Selain ramai dengan perdebatan siapa Presiden dan Wakil Presiden yang akan memimpin Indonesia selama lima tahun ke depan, lini masa media sosial saya dihiasi dengan perdebatan lain yang tidak kalah pentingnya. Yakni, perdebatan “lebih efektif mana otot gym vs otot kuli?”
Dari yang saya amati, perdebatan ini diawali dari salah satu konten kreator gym yang merasa ototnya jauh lebih unggul dibandingkan otot yang dimiliki oleh para kuli di lapangan. Makanya, begitu konten tersebut tersebar ke berbagai platform media sosial, langsung bikin heboh. Padahal, ini perdebatan gak penting sama sekali, lho! Lagian, anak gym itu jenisnya bermacam-macam lho! Berikut ini saya dalam tiga kategori yang umum ya.
Tiga Kategori Anak Gym
Ada yang fokusnya hypertrophy. Mereka memang berlatih sedemikian rupa untuk membangun masa otot yang tidak saja besar, tapi juga simetris sehingga enak dilihat. Tujuan utamanya memang untuk estetika. Makanya, jumlah repetisi mereka berkisar pada angka 6 – 12 repetisi saja untuk setiap bagian otot yang mereka latih.
Ada yang fokus powerlifting. Fokus mereka bukan pada bentuk otot yang simetris dan estetik. Fokus mereka adalah untuk menangkat beban seberat-beratnya. Mereka juga gak terlalu peduli dengan bentuk badan mereka yang punya lemak lebih banyak atau gak simetris. Makanya, jumlah repetisi mereka berkisar pada angka 1 – 5 repetisi saja untuk setiap gerakan yang mereka latih.
Ada yang fokus olympic weightlifting. Mereka fokus berlatih gerakan-gerakan yang dipertandingkan pada Olimpiade seperti Snatch, Clean and jerk, and Clean and press mengikuti aturan pertandingan yang sudah disepakati bersama.
Selain tiga jenis anak gym di atas, ada juga anak gym yang nge-gym untuk meningkatkan performa mereka dalam cabang olahraga lain seperti atlet marathon, atlet sprint, hingga atlet cabang olahraga bela diri yang metode latihannya tentu berbeda-beda dan gak apple to apple untuk dibandingkan.
Angkat Beban yang Berbeda
Lagipula, mengangkut semen di proyek dan menangkat barbel di gym itu beda jauh lho meski beratnya sama! Saya sudah buktikan sendiri. Izinkan saya sombong terlebih dahulu. Di gym, saya sanggup melakukan deadlifts, squat maupun benchpress dengan beban 100 kilogram. Tapi ketika saya mengangkut satu sak semen yang beratnya sekitar 50 kg, saya sangat kesulitan untuk menangkatnya.
“Kok bisa? Di gym bisa angkat beban 100 kilogram kan?”
Sederhananya, beban di gym memang sudah dirancang sedemikian rupa agar nyaman dipegang dan memungkinkan untuk diangkat. Saya gak tahu istilah fisikanya apa, tapi yang pasti, titik berat benda-benda seperti semen, lemari, atau kulkas itu beda dibandingkan dengan barbel dengan berat yang sama.
Teknik Angkat Beban yang Beda
Teknik untuk menangkat semen, lemari, atau kulkas itu jauh berbeda dibandingkan teknik untuk menangkut barbell di dalam gym. Anak gym belum tentu bisa menangkut semen, batu bata atau bahan bangunan lainnya di sebuah proyek secara baik dan benar tanpa cidera atau rasa pegal-pegal setelahnya. Sebaliknya, kuli pun belum tentu bisa menangkat barbel dengan teknik yang baik dan benar tanpa cidera atau rasa pegal-pegal setelahnya.
Soal endurance pun, hampir saya pastikan, kuli pasti menang, karena para kuli biasa mengangkut berbagai material bangunan sejak pagi hingga sore hari non-stop. Sedangkan, anak gym itu mentok paling lama latihan hanya 2 – 3 jam saja.
Contoh lain, Cristiano Ronaldo belum tentu mahir melakukan gerakan lay up atau slam dunk meskipun dia sehari-harinya rajin latihan olahraga sepak bola yang menggunakan bola. Sebaliknya, LeBron James belum tentu mahir melakukan gerakan dribbling atau shooting bola meskipun blio sehari-harinya rajin latihan basket yang menggunakan bola.
Beda Olahraga Beda Kebutuhan
Oh iya. Satu lagi. Dalam dunia olahraga, ukuran bukan segalanya kok. Atlet yang beratnya hanya 70 kilogram bisa saja mampu mengangkat beban yang lebih berat dibandingkan atlet yang beratnya mencapai 100 kilogram. Contohnya seperti Anatoly yang sering viral di TikTok.
Contoh lain, seseorang yang beratnya hanya 60 kilogram bisa saja menang panco dari seseorang yang beratnya 80 kilogram. Karena dalam olahraga panco, massa otot bukan segalanya, melainkan teknik. Otot besar tapi teknik salah, bisa patah keseleo bahkan patah tulang!
Makanya saya bilang, membandingkan otot gym dan otot kuli itu adalah hal yang sia-sia. Di satu sisi fokus mengangkut material bangunan agar bangunan dapat selesai. Pada sisi lain fokus mengangkat barbel agar bisa juara dalam kompetisi olahraga. Sama-sama cari uang dari angkat beban, hanya saja tujuan akhirnya berbeda. Satu yang pasti, kedua profesi ini sama mulianya juga kok. Sama-sama halal. Sama-sama menghasilkan uang dari keringatnya sendiri. Gak kayak tikus-tikus di Gedung DPR Venezuela, yang menghasilkan uang dari keringat rakyatnya sendiri.
Editor: Pratama
Comments