Merdeka bukan hanya sebatas terbebas dari belenggu penjajahan, tetapi yang sesungguhnya adalah menjadi manusia merdeka. Lalu pertanyaannya apakah kita sudah benar-benar sebagimana hal tersebut?

Manusia Merdeka

Hal yang paling mendasar dari manusia merdeka terletak pada dalam diri manusia itu sendiri, yaitu bebas dari belenggu hawa nafsu, Kita sering terjebak di dalam dua pilihan, yakni baik dan buruk. Jika berhasil memilih yang baik, maka bisa dikatakan bahwa kita menjadi manusia merdeka. Akan tetapi, apabila kita memilih yang buruk, maka itu menandakan bahwa kita masih diperbudak oleh hawa nafsu.

Selain itu, untuk menjadi manusia merdeka, kita harus mampu kritis terhadap ketidakadilan di negeri ini. Negeri ini banyak orang pintar, namun jarang orang yang kritis. Ketika negara atau pemimpin melakukan kesalahan, kita sebagai rakyat wajib untuk mengingatkan. Apabila hal tersebut dibiarkan, maka dikahwatirkan pemimpin akan melakukan kesewanangan yang merampas hak rakyat.

Manusia merdeka juga tidak boleh takut, harus berani, sekalipun nyawa taruhannya. Saya teringat kata-kata dari Soe Hek Gie “Lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan”. Seringkali kita takut untuk meberikan kritik terhadap pemerintah, dengan beragam alasan. Ingat, jangan sekali-kali takut melawan ketidakadilan.

Selain itu, juga harus peduli kepada yang lain, kita harus memiliki empati kepada sesama. Kita sering melihat bagaimana tuan dan puan yang terhormat tidak peduli dengan kondisi rakyat, mereka hanya mementingkan kelompoknya sendiri, hanya mementingkan ego politiknya tanpa peduli dengan kondisi rakyat. Hal itu menandakan bahwa para tuan dan puan yang terhormat belum menjadi manusia merdeka, mereka pintar tapi mereka masih diperbudak oleh hawa nafsu.

Untuk menjadi seperti itu juga harus percaya kepada kekuatan sendiri, Kita seringkali tidak percaya diri, masih bergantung kepada yang lain, tidak percaya kemampuan sendiri. Sumber daya alam negara ini besar, tetapi sumber daya manusianya tidak percaya pada kekuatan sendiri. Masih saja terus bergantung kepada negara lain, lebih mencintai produk luar negeri. Oleh karena itu, jadilah manusia yang bebas sebagaimana dinyatakan Gie “Hanya ada dua pilihan: menjadi apatis atau mengikuti arus. Tapi Aku memilih untuk menjadi manusia merdeka”.