Beberapa waktu lalu, dunia maya sedikit geger dengan adanya statement dari Menteri Agama tentang “ Good Looking dan Radikalisme”. Sikap kita sebagai seorang muslim yang baik, harus senantiasa berprasangka baik dengan saudaranya, termasuk kepada beliau. Mungkin saja niat beliau sebenarnya baik, yaitu waspada terhadap penyebaran dakwah ekstrem di Indonesia, yang berujung kepada teror dan bom bunuh diri. Hanya saja, memang pernyataannya sedikit kontroversial.

Lantas, apa hubungan good looking, hafizh Qur’an, dan Islam radikal?

Arti Radikal

Dalam Bahasa Latin, istilah ‘radikal’ berarti akar, sumber, dan asal mula. Kalau memang artinya seperti ini, maka sebagai seorang mukmin harusnya bangga dengan mengakarnya keimanan di dalam dada, senantiasa beragama sesuai dengan sumbernya (Al-Qur’an dan As-sunnah), dan selalu mengikuti ajaran para pendahulu dari zaman asal mula Agama Islam (Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabatnya).

Masalahnya, makna radikal saat ini sudah bergeser dari yang awalnya bernilai positif menjadi bermakna negatif. Saat ini, radikal seringkali digunakan untuk melabeli ajaran/ kelompok tertentu yang bersifat ekstrem, memaksakan kehendak, melakukan aksi teror, bahkan sampai menghalalkan darah saudara mereka.

Tidak diragukan lagi, Islam sangat melarang yang namanya teror, membunuh, memaksa, menjatuhkan, dan berbagai macam tindakan kekerasan lainnya.

Dalam Al-Qur’an telah disebutkan:

“Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya”Q.S. Al-Maidah: 32

Nabi Muhammad ﷺ pernah bersabda:

” Tidak halal darah seorang muslim kecuali dengan salah satu dari tiga sebab: (Pertama) Duda atau janda yang berbuat zina. (Kedua) Pembunuh yang dibalas bunuh (Qisash). (Ketiga) Orang yang meninggalkan agamanya (Murtad) serta memisahkan diri dari jama’ah. ”H.R. Bukhari dan Muslim

Dari kedua dalil di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa Islam sangat menghargai nyawa dan hak-hak manusia. Bahkan, kalaupun memang ada yang melanggar ketentuan di atas, tidak boleh serta merta dibunuh. Ada banyak syarat yang harus dipenuhi (yang mana semua syarat-syarat itu tidak mudah sama sekali). Dan yang boleh membunuhnya hanyalah orang yang memiliki wewenang (Amir) setelah melalui proses hukum yang panjang.

Rasulullah ﷺ juga pernah bersabda:

“Tidak boleh ada bahaya dan tidak boleh membahayakan orang lain.”H.R. Ibnu Majah dan Daruquthni

Makna ‘bahaya’ dalam hadis ini sangatlah luas dan mecakup banyak sekali aspek kehidupan kita, termasuk; tindakan ekstrem, menzalimi, menakut-nakuti, apalagi sampai menghalalkan darah orang muslim yang lain.

Sebenarnya, masih ada banyak sekali dalil-dalil yang menunjukkan bahwa Islam adalah agama Rahmatan Lil Alamin, serta membenci tindakan-tindakan ekstrem yang membahayakan umat manusia.

Lalu, bagaimana kita mencegah perkembangan ideologi ekstrem ini?

Salah satu cara yang paling benar adalah dengan pendidikan; dengan mengajarkan umat manusia tentang aqidah dan ajaran Islam yang benar, sehingga masyarakat akan mengerti betul bahwa sejatinya, Islam tidak pernah mengajarkan tindakan kekerasan dan terorisme.

Salah satu penyebab tersebarnya ajaran ekstrem adalah; semangat beragama yang tidak didukung oleh pengetahuan agama yang cukup beserta pemahaman yang benar, sehingga mereka salah paham dan bertindak ghuluw (ekstrem) dalam beragama. Padahal, Islam tidak pernah mengajarkan tindakan-tindakan ekstrem tersebut. Allah ta’ala berfirman:

“Wahai Ahli Kitab! Janganlah kamu ghuluw (melampaui batas) dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allâh kecuali yang benar”Q.S. An-Nisâ: 171

Saya pernah beberapa kali mengikuti kegiatan tentang ‘mencegah radikalisme’, dan ada salah satu pernyataan dari Kapolres Jember yang masih saya ingat sampai hari ini, kurang lebih: “Tidak ada yang namanya Islam radikal, yang ada hanyalah oknum yang salah paham tentang Islam, sampai menghalalkan tindakan ekstrem dan terorisme atas nama agama.”

Pernyataan beliau memang benar, karena salah satu permasalahan kita saat ini: banyak orang yang enggan belajar Agama Islam karena takut diajarkan kekerasan, takut dianggap teroris, dan berbagai ketakutan tak berdasar yang muncul dari masyarakat kita sendiri. Padahal, ketidaktahuan itulah akar permasalahannya.

Good Looking dan Radikalisme

Jangan salahkan Agama Islam, jangan salahkan para penghafal Qur’an, jangan salahkan para pemuda masjid yang good looking, dan jangan salahkan mereka yang berusaha menerapkan Al-Qur’an dan As-Sunnah diatas pemahaman Ahlus-Sunnah. Mereka adalah orang-orang yang berusaha memperbaiki diri dan berusaha meraih rida Allah. Jangan malah menuduh mereka dengan tuduhan yang tidak-tidak, sampai ada bukti kuat bahwa memang ‘ada yang salah’ dengan pemahaman mereka.

Mari bersama-sama bersemangat dalam belajar agama, agar kita dapat terhindar dari pemahaman-pemahaman yang salah. Kita juga harus selektif dalam belajar, serta berguru kepada para Ulama yang sudah terbukti keilmuannya. Karena Muhammad bin Sirin rahimahullah pernah mengatakan:

“Ilmu ini adalah bagian dari agama kalian, maka perhatikanlah baik-baik dari siapa kalian mengambil ilmu agama.”

Penulis: Ridho Ghifary

Penyunting: Aunillah Ahmad