Beberapa kali saya mendengar ada orang histeris “waw prodi ilmu keolahragaan, berarti mahasiswanya setiap hari hanya praktik olahraga saja ya?” saya menjawab tidak juga, karena di prodi kami juga ada perkuliahan teori yang dibahas di dalam ruangan, karena gerakan tubuh kita pada saat olahraga harus bisa dijelaskan secara ilmiah oleh mekanika gerak tubuh manusia. Coba bayangkan apabila mahasiswa keolahragaan setiap hari hanya praktik terus tanpa adanya teori. Kan malah aneh “ini sebenarnya mencetak akademisi atau mencetak atlet?” kalau mencetak atlet ya mending gabung di club saja dong.
Terus kemudian ada lagi yang mengatakan “mahasiswa keolahragaan hanya pandai di okol saja, tanpa menggunakan otak”. Ungkapan semacam itu membuat telinga saya risih seolah-olah kami yang kuliah di prodi ilmu keolahragaan hanya kuat di fisik saja, tapi ketika diajak mikir lemah. Padahal ketika kami ingin masuk kuliah di prodi ilmu keolahragaan proses seleksi yang dilalui bukan hanya kecepatan berlari dan kekuatan otot saja. Namun lebih daripada itu, tes yang kami lewati juga seperti pada calon mahasiswa umumnya. Ada tes tulis saintek yang meliputi pelajaran Matematika, Fisika, Kimia dan Biologi.
Dari hasil nilai secara keseluruhan meliputi tes tulis dan keterampilan nantinya akan menjadi penentu, apakah calon mahasiswa ini layak diterima di prodi ilmu keolahragaan atau tidak. Kalau diterima berarti harus siap ditempa di kawah candradimuka untuk menjadi sarjana olahraga.
Mahasiswa prodi ilmu keolahragaan harus memiliki pengetahuan yang cukup berkaitan dunia olahraga. Karena ilmu yang akan dipelajari pada saat perkuliahan sangat bervariasi. Diantaranya kita belajar pengetahuan tentang anatomi, fisiologi, biomekanika, gizi, paedagogi, dan psikologi. Yang memberikan dampak untuk pencapaian prestasi dan kebugaran jasmani.
Dan proses pada saat menjalani perkuliahan juga mata kuliah nya meliputi MTK, Biokimia, Fisika, Kinesiologi, Farmakologi dan masih banyak lagi, yang apabila saya jelaskan semuanya malah akan bisa membuat pusing pembaca. Maklum mata kuliahnya berbau ke IPAan, karena prodi ilmu keolahragaan merupakan prodi yang sejalan dengan rumpun ilmu IPA.
Pernah sekali kita pada saat menjalani perkuliahan mengeluh kecapean pikiran, pada mata kuliah anatomi, gara-gara diberi tugas oleh dosen untuk menghafalkan struktur kerangka tubuh manusia meliputi tulang, sendi dan otot yang jumlahnya sangat banyak. Proses menghafalnya pun memerlukan banyak waktu dan membutuhkan ketekunan.
SKS pada mata kuliah anatomi juga sangat besar bobotnya yaitu 4 SKS. Untuk bisa mengambil mata kuliah fisiologi di semester berikutnya mahasiswa wajib lulus mata kuliah anatomi. Karena mata kuliah ini merupakan prasyarat agar mahasiswa bisa mengambil mata kuliah fisiologi.
Itu baru tugas 1 mata kuliah saja, belum lagi tugas mata kuliah lainnya seperti mata kuliah ilmu gizi olahraga yang tugasnya menganalisis kebutuhan gizi olahragawan berdasarkan jenis kelaminnya, kemudian menganalisis kebutuhan makanan sebelum dan sesudah pertandingan juga kami dapatkan.
Di tugas mata kuliah biomekanika olahraga, para mahasiswa dituntut untuk menganalisis gerakan atlet yang efektif dan efisiensi sesuai dengan mekaniknya. Dengan pilihan cabang olahraga yang diminati. Dan kemudian mempresentasikannya di kelas agar mahasiswa lainnya dapat menanggapi tugas proyek analisis yang sudah dikerjakan, dan dosen memberikan masukan apabila diperlukan.
Ketika belajar mata kuliah biomekanika mahasiswa harus memiliki dasar fisika yang kuat, karena apabila tidak memiliki dasar yang kuat, bisa jadi kewalahan dalam proses perkuliahannya. Kalau sampai tidak lulus di mata kuliah ini akan mengulang di semester berikutnya, sampai kapanpun hingga dinyatakan lulus.
Maka tak jarang pada saat kuliah, dulu ada kakak tingkat yang mengulang mata kuliah biomekanika dan tergabung dalam perkuliahan bersama kami, pastinya sangat malu bukan? Hehehe… mahasiswa yang mengulang mata kuliah biasanya diberi julukan oleh dosen dengan sebutan ORLA (Olahraga Lansia). Karena kakak tingkat yang usianya lebih tua dari pada adik tingkat wkwkwk
Selain itu juga ada mata kuliah sport massage, dimana pada mata kuliah ini mahasiswa dibekali untuk memberikan pertolongan pertama akibat cedera olahraga. Kalau mau praktik massage kepada atlet tentunya mahasiswa harus paham betul titik lokasi yang sakit, dan nama-nama bagian dari otot yang terkena masalah.
Agar tidak salah dalam memberikan penanganan. Karena apabila salah dalam memberikan penanganan bisa jadi si atlet malah semakin parah sakitnya, niat massage ingin pulih dari cedera. eh, malah tidak sembuh-sembuh dan malah menimbulkan nyeri. Ini yang jangan sampai terjadi.
Mahasiswa olahraga juga belajar menjadi orang yang pandai dalam memanajerial waktu, penerapannya dalam mata kuliah renang, pada mata kuliah ini lain daripada yang lain, karena umumnya mahasiswa masuk kampus sekitar pukul 07.00. namun di mata kuliah renang para mahasiswa harus berangkat lebih awal, dimana pada pukul 05.00 harus sudah berada di kolam renang. Kalau pada jam tersebut mahasiswa belum nyampe kolam, ya riwayat akan disuruh pulang dengan tangan hampa tanpa membawa ilmu pengetahuan.
Alasan mengapa dosen mengarahkan kami untuk berangkat pagi adalah, jangan sampai ketika lulus kemudian bekerja sebagai pelatih renang, pelatih malah berangkat lebih siang daripada muridnya. Kebayangkan bukan? Semisal murid berangkat lebih dulu, kemudian ia langsung nyebur ke kolam, padahal secara kemampuan murid tersebut belum bisa renang 100%, dan kolamnya juga dalam.
Alamat murid tersebut akan terkena risiko tenggelam bukan? Nah, oleh karena itu seorang pelatih harus memiliki kemampuan manajerial waktu yang bagus. Dan perencanaan yang matang. Agar terbiasa dengan pola hidup secara terstruktur dan sistematis.
Dari tulisan ini, sekarang teman-teman netizen sudah tau kan? Bahwa kuliah di prodi ilmu keolahragaan tidak segampang apa yang dibayangkan. Tidak hanya bermodalkan fisik yang kuat saja, tapi juga harus memiliki ketelitian, ketekunan dan keuletan.
Editor: Ciqa
Gambar: Dokumentasi Penulis
Comments