Tanggal 9 Mei adalah tanggal sakral bagi beberapa negara Eropa Timur. Peringatan sakral atas kemenangan melawan Nazi Jerman. Terhitung jutaan jiwa masyarakat Eropa Timur meninggal, terusir atau hilang atas kampanye penghapusan ras dan eksploitasi berdarah dalam sejarah manusia.

Kenangan atas kemenangan tersebut diperingati tiap tahunnya. Namun kini sangat berbeda, cenderung pahit. Kebrutalan hadir kembali di depan mata ratusan ribu rakyat Ukraina. Kawan dekat mereka meringsek masuk dari tiga arah. Berusaha melakukan de-Nazifikasi berkedok “Operasi Militer Khusus”. Suatu final move dari tiga wilayah Ukraina yang lebih dulu di rebut 8 tahun lalu.

Terhitung Rusia memobilisasi pasukannya sejak tahun baru 2022 di perbatasan Rusia-Ukraina dan Belarusia. Serangan dimulai secara kejut pada tanggal 24 Februari 2022.

Didahului serangan cepat pasukan penerjun payung Rusia (VDV) menduduki bandara serta bangunan strategis lain. Serta gelombang misil berpemandu yang secara tepat melumpuhkan jembatan, gudang senjata, pelabuhan, pabrik serta markas militer. Diikuti pasukan mekanis dengan rombongan tank, truk, panser dan helikopter yang siap menyapu sisa pasukan Ukraina.

Kemenangan kecil dan cepat dapat diraih. Bandar udara Hostomel diambil alih pasukan VDV dalam hitungan jam, pasukan mekanis menguasai Chernobyl dan kota lain. Misil beterbangan di langit langsung menghujam target dan meledak.

Angkatan udara Rusia membabat banyak pesawat lawan dan melakukan bantuan pengeboman. Invasi ini dibantu dua wilayah separatis bentukan Rusia yang telah “di-boneka-kan”, Republik Rakyat Luhansk dan Republik Rakyat Donetsk.

Pasukan Ukraina dibuat syok atas serangan kejut ini. Angin kemengan dirasa berhembus kencang. Kiev didikte akan jatuh dalam satu hari. Odesa, Lviv dan Kharkiv nampaknya akan ikut jatuh di selang lusa atau tulat. Pesisir Ukraina dapat dikuasai beserta seluruh armada kapal perang Ukraina.

Namun keajaiban muncul. Ukraina tanpa disangka dapat gigih melumpuhkan satu per-satu gelombang mekanis Rusia. Tercatat ratusan panser dan tank dapat dilumpuhkan dan dibajak dalam tempo tiga hari.

Payahnya Jalur Logistik

Kesalahan fatal Rusia pertama payahnya jalur logistik. Nampaknya bila bersumber pada cerita  patriotisme, kekuatan besar selalu menang. Hiperbola tersebut nampak seperti isapan jempol bila seorang prajurit muda di garis depan kelelahan tak mendapat amunisi bagi senjata dan perutnya.  Maka desertasi tidak dapat dihindari.

Dalam hitungan hari, invasi ini menjadi petaka. Banyak alat tempur tak mendapat bahan bakar, senjata tidak dapat amunisi dan suku cadang, bahkan prajurit tidak mendapat kaos kaki baru.

Hal ini diperparah oleh sabotase jalur logistik perang, truk dicegat dan diklitih. Barang tidak sampai ke garis depan, pasukan Ukraina dengan mudah merujak konvoi Rusia yang kekurangan logistik sehingga menimbulkan kerugian besar.

Rendahnya Moral Pasukan Rusia

Kesalahan kedua, rendahnya moral pasukan Rusia. Ingat, 31 tahun lalu kedua negara ini hidup dalam satu meja yang sama. Disatukan oleh semangat sosialisme dan kenangan buruk okupasi Jerman.

Peperangan adalah produk dari kemarahan dan kebencian yang buntu. Siapa yang marah dan benci? Bukan seorang prajurit muda yang mungkin masih lebih muda daripada saya. Prajurit yang umumnya direkrut dari pedalaman Buryat, Siberia. Seorang miskin, bertekad memakmurkan desanya.

Atau pemuda Chechen yang sedang bersusah-susah mencari kerja di antara perbukitan tandus Kaukasus. Mereka akan bertanya kita berperang untuk apa dan siapa? Ditambah minimnya logistik serta medan perang yang semakin mendesak. Membuat moral dan semangat memudar.

Desersi bahkan keinginan membelot meningkat. Stress dan depresi membuat tindakan keji tidak terelakkan, target sipil mulai diincar. Di sisi lain masyarakat Ukraina menganggap invasi ini adalah Perang Patriotik Raya Kedua mereka, melawan saudara mereka yang tega.

Mobilisasi dengan cepat dilakukan sehingga dalam waktu beberapa hari, ratusan ribu warga Ukraina angkat senjata. Membela bangsa mereka sekali lagi dari agresor “fasis”.

Rendahnya Popularitas Perang

Kesalahan ketiga rendahnya popularitas perang. Kaget dan marah tak hanya muncul dari rakyat Ukraina. Secara  mencengangkan, perasaan ini muncul dari Rakyat Rusia dan Belarusia.

Gelombang demonstrasi menentang perang muncul di kota-kota besar hingga kecil. Berujung ribuan warga ditangkap dan dipenjara selama 8 tahun atas dasar penghianatan negara.

Yang lebih mengagetkan adalah pasukan Belarusia yang seharusnya ikut berperang dengan Rusia menolak perintah tersebut. Mengakibatkan pasukan Rusia di Ukraina terjebak kantong gerilya dan dengan mudah ditumis pasukan Ukraina.

Rentetan sabotase “partisan” terjadi di seantero Rusia. Jembatan kereta api, fasilitas energi dan pertahanan menjadi target ledakan dan kebakaran misterius. Uno Reverse Card dari apa yang masyarakat Soviet lakukan terhadap pendudukan Jerman dulu.

Membuka Kenangan Lama

Kesalahan keempat, membuka kenangan lama. Tahun 1938 Jerman mencaplok wilayah Sudeten, Cekoslowakia atas dasar wilayah tersebut banyak dihuni etnis Jerman, dunia meng-iya-kan perundingan.

Tak selang beberapa lama seluruh wilayah Cekoslowakia di invasi dan dicaplok secara sepihak tanpa tedeng aling-aling. Pola yang sama dilakukan Rusia 8 tahun lalu, 3 provinsi yang terdiri dari Ukraina, Luhansk, Donetsk dan Krimea dicaplok Rusia dengan alasan banyak dihuni etnis Rusia, dunia meng-iya-kan dengan terpaksa.

Lalu sekarang Ukraina ingin dilahapnya dengan rakus.  Kenangan atas agresi liar invasi Rusia tersebut menyulut kenangan pahit. Berawal dari satu wilayah ke banyak negara. Praktis negara-negara Eropa sepakat turun tangan melindungi Ukraina demi menghentikan perang di satu tempat saja. Amat sangat fatal bila perang besar menjalar liar di Eropa sekali lagi.

Salah Memilih Teman

Kesalahan kelima, salah memilih teman. Rusia berperang sendiri dalam perang ini, tanpa bantuan signifikan dari beberapa “sahabatnya”. Diktator Chechnya, Ramzan Khadirov menyediakan prajurit preman dalam berperang namun tak menunjukkan hal yang progresif di garis depan.

Alih-alih menambah posisi strategis Rusia, banyak pasukan Chechen ini adalah pemuda yang ikut perang atas hasutan anti-semit atau dipaksa bergabung. Umumnya memberatkan proses peperangan karena bertindak serampangan dan sering membocorkan lokasi kepada Ukraina lewat video atau foto tanpa pengawasan.

Belarusia juga enggan membantu nyata walau bersikap nggah nggih terhadap Rusia. Bahkan Korea Utara menganggap invasi Rusia ini hal gila!

Berbeda 180 derajat dengan Rusia. Simpati dunia nampaknya terarah pada Zelensky serta rakyat Ukraina. Alasan utamanya Ukraina merupakan pintu gerbang Eropa. Bila negara ini kalah, maka peperangan tak akan terelakkan. Invasi Rusia Eropa Barat dan negara Skandinavia akan terjadi.

Tak mengagetkan bila dukungan datang dari banyak negara Eropa dan dunia. Triliunan dolar masuk ke kas Ukraina beserta bantuan persenjataan yang dalam sekejap melampaui daftar alutsista Indonesia.

Gelombang pengungsi Ukraina membanjiri negara Eropa. Mereka disambut gegap gempita. Ribuan relawan datang membantu dari banyak negara untuk ikut berperang. Membuat invasi Rusia ini semakin alot.

Bantuan Ukraina juga berbentuk pemutusan hubungan dagang serta embargo. Dunia mencoba membuat Rusia pincang dan kelelahan dalam membiayai perang. Perlu diingat, tiap hari Rusia mengeluarkan jutaan dolar untuk membiayai kebutuhan perang.

Ditambah bahan baku senjata, peralatan perang dan bahan logistik Rusia lain di embargo impornya. Melucuti kemampuan perang atrisi Rusia dalam jangka panjang. Hal ini juga memaksa masyarakat Rusia untuk hidup dalam keterbatasan.

Diakhir, konflik dua saudara ini adalah bentuk kebalikan luar biasa atas perjuangan yang mereka perjuangkan lalu. Pola yang ditakuti terjadi lagi dan kini oleh koncone dewe.

Refleksi dari 9 Mei ini tampak seperti mengulang dan membalik kenangan lama, melupakan namun dilakukan polanya atas kenangan. Loh bingung to? wkwk.

Intinya segala bentuk invasi atas suatu negara berdaulat yang merdeka tidak dapat dibenarkan. Tidak elok untuk didukung dan perlu direnungi dampaknya, tak perlu diglorifikasi berlebihan.

Negara besar seperti Rusia saja akhirnya masih alot menelan biji salak dari kegigihan Ukraina mempertahankan negaranya. Nampak Beruang Kertas Terendam Air Bah di Laut Azov!

Editor: Lail

Gambar: Pexels