Internship with paid, sesuatu yang dicari oleh mahasiswa maupun fresh-graduate. Bukan hanya sekadar uangnya saja. Tapi juga, tentang pengalaman kerjanya. Kan uang dari internship itu biasanya cuma cukup untuk makan dan transportasi saja.

Ada salah satu pekerjaan yang mirip dengan internship with paid yang pernah saya jalani. Namanya, relawan Ramadan. Walaupun namanya relawan, tapi pekerjanya akan diberi uang harian yang cukup. Serta diberikan tugas kerja yang profesional.

Rekrutmen relawan Ramadan, biasanya dibuka pada LAZ (Lembaga Amil Zakat) dan BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional). Umumnya, relawan Ramadan terbagi menjadi tiga tugas yang berbeda. Pertama, Fundraiser ZIS (Zakat, Infaq dan Sedekah), tugasnya menghimpun dana ZIS dari mustahiq di berbagai tempat yang telah ditentukan. Kedua, bagian program atau acara, yang menyusun agenda LAZ/BAZNAS, guna memeriahkan bulan Ramadan.

Bagian terakhir, bagian distribusi ZIS, kerjanya untuk membagikan ZIS yang telah terkumpul, kepada orang-orang yang membutuhkan. Kalau saya pribadi, kebagian tugas sebagai fundraiser ZIS. Ada banyak suka dan duka selama menjalani tugas tersebut.

Berdasarkan pengalaman itu. Saya akan menceritakan duka menjadi relawan Ramadan khususnya di bagian fundraiser. Cerita duka ini, bukan hanya dari saya seorang. Ada beberapa junior saya, yang punya pengalaman serupa. Berikut duka yang kerap dirasakan oleh relawan Ramadan di LAZ/BAZNAS:

1. Dianggap peminta-minta

Sebelum terjun menjadi relawan Ramadan, kami diberikan pelatihan terlebih dahulu. Agar tau dasar-dasar zakat dan profil LAZ/BAZNAS. Selain itu, kami juga ditekankan untuk mengajak orang berzakat. Bukan minta-minta zakat.

Sialnya, realitanya sangat berbeda. Jauh dari teori yang diajarkan saat pelatihan. Ketika bertugas, cukup banyak orang yang melihat saya dengan sinis. Atau minimal menghindari lewat depan stand LAZ/BAZNAS. Seolah-olah, saya ini sedang meminta-minta uang kepada orang yang lewat.

2. Diduga ngembat uang ZIS

Lokasi stand LAZ/BAZNAS berdiri di berbagai tempat, selama Ramadan. Tapi umumnya, berada di mall, area perkantoran dan masjid. Alasan berdiri di mall dan masjid karena selama Ramadan, aktivitas umat muslim semakin meningkat pada dua tempat tersebut. Sedangkan, di area kantor, banyak dilewati pekerja. 

Kebetulan, saya kebagian tugas sebagai fundraiser Ramadan di mall. Dengan jangka waktu satu bulan penuh. Selama bertugas, saya mulai berkenalan dengan berbagai pihak di mall. Seperti satpam, manajemen mall dan SPG/SPB.

Karena saking dekatnya dengan berbagai pihak di mall. Saya pernah dinasihati oleh seorang satpam mall. Dia menyarankan untuk nggak melanjutkan pekerjaan yang sedang saya jalani ini. Sebab menurutnya, uang yang dihasilkan dari pekerjaan ini, sama dengan ngembat uang ZIS.

3. Lembaganya dicurigai nggak amanah

Masih ingat berita dugaan penggelapan dana yang dilakukan pimpinan ACT?. Menurut saya, berita itu sangat trending. Saking trendingnya, dapat meruntuhkan citra positif LAZ/BAZNAS, yang telah dibangun selama bertahun-tahun.

Padahal, jauh sebelum berita tersebut trending. LAZ/BAZNAS sudah sering dicurigai nggak amanah atau sulit dipercaya oleh masyarakat. Makanya, banyak orang yang saya ajak berzakat di LAZ/BAZNAS, menolak mentah-mentah. Dengan alasan, lebih yakin dan percaya menyalurkan zakat di masjid dekat tempat domisili.

4. Jarang shalat tarawih berjama’ah

Petugas fundraiser tiap stand LAZ/BAZNAS biasanya ada dua orang. Shiftnya pun, cuma dua. Shift satu, dari jam sembilan pagi sampai empat sore. Sedangkan shift dua, sejak jam tiga sore sampai jam sepuluh malam.

Kalau kebagian jatah shift dua, saya sulit untuk shalat tarawih berjama’ah. Karena, stand LAZ/BAZNAS, nggak bisa ditinggal selama itu. Oleh karena itu, biasanya saya shalat tarawih sendiri di rumah. Setelah pulang kerja.

5. Sulit menikmati momen buka puasa

Setiap bulan Ramadan, mesti jadwal berangkat dan pulang kantor disesuaikan. Umumnya, jadwal pulang kantor akan lebih cepat dari biasanya. Supaya para pekerja bisa menikmati momen buka puasa bersama keluarga.

Hal yang berbeda dihadapi oleh relawan Ramadan. Relawan yang kebagian shift dua, biasanya buka puasa di tempat kerja. Sehingga, kurang dapat momen buka puasanya. Terutama momen buka puasa bersama keluarga.

6. Kerja setiap hari

Meskipun kami relawan, waktu kerja kami nggak main-main. Khususnya, fundraiser ZIS yang bertugas di mall. Karena, mall selalu buka setiap hari. 

Kami sebagai fundraiser ZIS juga ikut kerja setiap hari. Dan nggak pernah ada liburnya. Itu dilakukan selama satu bulan Ramadan. Bayangkan bagaimana capeknya kami !?.

7. Libur mepet lebaran

Salah satu konsekuensi jadi relawan Ramadan adalah dapat jatah libur yang mepet. Pada h-1 lebaran, saya baru selesai bertugas sebagai relawan. Bahkan, pada malam takbiran, saya masih jaga stand LAZ/BAZNAS. Padahal, pekerja pada umumnya, sudah dapat jatah cuti bersama. Dan sedang belanja untuk persiapan lebaran atau mudik ke kampung halaman.

Begitu sekiranya beberapa duka saat menjadi relawan Ramadan. Meskipun ada dukanya, saya cukup bahagia memiliki pengalaman sebagai relawan Ramadan. Sebab, cukup sesuai dengan latar belakang pendidikan saya.

Gambar : Google

Editor : Assalimi