Halo sobat milenialis! Istilah “Greenflation” akhir-akhir ini menjadi perbincangan hangat dikalangan warga Indonesia setelah disebutkan beberapa kali di debat Calon Wakil Presiden (Cawapres) pada hari Minggu 21 Januari 2024 kemarin. Istilah “Greenflation” tersebut menjadi topik yang dipertanyakan kebanyakan warga indonesia lantaran jarang didengar. Kalian juga bertanya-tanya gak sih Sob , dengan arti dibalik istilah “Greenflation” tersebut? Yukss daripada bingung dan bertanya-tanya, langsung aja kita kupas tuntas arti ”Greenflation” tersebut!!

Apa sih ”Greenflation” itu?

Greenflation dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai inflasi hijau. Greenflation berasal dari dua kata yaitu ”green” dan “inflation”. Kata “green” dapat dikaitkan dengan hal-hal yang berhubungan dengan lingkungan berkelanjutan dan mengacu kepada teknologi yang lebih ramah lingkungan sehingga dapat mengurangi emisi. Sedangkan kata ”inflation” atau inflasi merujuk pada kenaikan harga barang atau jasa seiring berjalannya waktu. Inflasi Hijau memiliki keterkaitan dengan kebijakan yang ditetapkan mengenai lingkungan dan ekonomi yang berkelanjutan.

Greenflation, atau inflasi hijau, dapat diartikan sebagai kenaikan harga bahan baku mentah, material mentah, energi, barang, dan jasa. Ini terjadi sebagai hasil dari transisi ekonomi hijau, transisi teknologi hijau, dan transisi energi hijau, atau perubahan dari praktik yang merusak lingkungan menjadi praktik yang ramah lingkungan. Kenaikan harga ini mungkin disebabkan oleh biaya yang lebih tinggi yang terkait dengan teknologi ramah lingkungan. Secara alternatif, inflasi hijau juga dapat didefinisikan sebagai inflasi yang terjadi akibat transisi ke energi hijau.

Kebijakan Greenflation tersebut bertujuan untuk mengurangi kualitas emisi karbon dengan metode produksi dengan teknologi rendah karbon atau energi bersih untuk menjaga lingkungan. Penggunaan energi dari bahan ramah lingkungan meningkatkan biaya produksi karena membutuhkan teknologi hijau yang investasinya terbilang mahal. Dorongan tersebut menjadikan kenaikan harga sehingga terjadi inflasi.

Penyebab Greenflation atau Inflasi Hijau

Transisi ke energi hijau menyebabkan Greenflation, di mana dalam proses transisi energi, inovasi dilakukan untuk mencari sumber baru yang ramah lingkungan. Melansir dari laman web European Central Bank, pada saat transisi teknologi hijau proses produksinya membutuhkan lebih banyak bahan baku logam dan mineral dalam jumlah yang cukup besar dan  lebih mahal.

Misalnya pada produksi kendaraan listrik membutuhkan lebih banyak mineral dibandingkan kendaraan bahan bakar minyak. Transisi energi yang bersumber dari bahan pangan seperti rumput laut dijadikan bioenergi dan penggunaan sawit untuk pemanfaatan bioetanol, hal tersebut dapat menyebabkan keinaikan harga pangan dan terjadinya inflasi karena penggunaan bahan baku yang tinggi.

Transisi dari energi fosil seperti batu bara ke energi bersih terbaharukan seperti tenaga surya, air, angin, dan lainnya juga dapat menyebabkan Greenflation. Perbincangan atau masalah yang muncul adalah bahwa harga transisi dan energi bersih tersebut relatif lebih mahal. Sehingga kemudian akan berdampak kepada harga lainnya. Contoh termudah  yaitu seperti harga bensin, apabila saat harga bensin naik atau mahal maka harga barang lainnya juga ikut naik atau mahal.

Nah, jadi itu dia penjelasan dari istilah Greenflation. Pada intinya memiliki arti gambaran tentang kenaikan harga bahan baku mentah atau material mentah, energi, barang, dan jasa yang terjadi  akibat dari  adanya transisi teknologi hijau maupun tansisi energi bersih atau perubahan dari hal-hal yang merusak lingkungan ke hal-hal yang lebih ramah lingkungan yang biayanya relatif lebih mahal.

Jadi gimana sobat milenialis? Sekarang sudah memiliki gambaran kan tentang istilah yang lagi viral belakangan ini yaitu Greenflation.

Foto: Freepik
Editor: Pratama