Buku The Life Changing Magic of Tidying Up adalah hasil karya dari ahli berbenah asal Jepang, Marie Kondo. Saat remaja, Marie sudah menyukai berbenah dari ruang tidur hingga ruang keluarga ia lakukan berbenah. Hal itu dilakukan Marie hampir setiap hari setelah pulang sekolah.
Namun, ia merasa apa yan dilakukannya tersebut akan selalu berakhir dengan berantakan lagi alias amburadul. Karena serajin apapun berbenah atau berbenah sedikit demi sedikit setiap harinya yang salah bukan kamar atau barang melainkan cara pikir kita.
Persoalan lain adalah barang kita memang sudah sangat banyak seperti baju yang sudah tidak muat disimpan di lemari, koleksi jam tangan yang disimpan di meja belajar, majalah edisi lama yang menumpuk di lantai kamar, dan deretan barang lain yang amburadul.
Saat ini banyak sekali box storage dengan berbagai model dan fungsi dijual oleh para produsen yang menjanjikan kerapihan untuk barang-barang kita. Namun, nyatanya box storage hanyalah solusi superfisial alias solusi yang tidak berbobot. Artinya, jika memang pribadi adalah orang yang tidak rapi, dengan berbebagai metode apapun tidak akan berdampak kepada diri kita menjadi orang yang rapi dalam menata barang.
Jenis-jenis merapikan barang ala Marie Kondo
Menurut Marie, dalam berbenah ada dua hal yang harus kita lakukan, pertama, memutuskan hendak menyimpan atau membuang suatu barang atau tidak. Kedua, memutuskan hendak menyimpan dimana.
Marie mengajak kita untuk menyortir barang-barang yang sudah tidak dipakai lagi dan sudah saatnya kita merelakan barang tersebut untuk dibuang ke tempah sampah atau diberikan kepada orang lain yang membutuhkan fungsi barang tersebut. Dengan begitu jumlah barang akan berkurang, sehingga kita tidak perlu bersusah payah untuk berbenah setiap hari.
Lalu, bagaimana cara berbenah yang lebih efektif? Kita mungkin sudah terbiasa dengan berbenah berdasarkan lokasi. Misalnya, mulai berbenah dari kamar, lalu dilanjut ruang keluarga dan terakhir dapur. Menurut Marie, cara ini sangat tidak efektif, alangkah baiknya berbenah berdasarkan kategori.
Cara ini diakui efektif untuk memulai berbenah secara keseluruhan semua barang yang ada di rumah. Misalnya, memulai dari berbenah baju, keluarkan semua baju yang kita miliki baik yang tesimpan dilemari, baju baru yang handtagnya belum dilepas, ataupun baju-baju yang tersimpan dilemari orangtua.
Setelah itu pegang dan pandangi apakah baju tersebut masih cocok, apakah ukurannya masih muat, apakah baju tersebut mebangkitkan kegembiraan saat kita memakainya. Hal tersebut harus dilakukan agar kita benar-benar selektif atas barang mana yang akan tetap disimpan dan barang yang akan dibuang.
Namun pada praktiknya, kegiatan tersebut masih agak sedikit sulit apalagi jika barang baru dan barang yang kita miliki ada sebagian pemberian dari orantua, saudara ataupun teman, misalnya saja baju turunan dari kakak.
Baju turunan dari kakak ataupun saudara saya akui adalah harta karun dan sampah yang menyebalkan yang seringkali sang adik harus jadi perjalanan dari barang-barang kakak yang sudah tidak terpakai lagi. Namun, mau tak mau para adik menerima sembari berpikir apakah baju tersebut akan cocok dengan stylenya.
Soal-menyoal baju turun temurun
Menurut Marie, ada dua alasan kenapa para adik menerima baju turunan atau barang lainnya dari kakak. Pertama, susah menyingkirkan barang pemberiaan keluarga. Kedua, mereka tidak tahu persis apa yang mereka sukai sehingga sukar memutuskan mana yang harus dienyahkan.
Barang yang terakhir yang sulit saya singkirkan dari lemari adalah buku. Yap, saya dan keluarga saya bisa dinilai suka dengan kegiatan membaca, mulai dari majalah, novel, cerpen, koran ataupun buku tata cara solat yang lembaran kertasnya sudah menguning.
Koleksi buku yang cukup banyak menyebabkan lemari buku di rumah sudah tidak dapat menampung buku-buku baru. Alhasil, lemari-lemari lain yang sudah terisi dengan barang lain, harus berdesakan dengan buku-buku.
Beberapa bulan yang lalu, saya membongkar semua koleksi buku yang ada dirumah, memilah-milah buku favorit mana yang sering kami baca dan membangkitkan kegembiraan saat membacanya. Alhasil, sekitar ada satu kantong plastik besar yang saya buang dan sebagian lagi saya berikan kepada teman saya yang memiliki hobi membaca.
Melihat lemari yang terlihat kosong, seperti merasakan kelegaan karena tidak ada lagi tumpukan buku yang penuh sesak. Buku-buku saya bisa bernafas lega tidak perlu berbagi ruang untuk ditata rapi dilemari. Jadi yuk selengkapnya baca Buku The Life Changing Magic of Tidying Up!
Editor: Nawa
Gambar: tek.id
Comments