Pertanyaan seputar kuliah selalu diiringi dengan pertanyaan-pertanyaan lainnya, seperti “kuliah di mana? “jurusan apa?” atau “ikut organisasi apa?”. Saya berkali-kali mendapat pertanyaan tersebut. Tidak hanya ketika masih menyandang status sebagai mahasiswa baru, bahkan sampai semester akhir, pertanyaan seperti di atas masih saja saya dapatkan.

Sebenarnya pertanyaan-pertanyaan tersebut memang wajar untuk sekadar basa-basi, tapi respon terhadap jawaban dari pertanyaan tersebut agak berbeda. Misalnya ketika kita memberi jawaban tentang kuliah di mana? Dan jurusan apa? Kebanyakan hanya manggut-manggut saja.

Dimulai dari basa-basi “Ikut Organisasi apa?”

Berbeda dengan pertanyaan “ikut organisasi apa?” ketika kita menjawab “tidak ikut organisasi”. Respon yang didapat bukan sekadar manggut-manggut, tapi lebih dari itu. Biasanya akan dimulai dengan pertanyaan “kenapa?” kemudian disertai dengan “padahal organisasi itu blablabla”.

Setelah itu tentu saja, mereka akan bercerita tentang organisasi yang mereka ikuti dan betapa heroiknya anak-anak yang tersebut. Bahkan ada juga yang langsung memberi label, “wah mahasiswa kupu-kupu”, yang seakan mengatakan kalau strata mahasiswa yang ikut organisasi lebih tinggi daripada yang tidak ikut. Dan seakan jika tidak ikut organisasi maka tidak akan bisa berkembang sebagaimana anak-anak yang aktif di organisasi.

Disclaimer, saya bukan mengatakan kalau ikut organisasi tidak ada gunanya, saya paham kalau organisasi memiliki banyak manfaat. Namun, mohon maaf, bagi saya, organisasi hanya salah satu media untuk berkembang, bukan satu-satunya. Pengembangan potensi diri itu tidak hanya ada di organisasi. Apalagi bagi saya pribadi yang cukup susah untuk serawung dengan lingkungan baru.

Banyak kegiatan lain yang bisa mengasah skill presentasi

Dulu, saya sering mendapat iming-iming untuk ikut organisasi agar bisa jago ketika ngomong di depan. Biar cas-cis-cus saat presentasi. Tapi pada akhirnya saya tidak ikut organisasi, dan sampai saya kuliah di semester akhir ini, saya tidak merasa kesulitan untuk presentasi.

Bukan gimana-gimana sih, tapi sepertinya lebih logis kalau ketika pengin jago presentasi dengan lancar, ya belajar, bukan ikut organisasi. Iya sih, organisasi bisa meningkatkan sifat percaya diri dan cara menyampaikan dengan baik. Tapi gini loh, esensi terpenting dari presentasi kan menguasai materi. Percuma Anda memiliki skill public speaking handal, tapi nggak paham materi yang disampaiakan.

Memangnya gimana caranya Anda menyampaikan materi jika Anda tidak paham materi yang disampaikan? Dikira-kira saja? Yo mustahil buos! Mana bisa materi cuma diangan-angan saja.

Beberapa teman saya yang tidak ikut organisasi juga ada loh yang ketika presentasi, semua anak-anak diem dan memperhatikan dengan saksama. Setara ikut seminar motivasi gitu-gitu, kami jadi semangat nyimak penjelasan yang disampaikan.

Dan asal kalian tahu, tidak mengikuti organisasi membuat kami punya banyak waktu kosong yang bisa digunakan untuk banyak hal. Misalnya, mengikuti pelatihan sesuai dengan bidang yang diminati, mengikuti magang, atau langsung praktik jualan untuk memahami pasar sejak dini.

Banyak kegiatan pilihan selain ikut berorganisasi

Saya dulu lebih sering menghabiskan waktu kosong untuk jual-beli hewan. Hasilnya saya paham bagaimana cara menjual dan membeli hewan yang menguntungkan. Saya juga paham kalau ada cara-cara merawat hewan yang lebih efektif dan efisien secara ekonomis, yang sangat susah untuk ditemukan di mesin pencari seperti google, YouTube, dan sebagainya.

Hal-hal kayak gitu tentu saja nggak bakal diajari di organisasi. Eits, sekali lagi, saya nggak bilang ikut organisasi tidak ada gunanya, saya hanya mengatakan kalau ada jalan lain untuk mengembangkan potensi diri.

Selain itu, waktu kosong tersebut sangat bisa dimanfaatkan untuk membaca banyak buku. Karena meski bakalan lupa, membaca itu sangat krusial dan memiliki banyak manfaat.

Membaca buku itu tidak harus dibayangkan akan menjadi sebentuk pengetahuan kognitif. Proses selama membaca itu sendiri sebenarnya sudah sangat bermanfaat. Selama proses membaca (tentu dengan buku yang analitis) sudah merupakan proses berfikir, dan membiasakan berproses demikian ibarat membiasakan otak untuk fitnes, sehingga otot-otot atau jaringan dalam otak bisa berkembang.

Mendapat informasi adalah salah satu manfaatnya saja. Membaca itu bukan hanya kognitif melainkan juga proses berpikir. Dan proses berpikir ini bisa banget mengantarkan kita menjadi mahasiswa yang kritis dan analisis, nggak sekadar ikut-ikutan trend dan manggut-manggut saja ketika ada ada memberikan pendapat.

Sebenarnya yang menjadi kunci adalah, apakah waktu kosong tersebut dimanfaatkan dengan baik atau tidak. Semua orang tentu saja memiliki cara untuk mengembangkan potensi dirinya. Dan sekali lagi, mahasiswa yang tidak ikut organisasi, bukan berarti tidak bisa berkembang.

Intinya kalaupun tidak ikut organisasi, mahasiswa tetap bisa berkembang dengan melakukan aktivitas lainnya seperti baca buku, berpartisipasi di pelatihan atau praktik secara langsung. Tapi kalau tidak ikut organisasi dan fokus rebahan aja tapi pengin berkembang, ya tulung, muhasabah diri Anda!

Editor: Nawa

Gambar: maglearning.id