Sudah tiga minggu jalan ini, saya berada di ruang belajar bersama anak-anak gen z seusia SMA. Ya benar, karena saya mengajar, lebih tepatnya mengajar sementara karena menggantikan guru yang cuti mengajar. Sebenarnya hal yang saya lakukan juga linier sih dengan latar belakang pendidikan saya yaitu mahasiswa program studi pendidikan. Orang bilang saya “calon guru”.
Beberapa minggu berada bersama murid-murid SMA sedikit banyak dapet insight soal pembelajaran sih. Apalagi soal pengondisian kelas yang setiap kelas punya karakter masing-masing di setiap siswanya, termasuk soal gaya belajar. Sehingga sebagai guru harus adaptif untuk mengelola kelas dan menyampaikan materi. Intinya adalah gaya mengajarnya beda tapi punya esensinya sama.
Sejauh ini dari pengamatan sebagai guru ke murid-murid selama pembelajaran, mereka adalah tipe yang belajar dalam kondisi santai. Santai dalam artian mereka bisa bebas diskusi soal tema materi, memahami materi sambal mendengarkan musik, nonton video tentang materi pembelajaran. Tentu dengan gaya belajar masing-masing anak yang berbeda-beda ada yang visual, auditori, dan kinestetik. Bisa dibayangkan ya betapa beragamnya keadaan kelas ketika semua siswa memiliki gaya belajar yang berbeda-beda.
Sadar atau ga sadar sebenernya saya juga gen z sama seperti mereka. Mungkin saya juga tergolong ke salah satu jenis gaya belajar tersebut. Rasa-rasanya jadi berkaca kalo liat murid-murid “oh jadi gini ya aku” karena ngrasa segenerasi hehe. Nah, mungkin sesama gen z saya punya tips sih buat temen-temen gen z yang bingung, gimana cara belajar biar materi masuk tapi rasa belajarnya lebih menyenangkan?
Temukan Gaya Belajar pada Diri Sendiri
Hal utama dan pertama yang harus dilakukan, menemukan karakteristik gaya belajar pada diri kita sendiri. Hal tersebut jadi pengetahuan dasar buat diri kita, karena mengenal diri sendiri itu penting. Jika sudah mengetahui kita masuk pada kategori gaya belajar yang mana, maka diri kita akan menyesuaikan untuk melakukan aktivitas belajar sesuai dengan gaya diri kita.
Kita bisa identifikasi apakah diri kita memiliki gaya belajar visual (gaya belajar yang memanfaatkan penglihatan), auditori (gaya belajar yang mengandalkan pendengaran), atau kinestetik (gaya belajar yang lebih mudah menyerap informasi dengan bergerak, berbuat, dan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu). Yuk kenali gaya belajar diri kita!
Ciptakan Suasana Belajar yang Sesuai Karakter Diri
Menciptakan suasana belajar yang sesuai sama karakter diri sendiri itu penting, karena dengan ini kita akan belajar dengan lebih enjoy. Setiap orang punya karakteristik yang berbeda-beda, ada orang yang tipe belajarnya harus dalam situasi ruangan yang hening dan fokus, ada juga punya yang tipe belajar harus dengan mendengarkan musik. Terdengar agak aneh karena “masak iya dengerin musik bisa sambal belajar”, tapi nggak sedikit orang yang tipe belajarnya kayak gitu. Ada juga yang belajarnya harus di suasana tempat yang cozy kayak di café-café. Masih banyak lagi tipe suasana belajar lain yang mungkin itu tipe kalian.
Luangkan Waktu Khusus untuk Belajar
Meluangkan waktu khusus untuk belajar itu perlu, karena dengan meluangkan waktu khusus itu artinya kita benar-benar mementingkan belajar dan meniatkan diri untuk belajar di waktu tersebut. Penting juga waktu belajar dibuat sebagai rutinitas khusus yang wajib ada disetiap harinya. Itu artinya dalam keadaan apapun dan dimanapun kita akan luangkan waktu tersebut untuk belajar, ya karena memang sudah jadwalnya. Hal itu sedikit demi sedikit akan menjadi habit baik untuk diri kita, dan jika sudah menjadi habit akan tertanam sebagai karakteristik yang baik pula pada diri kita.
Nah, itu dia 3 tips yang bisa dilakukan buat temen-temen gen z dari saya yang gen z juga. Sebenernya hal itu muncul selama saya menjadi pembelajar juga sekarang menjadi pengajar. Artinya saya punya dua sudut pangang yaitu sudut pandang sebagai mahasiswa yang belajar dan sebagai guru yang mengajar dan mengamati murid belajar. Jadi mari kenali diri sendiri dan temukan gaya belajar ala gen z atau sesuai kita. Jadi gen z yang “nyantai tapi nyinau” yuk!
Foto: Unsplash
Editor: Pratama
Comments