentuk pertanggungjawaban atas tugas yang diembannya sebagai agent of change. Tren tren perlawanan mahasiswa pasca kemerdekaan bukanlah melawan negara. Melainkan melawan ketidakadilan dimanapun dan kapanpun keadilan itu hadir. Mengutip dari Tan Malaka, bahwa Idealisme adalah kemewahan terakhir yang dimiliki oleh pemuda.

#HidupMahasiswa

#PanjangUmurPerjuangan

Penulis: Sifa Lutfiyah Atiqoh

Ilustrator: Ni’mal Maula