Tafsir Al-Mishbah adalah salah satu karya monumental M. Quraish Shihab yang lahir dari latar belakang Indonesia. KeIndonesiaan penulis memberi warna yang menarik dan khas serta sangat relevan untuk memperkaya khazanah pemahaman dan penghayatan masyarakat muslim di Indonesia terhadap rahasia ataupun makna ayat-ayat Allah. Tafsir ini merupakan tafsir Al- Qur’an lengkap 30 juz dalam 30 tahun terakhir, yang diterbitkan pertama kali pada tahun 2000.
Dengan Surah Al-Nas
Inilah yang membedakan tafsir ini dengan karya Quraish Shihab yang lainnya, semisal, Lentera Hati, Membumikan Al-Qur’an, Wawasan Al-Qur’an, Mukjizat Al- Qur’an dan lainnya yang menggunakan pendekatan tematik (mawdhu’i), yang menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an berdasarkan topik tertentu, bukan berdasarkan urutannya dalam mushaf. Urutan Tafsir Al-Mishbah sebagai berikut:
- Jilid 1: QS. Al-Fatihah s/d Al-Baqarah
- Jilid 2: QS. Ali-Imran s/d An-Nisa
- Jilid 3: QS. Al-Maidah
- Jilid 4: QS. Al- An’am
- Jilid 5: QS. Al-A’raf s/d At-Taubah
- Jilid 6: QS. Yunus s/d Ar-Rad’
- Jilid 7: QS. Ibrahim s/d Al-Isra’
- Jilid 8: QS. Al-Kahfi s/d Al-Anbiya’
- Jilid 9: QS. Al-Hajj s/d Al-Furqan
- Jilid 10: QS. Asy-Syu’ara s/d Al-Ankabut
- Jilid 11: QS. Ar-Rum s/d Yasin
- Jilid 12: QS. Ash-Shaffat s/d Az-Zukhruf
- Jilid 13: QS. Ad-Dukhan s/d Al-Waqiah
- Jilid 14: QS. Al-Hadid s/d Al-Mursalat
- Jilid 15: QS. Juz Amma
Pengambilan nama Al-Mishbah pada kitab tafsir yang ditulis oleh Quraish Shihab tentu saja dilakukan bukan tanpa alasan. Bila dilihat dari kata pengantarnya ditemukan penjelasan, yaitu Al-Mishbah yang berarti lampu, pelita, lentera atau benda yang lain yang berfungsi bagi mereka sebagai penerang dalam kegelapan.
Dengan memilih nama ini, dapat disimpulkan bahwa Quraish Shihab berharap tafsir yang beliau tulis bisa memberikan penerangan dalam mencari petunjuk dan pedoman bagi mereka yang mempunyai kesulitan dalam memahami makna Al-Qur’an secara langsung karena kendala bahasa.
Latar Belakang Penulisan Tafsir Al-Mishbah
Tafsir Al-Mishbah diawali oleh penafsiran sebelumnya yang berjudul “Tafsir Al-Quran al-Karim” pada tahun 1997 yang dianggap kurang menarik minat orang banyak dan akhirnya beliau tidak melanjutkan tafsir tersebut. Di sisi lain, banyak umat muslim yang membaca surah-surah tertentu dari Al-Qur’an, seperti surah Yasin, Al-Waqiah, dan Ar-Rahman dan lain-lain yang akhirnya merujuk pada hadis-hadis yang dhaif (lemah).
Dalam Tafsir Al-Mishbah selalu dijelaskan tema pokok surah-surah yang ada dalam Al-Qur’an dengan tujuan utama untuk meluruskan kekeliruan serta menciptakan kesan yang benar. Jadi jelas sekali bahwa yang melatarbelakangi lahirnya Tafsir Al-Mishbah ini adalah karena antusias masyarakat terhadap Al-Qur’an di satu sisi baik (dengan cara membaca da melagukannya). Namun, di sisi lain, pemahaman terhadap Al-Qur’an masih jauh dari memadai yang disebabkan oleh faktor Bahasa dan ilmu yang kurang. Sehingga tak jarang orang membaca ayat-ayat tertentu untuk mengusir hal-hal yang ghaib seperti, jin dan setan serta lain sebagainya.
Kemudahan Memahami
Dalam menulis tafsirnya, M. Quraish Shihab selalu mengawali dengan penjelasan pengantar untuk memasuki setiap surah yang akan ditafsirkan. Penjelasan ini memberikan kemudahan bagi para pembaca untuk memahami tema pokok surah dan poin-poin penting yang terkandung di dalamnya.
Tahap berikutnya adalah pembagian ayat-ayat dalam suatu surah ke dalam kelompok kecil terdiri dari beberapa ayat yang dianggap memiliki keterkaitan erat. Dalam kelompok tersebut, selanjutnya M. Quraish Shihab muali menuliskan satu, dua ayat, atau lebih yang dipandang masih ada kaitannya. Selanjutnya memberikan penjelasan arti kosakata yang menjadi kunci dari ayat tersebut. Penjelasan kunci kosakata ini sangat penting karena sangat membantu pada pemahaman kandungan ayat. Selain itu, keterangan mengenai munasabah atau keserasian antar ayat pun juga ditampilkan.
Pada akhir penjelasannya, di setiap surah, M. Quraish Shihab selalu memberikan kesimpulan atau semacam kandungan pokok dari surah tersebut serta segi-segi munasabah yang terdapat dalam ayat. Dan M. Quraish Shihab mencantumkan kata Wallahu A’lam Bissawab di setiap akhir kalimat.
Penggolongan Tafsir al-Mishbah
Jika dilihat dari segi jenis tafsirnya, Tafsir Al-Mishbah ini dapat digolongkan kepada tafsir bil ma’tsur sekaligus tafsir ar-ra’yi. Di dalam kata bil ma’tsur karena hampir pada setiap penafsiran kelompok ayat, disebutkan riwayat-riwayat terkait dengan ayat yang ditafsirkan itu. Dan dikatakan ar-ra’yi karena uraian-uraian yang didasarkan pada akal atau rasio juga mewarnai penafsirannya.
Itulah sedikit gambaran Tafsir Al-Mishbah yang sampai saat ini masih digunakan dalam menafsirkan ayat-ayat Al- Qur’an. Semoga kita bisa memahami Al-Qur’an melalui berbagai tafsir kitab yang ada salah satunya Tafsir Al-Mishbah. Wallahu A’ lam Bissawab
Penulis: Muhammad Saleh
Penyunting: Aunillah Ahmad
Comments