Sebuah pertandingan sepak bola tentu memiliki suatu peraturan yang mengatur jalannya pertandingan. Disamping law of the game peraturan pertandingan lebih tepatnya mengatur hal-hal khusus yang belum diatur dalam suatu pertandingan. Salah satu peraturan pertandingan yang jarang diketahui ialah Golden Goal. System Golden Goal merupakan system yang dianut pada tahun 90 an, kemungkinan kurang diketahui penggemar sepak bola generasi milenial.
Simplenya Golden Goal berlaku pada babak gugur dan berlanjut ke perpanjangan waktu. Ketika perpanjangan waktu terdapat tim yang mencetak gol terlebih dahulu, maka tim tersebut akan dinyatakan sebagai pemenang. Sehingga, perpanjangan waktu tidak sampai 30 menit. Namun bila tidak ada gol tercipta, akan dilanjutkan ke babak adu penalti.
Peraturan ini menimbulkan pro dan kontra bagi penggemar sepak bola. Kedua klub bakal memilih bertahan dan menurunkan intensitas selama perpanjangan waktu. Alhasil, pertandingan terlihat lebih membosankan dan kurang menarik. Setiap tim memilih bermain aman untuk menghindari goal dan melanjutkan adu penalti. Peraturan ini tidak diterapkan lagi pada tahun 2000 an.
Dilansir dari Bola.com, system Golden Goal dikenalkan FIFA pada tahun 1993 pada ajang Piala Dunia U-20 Australia. Namun sistem tersebut baru diterapkan pada tahun gelaran Euro tahun 1996. Tak tanggung-tanggung, kejadian pertama kali pada partai final EURO 2006 yang mempertemukan Jerman dan Republik Ceska. Pada pertandingan tersebut kedua tim bermain sama kuat dengan skor 1-1. Memasuki babak perpanjangan waktu, gola tercipta pada menit ke-5, sehingga wasit meniup peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan. Goal tersebut menjadi goal pertama dalam serjarah pertandingan sepak bola.
Kejadian serupa terjadi pada partai final gelaran EURO 2000 yang mempertemukan Prancis dan Italia. Italia yang unggul lebih dulu harus memupuis harapan karena goal pada injury time. Alhasil pertandingan dilanjutkan dengan perpanjangan waktu dan berakhir dengan kemenangan prancis berkat gol dari Trezquet.
Sejatinya peraturan ini sudah berlaku pada sepak bola Amerika pada tahun 1970. Peraturan waktu itu disebut dengan sudden death atau dikenal dengan kematian mendadak. Biasanya tim akan terpukul keras seolah mati mendadak. Setelah EURO 2000 peraturan ini tidak diterapkan kembali dalam kompetisi internasional.
Menurut pengamatan saya, system Golden Goal ini tidak mungkin diterapkan dalam kompetisi di Indonesia. Seperti diketahui bersama tidak ada turnamen yang ada di Indonesia seperti halnya Piala Indonesia atau Copa Indonesia awal 2000 an. Hal ini tidak memungkinkan adanya sistem gugur pada gelaran Liga 1.
Selain itu, rendahnya literasi supporter juga berpengaruh pada pertandingan bila menerapkan system Golden Goal. Bukan tidak mungkin, para penonton bakal mengeroyok wasit bila terjadi Golden Goal padahal pertandingan belum usai. Kalau menurut simbah mafia wasit “masalah supporter mereka mengetahui permainan tapi tidak mengetahui peraturan”.
Alasan berikutnya kurang percaya terhadap kepemimpinan wasit. Wasit selalu dianggap biang kekalahan suatu tim. Seperti kita ketahui wasit juga manusia yang kadang salah dan tidak selalu benar. Memang keputusan wasit selalu kurang pas terhadap tim yang dirugikan, namun sebagai supporter bukankah kurang tepat bila terus menyalahkan wasit. Bayangkan saja bila seluruh wasit ogah memimpin pertandingan, nanti lebih repot lagi.
Alasan yang terakhir yaitu fasilitas pendukung wasit. Fasilitas yang saya maksud yaitu VAR (Video Assistant Referee) yang bakal membantu kinerja wasit. Walaupun mengurangi nuansa pertandingan, VAR justru dibutuhkan di Indonesia. Hal ini dapat menyelesaikan permasalahan di lapangan, sehingga manajemen tim tidak perlu menunjukkan rekaman kejadian yang diunggah akun media sosial.
Editor: Ciqa
Gambar : Tempo.co
Comments