Masa depan itu penuh dengan ketidakpastian. Tidak ada yang tahu apa yang bakal terjadi di masa yang akan datang, karena hanya Tuhan yang tahu akan hal tersebut. Sebagai manusia, kita pasti sering mengalami ketakutan apa yang bakal terjadi di masa kemudian. Takut kelak menjadi seperti apa, kaya atau miskin, bahagia atau sengsara, bahkan ada yang takut besok makan apa. Masa depan itu sendiri tidak bisa dijangkau oleh akal manusia.

Oleh karena itu, yang perlu kita lakukan adalah mengalir seperti air, namun tidak terbawa oleh arus. Maksudnya, kita berusaha sebisa mungkin, kemudian tawakal. Sebagai contoh, besok kita akan melaksanakan ujian dan yang perlu kita lakukan tentu adalah belajar semaksimal mungkin serta berserah diri kepada Allah Swt. Masalah besok bisa menjawab atau tidak, itu urusan terakhir.

Jangan Terlalu Memikirkan Masa Depan

Ketika terlalu sibuk memikirkan masa depan, maka yang sering terjadi adalah takut untuk melangkah atau memulai sesuatu. Karena diliputi rasa takut dan was-was terhadap apa yang bakal terjadi selanjutnya. Misalnya, kita ingin berbisnis, namun takut dengan apa yang terjadi ke depannya, yaitu berupa kegagalan. Akibatnya yang terjadi adalah tidak berani untuk memulai berbisnis, dan pada akhirnya suatu saat nanti akan timbul penyesalan karena tidak pernah mencoba.

Sujiwo Tejo pernah berkata yang hendaknya kita renungkan sebagai sebuah nasihat. “Menghina Tuhan itu ga harus injek-injek Al-Qur’an, nggak harus nginjek-nginjek Injil, nggak harus mainin nabi-nabi. Tapi, besok kita khawatir ga bisa makan, besok kita khawatir ga punya jodoh, besok kita khawatir skripsi ga selesai, itu sudah menghina Tuhan.”

Sebuah ketakutan akan masa depan membuat kita sering kali lupa untuk bersyukur, sekaligus juga membuat pesimis. Dan lebih parahnya lagi, ketakutan tersebut membuat lupa kepada Tuhan, akibatnya lupa berdoa.

Oleh karena itu, yang terpenting dalam menghadapi masa yang akan datang adalah optimis. Marilah kita jangan terlalu berpikir sempit. Apa pun yang terjadi di masa yang akan datang bukan untuk ditakuti, tetapi masa depan harus dihadapi dengan penuh semangat dan optimisme.

Editor: Nirwansyah

Ilustrasi: Alif.ID