Kamu tinggal di sebuah gang buntu dan rumahmu berada di ujung jalan gang tersebut. Disekelilingmu terdapat rumah-rumah tetangga yang membentang sampai unjung pintu masuk gang. Masalahnya adalah kamu hanya punya akses keluar masuk melalui 1 jalan tersebut.

Bayangin jika kamu adalah satu-satunya dokter yang ada di daerahmu. Sementara itu dalam kondisi mendesak ada pasien diluar gang yang sangat butuh bantuanmu, akan tetapi perjalananmu menuju rumah pasien terganggu karena pintu masuk gang ditutup akibat ada hajatan.

Sayangnya kamu tidak bisa memilih jalan keluar selain melalui jalan itu, akibatnya pasien mu terlambat mendapat pertolongan.

Kira-kira begitulah sedikit analogi mengenai sebuah kawasan yang mempunyai posisi sangat penting bagi perekonomian dunia saat ini. Yaa… tempat itu bernama Selat Hormuz.

Dimana letak Selat Hormuz?

Kalau kamu membuka Google Maps, perairan sempit ini berlokasi di kawasan Timur Tengah, tepatnya berada diantara Teluk Persia dan Teluk Oman.

Di lokasi ini terdapat 8 negara negara yang berbagi garis pantai dengan Teluk Persia, mulai dari Saudi Arabia, Kuwait, Qatar, Uni Emirat Arab, Oman, Bahrain, Irak dan Iran.

Diantara 8 negara itu, ada 4 negara yang sangat bergantung dengan Selat Hormuz karena hanya itulah satu-satunya jalan jika mereka ingin melakukan pelayaran menuju Samudera Hindia.

Mengapa Selat Hormuz sangat penting bagi perekonomian dunia saat ini?

Selat Hormuz adalah perairan sempit yang memisahkan dua wilayah daratan, yakni Semenanjung Arab di selatan dan Daratan Persia di utara.

Lebar dari selat ini sekitar 48,2 km dan menjadi satu-satunya gerbang keluar masuk bagi negara-negara yang berbatasan langsung dengan Teluk Persia.

Jika dilihat sekilas dengan peta menggunakan citra satelit, negara-negara yang berada di sekeliling kawasan ini terlihat gersang.

Secara logika, nggak mungkin dong padi, sayuran, dan bahan pangan lainnya bisa tumbuh subur dan menjadi produk utama negara-negara tersebut.

Akan tetapi, perlu diketahui bahwa dibawah tanah negara-negara Jazirah Arab ini terkandung gula yang mebuat negara-negara lain layaknya semut.

Sumber daya alam tersebut adalah minyak mentah dan gas alam cair yang saat ini memilki peran sangat penting dalam mengendalikan perekonomian dunia.

Listrik dan kendaraan yang kita pakai saat ini dapat berfungsi karena sebagian besar masih mengandalkan sumber energi dari minyak dan gas sebagai pembangkit/bahan bakar utama.

Bayangin jika jaringan telekomunikasi mati karena nggak ada listrik dan kendaraan bermotor nggak bisa jalan gara-gara bensin habis!

Nggak lucu kan, kamu yang lagi LDRan sama ayang harus putus gara-gara nggak bisa bales chatnya?

Nggak lucu juga jika kamu yang udah pesen daster lewat olshop tapi pesananmu telat datangnya gara-gara kurir yang nganter pesananmu harus berhenti di tengah jalan karena motornya nggak bisa jalan akibat bensin habis. Ujung-ujungnya nanti kurir lagi yang diomelin.

Wuiih se-mengerikan itu bukan? BUKAN… (nada Pak Zidan).

Itu tadi adalah gambaran kecil ketergantungan kita pada minyak dan gas alam sehari-hari tanpa kita sadari.

Begitu juga negara-negara ini yang telah lama bergantung pada keberadaan minyak dan gas. Sebut saja Cina yang merupakan importir minyak terbesar di dunia masih membutuhkan 45% pasokan dari negara-negara di Teluk Persia.

Jepang yang merupakan salah satu negara maju di Asia ini ternyata miskin sumber daya alam, bahkan 60% sumber energi mereka masih mengandalkan minyak dan gas yang dikirim melalui Selat Hormuz.

Kebutuhan sebesar itu hanya bisa didistribusikan melalui jalur laut karena biaya dan daya tampung kapal kargo lebih murah dan muat lebih banyak jika dibandingkan dengan jalur udara.

Hal inilah yang membuat posisi selat Hormuz menjadi salah satu Choke point paling penting di dunia.

Apa jadinya jika Selat Hormuz di blokir?

Karena pentingnya keberadaan selat Hormuz, maka ada gula ada semut, dimana ada barang berharga pasti banyak yang berebut.

Ketegangan yang melibatkan Iran dan AS sejak lama telah menjadi bukti bahwa selat Hormuz sangat penting.

Semua dimulai tahun 2012 saat AS menolak pengembangan senjata nuklir di Iran sehingga berakibat dijatuhkannya sanksi kepada Iran.

Pihak Iran yang tidak terima atas sanksi itupun mengancam balik akan mengganggu lalu lintas perdagangan yang terjadi di selat Hormuz.

Hingga sekarang, ketegangan itu masih terjadi. Skenario terbesar jika konflik ini masih berlanjut hingga sampai pada puncaknya, maka bukan tidak mungkin akan terjadi blokade terhadap selat Hormuz.

Jika ini terjadi, perekonomian dunia akan lumpuh dan bukan tidak mungkin dapat memicu perang dunia ke 3.

Editor: Lail

Gambar: Google