Kotaro Lives Alone adalah serial Jepang yang ditayangkan di Netflix tentang kehidupan Kotaro Sato (Eito Kawahara) di apartemen Shimizu. Dalam serial tersebut, diceritakan bahwa Kotaro yang masih berusia lima tahun tinggal sendirian di kamar no 203. Ia bertetangga dengan orang-orang dewasa yang banyak masalah. Singkatnya, Kotaro berperan sebagai heartwarmer bagi para orang dewasa di apartemen Shimizu.

Serial Jepang yang diadaptasi dari komik manga karya Mami Tsumura ini disutradarai oleh Kana Matsumoto. Durasi setiap episodenya singkat, hanya sekitar 25 menit. Total ada sepuluh episode saja. Ceritanya sama sekali tidak ruwet. Jumlah tokohnya pun minimalis. Benang merah dari seluruh episode adalah kisah tentang hubungan Kotaro dengan ibu dan ayahnya. Namun, setiap kisah di masing-masing episode punya konflik yang berbeda-beda.

Walau banyak review yang mengatakan bahwa serial ini mengharukan, tapi rasanya kisah dalam serial Kotaro Lives Alone tidak bertujuan untuk membuat penontonnya terharu. Serial ini tak seperti sinetron Indonesia pada umumnya, yang dagangannya adalah kisah haru. Dalam setiap episode, tersirat pesan moral seperti quotes di buku-buku motivasi namun tak terasa menggurui. Peran Kotaro Sato di serial ini jelas tak hanya sebagai tokoh utama. Ia juga menjadi alat yang dipakai oleh creator-nya untuk ngampleng dengan lembut, siapa pun yang menonton serial ini.

Ada lima golongan yang menurut saya dapat menikmati tamparan Kotaro dengan menonton Kotaro Lives Alone, yaitu:

#1 Ibu-ibu, terutama yang galak

Dalam beberapa episode, ada aneka pesan yang disematkan untuk para ibu. Mulai dari pesan untuk menerima anak apa adanya hingga pesan untuk bisa lebih menikmati masa-masa manja anak. Dijamin nampol jika yang nonton adalah para ibu yang kebelet banget ingin anaknya mandiri sejak dini. Kotaro Sato menunjukkan bahwa anak juga butuh kemampuan untuk bisa meminta tolong, bukan hanya skill untuk mandiri sedini mungkin.

#2 Bapak-bapak

Ada dua sosok ayah yang menjadi tokoh dalam serial ini, yaitu ayah Kotaro Sato dan Isamu Tamaru (Katsuhisa Namase). Ayah Kotaro adalah pelaku KDRT. Dikisahkan bahwa Kotaro trauma dan menolak bertemu dengan ayahnya. Kotaro lebih memilih hidup sendirian daripada harus ikut dengan ayahnya.

Sedangkan Isamu Tamaru adalah sesama penghuni apartemen yang dulunya anggota Yakuza. Isamu Tamaru sudah bercerai dari istrinya. Ia adalah bapak-bapak berwajah seram dengan suara keras, sok galak, namun berhati lembut.

#3 Komikus dan Penulis

Shin Karino (Yu Yokohama) adalah pembuat manga, tetangga yang paling dekat dengan Kotaro Sato. Ia mengalami kemajuan dalam berkarya setelah mengikuti saran dari editornya untuk lebih peka terhadap orang-orang di sekitarnya. Ia hampir menyerah karena karyanya dianggap kuno dan kalah menarik dengan karya kreator muda. Namun, semangatnya bisa bangkit kembali berkat Kotaro. Perasaan stuck Shin Karino ini relate banget dengan para komikus dan penulis lepas yang sudah berkarya tapi ditolak lagi, lagi, dan lagi . Hiks, mengsedih, kan?

#4 Guru PAUD

Keisuke Hanawa (Daigo Nishihata) yang menjadi guru baru di sekolah dikisahkan sebagai orang yang sangat perhatian dengan para muridnya. Ia mau belajar dari murid-murid yang usianya baru lima tahun. Nggak bermaksud membandingkan, tapi sikap Keisuke jelas beda banget dengan para guru senior di dunia nyata yang biasanya anti kritik dan merasa sudah paling mengerti segala hal yang berkaitan dengan pendidikan anak. Tokoh Keisuke seolah merepresentasikan para pengajar muda di jenjang PAUD yang kebanyakan punya energi lebih untuk bisa menjadi teman bermain siswa.

#5 Anak Kos

Anak kos jelas cocok nonton serial ini. Karena secara keseluruhan, Kotaro Lives Alone merupakan slice of lifes dari kehidupan warga penghuni apartemen Shimizu. Apartemen Shimizu kalau di Indonesia mirip dengan indekos yang fasilitasnya minim. Sosok Kotaro Sato tak selalu tampil sebagai anak yang mandiri dan ceria. Kadang, ia juga merasa kesepian. Kadang ia punya masalah yang harus diselesaikan sendiri. Anak kos pasti relate dengan hal ini.

Jika sobat Milenialis tak termasuk dalam golongan di atas, tenang saja. Tetap menonton pun tak masalah. Setidaknya dengan nonton serial ini, sobat Milenialis bisa tahu bagaimana cara berkomunikasi yang benar dengan anak-anak. Para tokoh dikisahkan sangat menghargai seorang anak kecil. Alih-alih memanggil Kotaro Sato dengan sebutan bocil, mereka justru menghormati anak-anak. Misalnya dengan berjongkok agar posisi mata sejajar saat mendengarkan dan bicara dengan anak kecil.

Editor: Ciqa

Gambar: google.com