Belum lama ini saya menerima curhatan dari seorang mahasiswa sekaligus ketua salah satu organisasi kampus (sebut saja Ajril) yang kadernya “terjerat” dalam bisnis MLM, suatu konsep bisnis yang hukumnya sedikit banyak menuai kontroversi sampai saat ini. Ia menyayangkan beberapa kadernya yang seharusnya sangat potensial untuk menjadi kader militan malah terpaksa keluar gara-gara perkara yang sebetulnya sangat bisa untuk diantisipasi. Tidak berhenti disitu, oknum ini (sebut saja mawar) juga mengajak kader-kader lainnya, sehingga aktivitas perekrutan MLM yang dilakukannya mengganggu keharmonisan organisasi.
Awal bermula masuknya MLM ke organisasi
Sebelumnya, Mawar adalah salah satu anggota organisasi kamal yang aktif dan potensial. Bahkan, selama aktif di organisasi ia banyak menorehkan prestasi yang mengharumkan organisasinya. Namun akhir-akhir ini ia tampak pasif dan jarang nongol di even organisasi. Usut demi usut, ternyata mawar telah memiliki kesibukan lain, yaitu bisnis MLM. Alih-alih merekrut kader organisasi, Mawar malah merekrut kader MLM dari kader-kader organisasi.
Ajril selaku ketua organisasi, memaparkan keresahannya kepada saya. “bro, ini kader saya, ikut-ikutan MLM nih”. “Bagus lah, biar dia bisa mandiri finansial” saya menimpali santai. “nggak gitu bro, masalahnya dia ngajak kader organisasiku, sampe-sampe akhirnya mereka keluar organisasi”. “Hahahahahaa, baru aja kemaren ditinggal cewek lu, sekarang ditinggal kader juga” saya masih santai menanggapinya.
Belum lama ini, Ajril memang baru saja ditinggal kekasihnya, ini karena ia dianggap terlalu sibuk organisasi sehingga menurut ceweknya, Ajril tidak lagi perhatian. Ahh ada-ada saja memang tingkah laku wanita. Namun Ajril tidak ambil pusing, walaupun dalam raut wajahnya terlihat masih sedih.
Awal dari kejadian rekrutmen MLM di Organisasi Ajril adalah ketika Mawar direkrut oleh kawan rumahnya dengan iming-imingan akan mendapatkan uang jutaan rupiah dalam waktu singkat apabila membayar investasi awal satu juta, membeli produk dan merekrut orang untuk diajak bergabung MLM. Mawar yang saat itu belum tahu betul tentang MLM tentu saja tergiur. Ia langsung meng-iya-kan ajakan kawannya itu.
Seiring berjalannya waktu, Mawar ternyata kesulitan merekrut orang, Walhasil kader-kader di organisasi menjadi sasaran empuk-nya. Adapun yang menjadi target awal Mawar adalah Kader-kader baru di Organisasi sekaligus adik tingkatnya di kampus.
Dengan Jabatan Mawar sebagai bidang pengkaderan di Organisasi, tentu saja sangat mudah untuk mengajak para kader. Selain memiliki kedekatan yang lebih dibanding teman-teman lainnya, ia juga dihormati karena memang mawar merupakan kakak tingkat dari kader-kader yang diajaknya. Dari sinilah awal mula petaka bagi organisasi yang diketuai Ajril.
Mantan kadernya seperti terhipnotis
Dalam curhatnya, Ajril menceritakan bahwa kadernya seakan-akan dihipnotis oleh Mawar. menurutnya, kader yang telah masuk bersama “komplotan” Mawar menjadi berbeda. Seperti gaya bicaranya yang tidak lagi menghormati Ajril (selaku ketua organisasi) seperti dulu, tatapan matanya kosong dan beberapa hal lain yang Ajril sebutkan kepada saya.
Tentu saja saya sebagai seorang kerabat Ajril sekaligus mahasiswa yang tidak banyak paham tentang Psikologi seseorang menganggap Ajril berlebihan. Bagaimana tidak? lha wong belum lama ini saya ketemu kader yang dimaksud Ajril, dia masih biasa biasa saja, bahkan ia masih sempat menegur sapa kepada saya. Menurut saya, Ajril lah yang sedang tidak baik-baik saja. Sudah ditinggal pacar, ditinggal Kader Pula.
Ajril terlihat benar-benar kesal, ia mengutuk perilaku pebisnis MLM yang dinilai kurang tanggung Jawab, licik dan Culas. Tidak berhenti disitu, Ajril bahkan menyelenggarakan rapat dadakan dengan berbagai Organisasi terkait perihal MLM yang masuk Organisasi. Harapannya agar apa yang terjadi di Organisasinya tidak terjadi di Organisasi lain.
Cidrone ditinggal ayang, ora luwih loro ketimbang ditinggal kader
Menurut saya, bisnis MLM bukanlah sesuatu yang baik, namun tidak buruk-buruk amat ketimbang bermain slot, atau judi online. Namun dalam suatu kasus bisa jadi sebaliknya, MLM menjelma menjadi sesuatu yang sangat buruk. Contohnya seperti kasus yang dialami di Organisasinya Ajril.
Hal ini karena dampak dari bisnis MLM seperti yang dialami Mawar adalah merusak hubungan pertemanan, kekerabatan, keharmonisan organisasi. Serta menjerumuskan orang lain yang sebetulnya tidak minat- minat amat dengan MLM.
Satu hal lagi yang saya ingat dari obrolan saya dengan Ajril saat itu adalah ketika saya menanyakan mana yang lebih sakit. Ketika ia ditinggal pacar atau ditinggal kader. Ia dengan cepat menjawab bahwa tentu saja dua-duanya sakit, tapi kalau dipaksa memilih mana yang lebih sakit, ia merasa ditinggal kader jauh lah lebih sakit. ”Gimana ya bro, aku kan ngganteng ya, jadi gampang aja buatku kalo mau cari pacar lagi, tapi kalo cari kader nggak semudah itu, menurutku Cidrone ditinggal ayang ki, ora luwih loro ketimbang ditinggal kader, ancen MLM ki sialan!!!” Ujarnya meluapkan emosi.
Editor: Assalimi
Gambar: Google
Comments