Pemilu tahun ini sudah semakin dekat, sekitar 10 hari dari tulisan ini ditulis. Riuh pesta demokrasi juga semakin memanas di media sosial maupun di kehidupan nyata. Pendukung calon presiden dan calon wakil presiden semakin masif mendukung pilihan dan para swing voters juga mulai memantabkan hatinya pada pasangan calon tertentu. Namun, masih banyak para pemilih masih belum bisa menentukan pilihan calon legislatif (caleg)-nya.

 Beberapa waktu lalu lewat sebuah video potongan podcast dari Mas Agus Mulyadi atau yang akrab dipanggil Agus Magelangan fyp TikTok saya. Dalam video tersebut mas Agus memberikan kiat-kiat tutorial memilih caleg kepada para pemilih yang masih belum bisa menentukan pilihannya dikarenakan banyak hal. Mulai dari yang tak kenal dengan para calegnya, tidak tau track recordnya, atau kampanyenya yang gak sampai pada kita.

 Mas Agus Magelangan memberikan tutorial mengurasi sampai memilih caleg untuk kita-kita yang masih buta map sama caleg-caleg ini.

Pilih Caleg yang Gak Bagi-Bagi Duit

Tutorial pertama dari Mas Agus yaitu tidak memilih caleg yang bagi-bagi uang atau biasa disebut serangan fajar. Kalau pembaca menemukan atau mendapat amplopan dari caleg, pastikan jangan memilih mereka.

Kalau kata Mas Agus, caleg yang bagi-bagi uang saat kampanye, kalau sudah jadi pejabat legislatif berpontensi gak lagi fokus ngurusin rakyat. Mereka akan lebih fokus dan sibuk ngurus proyek untuk cari balik modal di awal ketimbang memperjuangkan program buat masyarakat.

Pilih Caleg yang Tidak Pernah Korupsi

Masih banyak sekali para tikus bedasi yang telah terbukti melakukan korupsi, tapi masih mau nyaleg lagi. Tentu kita gak mau jatuh pada lobang yang sama. Memberikan mandat kepada orang-orang yang sudah terbukti pernah melakukan tindak korupsi.

Melansir Indonesia Corruption Watch (ICW), masih terdapat 46 caleg mantan napi korupsi di Pemilu 2024. Apakah data ini valid 100% atau tidak? Kita bisa cek sendiri. Namun, dari data di sini bisa memastikan bahwa masih banyak koruptor yang mau nyalon lagi dan pastinya akan korupsi lagi.

Pertanyaan selanjutnya adalah “Lalu gimana kita tau para caleg ini koruptor atau bukan?”. Kata mas Agus, kita bisa cek pada website bijakmemilih.id. Di website tersebut terdapat daftar partai yang didalamnya ada data caleg-caleg mana saja yang pernah terjerat kasus korupsi. Kalau sudah ketemu, jangan pilih!

Pilih Caleg “Akamsi”

Tutorial kedua untuk mengurasi caleg dari mas Agus adalah pilih yang akamsi atau anak kampung sini atau putra daerah kalian masing-masing. Menurutnya, memilih caleg akamsi merupakan prinsip dari keterwakilan dari daerah kita sendiri, bukan dari daerah lain. Mas Agus juga menjelaskan bahwa caleg akamsi lebih memungkinkan untuk tahu soal masalah-masalah sosial yang ada di daerahnya sendiri. Misalnya sekolah yang perlu diperbaiki, jalanan yang rusak, fasilitas kesehatan dan lain-lain.

Pilih Caleg dari Partai-Partai Kecil

 Tutorial yang ketiga dari mas Agus ini opsional untuk diikuti atau tidak. Mas Agus menyarankan memilih caleg dari partai-partai kecil seperti PSI, Garuda, Partai Buruh, Partai Ummat dan masih banyak lagi. Bukan partai-partai besar seperti PDI-P, Golkar, Gerindra, PPP, PAN, PKB dan lain-lainnya.

Mas Agus beralasan dengan memilih partai-partai kecil, kita bisa menekan suara partai besar turun sehingga dapat bersaing dengan partai-partai kecil. Bahkan dapat memperjuangkan presidential threshold untuk turun dari 20%. Selain itu, apabila partai kecil naik, partai besar akan merasa terancam sehingga perlu kerja keras untuk para konstituennya.

Dengan demikian, di masa depan kita akan mendapatkan lebih banyak calon-calon potensial yang bisa diajukan cebagai calon presiden dan calon wakil presiden. Bisa jadi di masa depan kita akan memiliki banyak capres dan cawapres. Gak 2 atau 3 pasangan calon melulu.

Pilih Semua Caleg

Opsi yang terakhir merupakan opsi paling terakhir yang penulis usulkan. Opsi ketika kita sudah tidak bisa mendapatkan alasan untuk memilih caleg. Mau milih si A kok korupsi, milih si B kok orang luar daerah, milih si C dari partai kecil tapi kok tidak mewakili idealis kita. Kalau sudah mentok, kita pilih saja semua caleg.

Dengan memilih semua caleg, akan lebih adil untuk caleg dan kita sendiri. Semua caleg dicoblos sesuai permintaannya dan surat suara kita terpakai. Sehingga gak ada yang bisa pakai jatah surat suara kita untuk “dipilihkan” pada calon tertentu. Adil bukan?

Foto: Blog Pribadi Agus Mulyadi