Setelah instagram stories, whatsapp status, facebook stories dan youtube reels, twitter tak ingin ketinggalan dengan menghadirkan fleets twitter. Tidak berbeda jauh dengan fitur akun cerita atau stories lainnya, fleets twitter juga berfungsi untuk membagikan foto, video ataupun konten lainnya. Kita juga bisa memberikan komentar di postingan tersebut.

Awalnya, fitur ini hanya berlaku di negara tertentu. Namun, saat ini di Indonesia pun fleet stories resmi diluncurkan. Sontak saja netizen lagi-lagi mengungkapkan unek-uneknya. Ada yang merasa terganggu dan ada pula yang diam membisu seperti batu alias bodoamat. Akan tetapi, Apa boleh buat. Mau tidak mau, pengguna twitter pun merelakan kedatangan fitur baru tersebut.

Kalau kasusnya seperti di aplikasi whatsapp, kita bisa memilih membisukan pemberitahuan pembaruan status kontak. Dengan dalih menjaga kesehatan mental karena beberapa postingan orang lain dinilai berpotensi memunculkan rasa insecure, membuang-buang waktu sampai menghemat kuota internet, membisukan whatsapp status adalah jalan ninja. Namun bagaimana dengan aplikasi lainnya?

Alih-alih melakukan hal yang sama (membisukan status orang lain), saya justru tetap menontonnya dan tergelitik untuk mengelompokkan orang berdasarkan postingannya di lini masa. Hal ini bisa juga, lho berlaku di fitur stories lainnya yang nggak bisa dibisukan. Berikut versi saya.

1. Tukang Curhat

Kelompok pertama dan mayoritas anggotanya ini berisi orang-orang yang menganggap media sosial sebagai diary massa. Medsos hanyalah alih wahana buku diary sehingga akun-akun tersebut bebas mengungkapkan isi hati. Mulai dari ketemu mas crush, paketan datang, sampai susah tidur pun semua dilaporkan.

Akun ini biasanya tak pernah absen mengabarkan kegiatan mereka sehari-hari. Jadi, jangan heran jika stories mereka sangat banyak melebihi postingan akun jualan online.

2. Informatif

Berbeda dengan kelompok pertama, tipe informatif juga sering update story. Namun demikian, yang mereka posting bukanlah curahan hati (seorang istri) melainkan informasi-informasi yang dalam pandangannya perlu diketahui semua orang. Mulai dari informasi kecelakaan, kehilangan dompet, pelaksanaan pilkada hingga kegiatan-kegiatan tertentu.

3. Akun Aktivis

Tipe akun aktivis, yaitu mereka sering memosting berbagai kegiatan pergerakan. Biasanya mereka terlibat di organisasi. Entah itu organisasi mahasiswa, pemuda, politik, petani hingga buruh sekalipun. Sebagai perpanjangan suara, media sosial dijadikan mulut kedua para aktivis untuk menyampaikan pikiran serta kegiatan organisasinya.

4. Akun Senyap

Bisa dikatakan, tipe ini adalah kelompok yang paling diidam-idamkan pemilik akun yang hobi merasa insecure. Kesenyapan mereka adalah ketenangan bagi akun lainnya. Entah karena terlalu sibuk, gaptek atau memang tidak ingin berbagi apapun, akun yang suwung alias senyap ini memilih bungkam atas apa yang terjadi. Bencana, galau gulana atau resah terhadap pemerintah tidak menjadikannya menumpahkan pikiran dan perasaan ke dalam media sosial.

Tipe mana yang sering mondar-mandir di media sosialmu? Apapun itu, jangan pernah lupa, ya kalau media sosial adalah pencerminan diri kita. 

Editor: Nirwansyah