Kita di Indonesia sudah terbiasa hidup di bawah demokrasi. Konsep one man one vote, vox populi vox dei, suara rakyat suara tuhan, dan sebagainya. Sudah tidak terlalu asing di telinga kita. Tapi, apakah demokrasi adalah satu-satunya bentuk pemerintahan di dunia?

Sekilas Monarki

Mungkin kamu sudah tau, atau mungkin juga belum, bahwa sistem demokrasi masih bisa dibilang baru. Jauh sebelum demokrasi seperti yang dikenal saat ini muncul, ada sistem yang jauh lebih tua yaitu monarki.

Secara sederhana, monarki dalam tulisan ini akan dipandang sama dengan kerajaan. Sebuah sistem pemerintahan dimana kekuasaan terpusat pada satu orang, yang mewarisi posisinya melalui garis keturunan, pernikahan, atau akibat perang.

Bukan posisi saya untuk bilang mana yang lebih baik atau lebih buruk, antara demokrasi dan monarki. Karena toh semuanya balik lagi ke manusia yang ada di dalamnya.

Satu hal yang pasti, aku percaya monarki menarik untuk dibahas karena selalu ada dalam kisah kehidupan manusia. Atau setidaknya dalam sejarah Indonesia.

Unsur dari kerajaan banyak digunakan sebagai nama universitas di Indonesia. Contohnya seperti UGM yang diambil dari Mahapatih Kerajaan Majapahit.

Ada yang menggunakan nama raja, seperti UNAIR, bahkan ada yang langsung memakai nama kerajaannya seperti UNPAD.

Itu baru di Indonesia, di seluruh dunia kerajaan silih berganti naik dan turun. Sebut saja Kekaisaran China, Kekaisaran Jepang, Romawi, British Empire, hingga yang belum lama ini viral: Sunda empire.

Tapi berbicara tentang monarki bukan hanya tentang masa lalu, monarki juga hadir dalam berbagai cerita fiksi. Game of Thrones misalnya. Atau Dune dan Star Wars yang bertemakan intergalactic empire. Banyak juga lightnovel yang mengambil latar kerajaan.

Tapi perlu diakui kalau di cerita itu kebanyakan menyorot monarki dalam kesan negatif, biasanya melalui bobroknya raja atau sistem yang berlaku. Oleh karena itu aku mau membahas tentang dua kerajaan “fiksi” menarik, Wakanda dan Hastina.

Keduanya dipilih karena kisahnya yang cukup unik dan menarik, serta berbeda dalam cara mereka memastikan suksesi kepemimpinan atau klaim atas takhta politik.

Wakanda Forever!!!

Belajar sejarah sebentar, suatu saat di masa lalu, entah berapa ribu tahun, sebuah batuan istimewa jatuh ke bumi di benua Afrika. Batuan tersebut membawa logam yang kelak disebut vibranium.

Nah logam ini mempengaruhi flora (dan fauna) yang ada di tanah tadi. Hingga suatu hari seorang pemberani, bernama Bashenga memimpin sukunya mendekat dan mempelajari vibranium disana.

Lambat laun berdiri Kerajaan Wakanda di tanah tersebut dan berkat vibranium akhirnya Wakanda menjadi negara yang jauh lebih maju dibanding negara manapun di dunia.

Menariknya, meskipun teknologinya maju, rupanya corak Kerajaan Wakanda masih kental dengan unsur tribalisme. Di dalam film Black Panther dilihatkan ada beragam suku yang saling hidup berdampingan: Border Tribe, River Tribe, Merchant Tribe, dan lainnya.

Nah setiap tahun di Wakanda ada hari yang dinamakan Challenge Day, di hari itu semua suku bisa mengirim perwakilan untuk mencoba merebut klaim atas takhta.

Jadi mereka bertarung hingga nanti siapa yang paling kuat berhak menjadi pemimpin wakanda, sekaligus juga meneruskan mantel Black Panther.

Challenge Day dilakukan berdasarkan kepercayaan bahwa semua warga Wakanda memiliki kekuatan dan kecerdasan untuk melindungi Wakanda. Sebuah praktik yang menarik karena penerus takhta bukan semata memandang garis keturunan.

Praktik ini sekilas mirip, ya beda tapi ada miripnya, dengan pemilu 5 tahunan. Bedanya mungkin kalo pemilu tidak ada kontes fisik, yang di adu justru uang dan popularitas.

Tapi intinya sama, masing-masing suku atau di konteks Indonesia berupa partai mengirimkan calonnya yang dirasa mampu memimpin.

Megahnya Hastinapura

Lanjut ke kerajaan kedua yaitu Hastina(pura). Hastina adalah kerajaan yang mengambil peran penting dalam epos Mahabharata. Perang besar yang terjadi antara Pandawa dan Kurawa bermula dari sebuah perebutan klaim hak atas takhta kerajaan.

Berbeda dengan Wakanda yang takhta bersifat achieved atau didapatkan, di Hastina itu takhta sendiri sifatnya ascribed atau bawaan lahir.

Sistem yang berlaku di Hastina adalah patrilinealisme. Jadi garis keturunan diwariskan dari ayah ke anak laki-laki. Begitu pula untuk urusan takhta politik, diwariskan ke anak laki-laki. Berbeda dengan Wakanda yang masih mungkin dipimpin seorang perempuan.

Kalau kita melihat cerita, maka sejatinya Trah Bharata bisa dibilang punah ketika Wicitrawirya tewas. Dia adalah anak terakhir dari Prabu Santanu dengan istri keduanya, Dewi Setyawati.

Memang masih ada anak Santanu dari pernikahan sebelumnya, Bhisma. Tapi Bhisma sendiri sudah bersumpah tidak akan menikah. Lalu apa ada solusinya?

Biasanya kerajaan-kerajaan atau dinasti besar memiliki mekanisme untuk memastikan kelangsungan keturunannya. Salah satu contoh yang ekstrem bisa dilihat di Game of Thrones, jadi Wangsa Targaryen kerap kali melakukan perkawinan sedarah agar darah keturunan mereka tetap murni. Contoh yang lebih lazim cukup raja memiliki selir agar bisa memiliki anak laki-laki.

Tapi apa yang terjadi kalau rajanya yang mandul atau bahkan meninggal dunia? Nah di Hastina rupanya ada adat istimewa bernama niyog pratha.

Menurut aturan ini, sang istri bisa melakukan hubungan suami istri dengan pria lain demi mendapat keturunan. Anak yang nantinya lahir akan dianggap anak dari suami sah si istri tadi.

Nah adat ini yang dilakukan oleh pihak Kraton Hastina. Istri-istri Wicitrawirya “dikawinkan” dengan Abiyasa, anak Setyowati dari pernikahan sebelumnya. Akhirnya lahirlah Destarastra, Pandu, dan Widura.

Praktik serupa kelak diulangi oleh Pandu yang terkena kutuk akan mati ketika melakukan hubungan suami istri. Maka sejatinya lima orang putra Pandu yang kerap dipanggil Pandawa (Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula, Sadewa) adalah anak dewa semua. Yang dipanggil berkat ajian yang dimiliki Kunthi sejak kecil.

Monarki dan Imajinasi Manusia

Meskipun terlihat berbeda, ada kesamaan cukup mendasar antara Wakanda dengan Hastina. Seorang raja, takhta politik tertinggi itu dipilih karena dia harus mampu melindungi rakyatnya.

Dia secara fisik harus sempurna, dia harus yang paling kuat. Itulah kenapa yang akhirnya naik takhta Pandu yang notabene anak kedua, bukan Destarastra yang buta. Itu juga alasan kenapa setiap tahun di Wakanda ada Challenge Day.

Dari dua contoh kerajaan di atas menunjukkan hebatnya imajinasi manusia. Kita mampu mengarang aturan, entah itu agama atau tata pemerintahan, yang jelas imajinasi kita mampu membuat ketertiban yang kita buat-buat sendiri bahkan melawan kodrat biologis.

Secara biologis, Pandawa tak punya klaim atas takhta, begitu juga Pandu, begitu juga kakaknya Pandu, Destarastra. Lagi pula takhta politik harus turun lewat keturunan kan sistem yang mereka buat sendiri.

Editor: Lail

Gambar: Pexels