Apa yang terbesit di kepala kalian ketika mendengar kata permen karet? Rasa manis, larangan menelannya, atau ulahiseng yang kerap dilakukan dengan menggunakan permen karet? Iya, itu adalah beberapa hal yang sudah pasti akan terbesit di kepala kalian.
Namun, pasti ada cukup banyak orang yang ketika mendengar kata permen karet akan langsung terbayang oleh beberapa pemain sepak bola yang kerap mengunyahnya ketika sedang bermain bola.
Hubungan baik antara permen karet dan sepak bola
Seperti kita tahu, bahwa permen karet dan sepak bola itu ternyata punya hubungan yang cukup baik. Selain karena banyaknya pemain yang suka mengunyah permen karet ketika bertanding, ada juga kejadian di mana permen karet terakhir Sir Alex Ferguson di laga terakhir melatih Manchester United laku jutaan dolar. Agak aneh, sih, tapi ya begitulah yang terjadi. Permen karet seakan menjadi salah satu aspek dalam permainan sepak bola yang ternyata cukup penting, meskipun bukan sesuatu yang esensial dan utama.
Itu kejadian khususnya. Nah, secara umum, banyak pemain sepak bola baik di dalam negeri maupun di luar negeri memang kerap mengunyah permen karet ketika sedang bertanding. Alasannya, permen karet katanya bisa membuat para pemain itu menjadi lebih rileks, lebih tenang. Ya meskipun efeknya tidak berlangsung lama alias hanya sesaat, namun itu cukup bagi para pemain sepak bola untuk sekadar mengusir kegelisahan, atau sejenak membuat mereka tidak grogi ketika di dalam lapangan.
Hanya untuk gaya-gayaan, atau memang se-enak itu?
Kita mungkin banyak melihat para pemain ketika sedang bermain sambil mengunyah permen karet sebagai hal yang keren. Rasanya seperti ada aura berbeda ketika mereka main sepak bola dengan mengunyah permen karet dan main sepak bola tanpa mengunyah permen karet. Tidak heran, kegiatan ini banyak ditiru, bahkan oleh bocah-bocah yang main sepakbola di gang depan rumah mereka. Tapi, pertanyaannya adalah, apakah bermain sepak bola sambil mengunyah permen karet memang seenak itu?
Rasa penasaran ini akhirnya menyeret saya untuk mencobanya. Meskipun rasa penasaran ini sudah menghantui saya dari dulu, tapi saya baru bisa mencobanya beberapa waktu kemarin. Pekan lalu, saya diajak oleh teman saya main sepakbola, futsal, sih, tepatnya. Berhubung ingat akan rasa penasaran itu, saya juga membawa permen karet untuk saya coba kunyah ketika sedang bermain sepak bola. Bayangan saya, kegiatan mengunyah permen karet ketika main bola akan enak, seenak ketika sayavmelihat para pemain sepak bola melakukannya.
Saya dua kali bermain, satu jadi kiper dan satunya jadi pemain biasa, dan dua-duanya saya coba dengan mengunyah permen karet. Apa yang terjadi? Iya, ternyata main sepakbola sambil mengunyah permen karet tidak seenak yang saya bayangkan. Pertama, alih-alih membuat kita fokus dengan permainan, adanya permen karet di dalam mulut kita malah mengalihkan perhatian. Kita yang seharusnya fokus penuh dengan permainan, malah terbagi fokusnya ke permen karet. Ini nanti buangnya gimana? Terus kalau tertelan gimana? Kalau tersedak gimana? RIbet pokoknya.
Kedua, adalah ketika kita sedang kencang-kencangnya main, otomatis ada keringat yang mengucur di bagian wajah. Dari keringat itu, pasti ada lah sedikit yang tidak sengaja masuk ke mulut. Nah, sensasi keringat dan permen karet yang bersatu di dalam mulut itu sangat tidak enak sekali. Asin dari keringat berpadu dengan manis permen karet itu sangat menganggu konsentrasi ketika main sepak bola. Kalau rasa asin dan manisdari makanan, sih, oke-oke saja. Lha ini, satunya dari keringat, satunya dari permen. Ya ambyar.
Dari percobaan iti, kesimpulannya sudah jelas, bahwa ternyata apa yang kita bayangkan soal permen karet dan sepakbola tidak seindah itu. Main sepakbola sambil mengunyah permen karet itu tidak seenak yang kita lihat dan bayangkan. Para pemain yang sering kita lihat selalu mengunyah permen karet ketika main sepak bola itu mungkin sudah terbiasa dan sudah tidak ada masalah dengan rasa dan sensasinya. Tapi, kalau buat kita yang belum terbiasa, saran saya sebaiknya jangan dicoba.
Editor: Nawa
Gambar: google.com
Comments