Kita mungkin sering melihat warganet bijak (dan/atau sok bijak) di sosial media membagikan kutipan yang isinya kurang lebih: “Jika kamu ingin melihat dirimu di masa depan, lihatlah apa yang kamu baca sekarang.” Jadi, apa kabar hari ini? Buku apa yang sudah kalian baca hari ini? Atau belum ada? Atau kalian memang tipe orang yang sangat jarang membaca?

Untuk kalian yang sudah membaca satu atau sekian buku hari ini, jadi bagaimana? Sudahkah terbayang kira-kira akan seperti apa hidup kalian di masa depan?

Dilema Membaca Buku

Jika memang kita bisa melihat diri kita di masa depan melalui buku apa yang hari ini kita baca, maka betapa indahnya kita merangkai masa depan. Tapi sayang, membaca buku bukanlah hal mudah bagi banyak orang.

Baguslah jika kalian punya kebiasaan gemar membaca. Di negara ini, cukup sulit menemukan orang yang suka membaca, atau yang rutin membaca buku-buku (nyaris) setiap hari. Tingkat kesadaran membaca di negara ini memang tidak bisa dibanggakan.

Jika kalian termasuk golongan yang rajin membaca buku, pertahankanlah. Karena katanya, buku adalah jendela ilmu. Semakin banyak yang kita baca, maka semakin banyak jendela yang kita buka.

Untuk kalian yang hari ini membaca buku karena terpaksa, karena tuntutan tugas misalnya, tidak apa-apa. Itu lebih baik dibanding tidak sama sekali. Setidaknya kalian ada niat untuk memaksakan diri membaca buku dan itu bisa sedikit menetralkan berbagai bacaan tidak berfaedah di media sosial yang sering kita baca.

Untuk kalian yang hanya suka membaca postingan medsos dan memang jarang membaca buku, tenang saja kalian tidak sendiri, spesies seperti kalian cukup banyak di negara ini.

Saya bukan orang yang rajin membaca buku. Kerap saya mencoba memaksa menjadikan baca buku sebagai rutinitas, tapi selalu saja, baru beberapa hari, akhirnya malas. Alhasil, membaca buku bukanlah prioritas dalam keseharian saya.

Sering kali, saya membaca hanya karena tuntutan tugas. Itu pun hanya membaca bagian yang saya perlukan, lalu saya tinggalkan yang bagi saya tidak menarik. Padahal, banyak dari buku-buku itu yang berkaitan erat dengan jurusan saya, dan sudah seharusnya saya baca.

Memang, dibanding membaca buku (terlebih yang isinya sulit dipahami), lebih nyaman dan menyenangkan membaca caption di akun instagram orang, terlebih yang isinya julid khas netijen.

Mengubah Kebiasaan

Kebiasaan membaca memang sulit untuk diterapkan dalam rutinitas saklek kita, terlebih jika orang tua kita tidak membiasakan hal tersebut sejak dini, serta lingkungan kita tidak mendukung berkembangnya kebiasaan tersebut.

Namun tenang saja, kebiasaan bukanlah hal paten. Kebiasaan adalah hal yang bisa dirubah. Jika ada niat, pasti ada jalan, termasuk membiasakan membaca buku. Kita bisa mulai dari membaca hal-hal yang kita suka, membaca fiksi sejenis novel mungkin, atau non-fiksi betemakan yang sesuai dengan hobi kita.

Tidak mudah mengubah kebiasaan, tapi gemar membaca memang perlu untuk dijadikan kebiasaan. Jika benar seperti apa kita di masa depan tergantung dari buku apa yang sekarang kita baca, namun karena sekarang saja kita malas membaca. Lantas, akan jadi apa kita di masa depan?

Saya jadi berpikir tentang masa depan. Kelak, saya sangat ingin anak saya punya kegemaran membaca yang jauh lebih tinggi dari saya. Baiknya, memang dibiasakan sedini mungkin. Ketika anak sudah saatnya mengenal tulisan, ada baiknya langsung didekatkan dengan kebiasaan membaca. Jika gemar membaca sulit dibiasakan ketika dewasa, maka saya rasa sangat perlu untuk membiasakan hal tersebut pada anak saya sejak dini.

Tapi, itu masih di masa depan. Di masa sekarang, yang perlu saya lakukan adalah memaksakan diri untuk banyak membaca hal-hal yang bermanfaat.

Di era ini, banyak sekali kemudahan yang bisa kita ambil karena perkembangan teknologi. Buku pun tak lagi hanya berbentuk lembaran kertas. Ada e-book sudah sangat mudah didapat. Perpustakaan dalam jaringan pun mudah untuk dikunjungi. Kita hidup di era yang serba mudah. Sudah sepantasnya kita manfaatkan semaksimal mungkin untuk hal positif.

Jadi, mari kita membuat masa depan yang indah dan berkualitas dengan membuka banyak jendela ilmu.

Editor: Nirwansyah