Dalam konteks amaliyyah, Al-Quran dan hadis berfungsi sebagai tuntunan bagi kaum muslim dalam bermuamalah dan menjalani kegiatan sehari-hari.

Pada konteks tersebut hadis memiliki kelebihan dibanding Al-Quran, yaitu kompleksitas dan cakupannya yang jauh lebih luas.

Salah satu penyebab lebih luasnya cakupan hadis dibanding Al-Quran adalah karena jumlah hadis yang memang jauh lebih banyak dibanding jumlah ayat maupun surat dalam Al-Quran.

Hadis yang terdokumentasi hingga zaman sekarang berjumlah ratusan ribu bahkan lebih. Informasi tersebut didapat dari pernyataan Ibnu Shalah dalam kitabnya Al-muqaddimah yang menjelaskan tentang pengertian gelar Al-Hafiz, yaitu orang yang hafal seratus ribu hadis.

Jumlah tersebut tentunya sangat berbeda jauh dibanding surat dan ayat Al-Quran yang hanya berjumlah 114 surat dan 6.666 ayat.

Adanya Hadis-Hadis yang Tidak Sampai ke Zaman Sekarang

Meskipun jumlah hadis yang terdokumentasi berjumlah sangat banyak yaitu ratusan ribu atau lebih, penulis meyakini ada kemungkinan yang sangat kuat bahwa terdapat banyak hadis yang tidak sampai ke zaman sekarang.

Penulis menyimpulkan hal tersebut setelah melakukan pembacaan dan penalaran terhadap beberapa data sejarah peradaban Islam dan sejarah perkembangan hadis itu sendiri.

Beberapa data yang menjadi landasan argumen bahwa terdapat banyak hadis yang tidak sampai ke zaman kita antara lain;

Pautan Jarak

Faktanya, terdapat pautan jarak yang sangat jauh antara zaman sekarang dan zaman Nabi Saw, yaitu sekitar 1400-an tahun lebih.

Jarak waktu yang sangat jauh ini sangat mungkin menyebabkan hilangnya hadis-hadis yang belum sempat terdokumentasi atau sudah terdokumentasi namun dokumennya mengalami kerusakan atau hilang karena suatu sebab sehingga tidak sampai ke kita.

Kurangnya Periwayatan Hadis

Adanya pengurangan aktifitas periwayatan hadis (Taqlil Ar-Riwayah) oleh para sahabat pada dekade awal setelah wafatnya Nabi Saw.

Imam Adz-Dzahabi dalam kitabnya Tadzkirah Al-Huffaz mengatakan bahwa pengurangan tersebut dilatarbelakangi oleh dua alasan, yaitu kehati-hatian sahabat akan tercampurnya hadis Nabi dengan kedustaan/perkataan mereka sendiri dan karena adanya kebijakan khalifah yang memerintahkan umat muslim untuk terlebih dahulu memfokuskan diri pada pembelajaran Al-Qur’an dibanding hadis

Kebijakan tersebut kemudian berimplikasi pada larangan periwayatan hadis secara masif pada saat itu. Pengurangan aktifitas periwayatan hadis tentunya sangat berpotensi menyebabkan banyak hadis hilang pada zaman itu.

Penjelasan sederhananya adalah karena hadis-hadis yang ada pada zaman itu sangat jarang atau bahkan tidak pernah dibicarakan dan didiskusikan oleh para sahabat sehingga sangat masuk akal untuk mengatakan bahwa banyak hadis yang hilang pada zaman itu karena terlupakan.

Konflik Politik

Terjadinya konflik politik antara Ali dan Mu’awiyyah pada tahun 30-an hijriyyah. Konflik yang terjadi antara dua tokoh tersebut bahkan belanjut hingga bertahun-tahun setelahnya.

Pada masa kekuasaan Mu’awiyyah, ia seringkali melarang umat muslim untuk membicarakan hadis tentang keutamaan Ali karena dendam pribadinya.

Selain itu, orientalis bernama Ignaz Goldziher juga mengklaim bahwa di zaman itu kerap terjadi pembuatan argumen yang kemudian diklaim sebagai sebuah hadis. Hal tersebut dilakukan demi kepentingan negara atau pribadi seorang penguasa.

Perbuatan menghilangkan dan membuat hadis demi kepentingan pribadi di zaman Mu’awiyyah, sangat mungkin menyebabkan banyaknya hadis yang hilang pada masa itu, terutama hadis-hadis tentang Ali dan keluarganya.

Kemungkinan tentang banyaknya hadis yang hilang di zaman itu juga diperkuat dengan fakta bahwa pada zaman tersebut belum dilakukan pengkodifikasian hadis, sehingga catatan hadis sendiri masih terbilang sedikit jumlahnya.

Kitab Belum Ditemukan

Banyaknya manuskrip kitab dan shahifah hadis yang belum ditemukan hingga zaman sekarang. Dalam berbagai literatur hadis yang sampai ke zaman sekarang, cukup banyak ditemukan judul atau keterangan mengenai kitab dan shahifah hadis yang tidak dapat ditemukan keberadaanya di zaman sekarang.

Artinya kitab dan shahifah tersebut hilang atau dihilangkan pada zaman dahulu. Contohnya adalah Shahifah Ali bin Abi Thalib, Shahifah Ibnu Umar, Shahifah Abu Bakar dan Kitab hadis milik imam Al-‘Aysyi.

Kitab-kitab tersebut merupakan catatan-catatan hadis yang disebutkan dalam banyak literatur hadis namun tidak dijumpai pada zaman sekarang.

Hilangnya catatan-catatan hadis kemungkinan besar menyebabkan banyak hadis yang hilang. Sebagaimana sebuah kitab hadis pasti mengandung suatu hadis yang tidak terdapat di kitab lain, maka menjadi sangat mungkin bahwa di dalam catatan-catatan hadis yang hilang tersebut juga terdapat banyak hadis yang tidak ada di kitab-kitab hadis di zaman kini, terutama catatan-catatan hadis para sahabat yang merupakan generasi tertua dalam sejarah Islam.

Ada banyak bukti dan catatan sejarah yang mendukung pernyataan bahwa terdapat banyak hadis yang tidak sampai ke masa kini.

Data-data tersebut membuat kita lebih yakin untuk menyimpulkan bahwa memang terdapat banyak hadis yang tidak sampai ke zaman sekarang.

Selain itu, kesimpulan itu juga di dukung oleh kenyataan bahwa tidak adanya jaminan dari Allah Swt dan Nabi Saw tentang penjagaan hadis itu sendiri. Wallahu A’lam.

Editor: Lail

Gambar: Pexels