Beberapa hari terakhir kemarin tepatnya pertengahan Ramadan tahun 2021, WatchdoC kembali meluncurkan sebuah film dokumenter yang menyentil kesadaran akhlak terhadap lingkungan berjudul “Pulau Plastik”.
Film ini membahas tentang masalah sampah plastik yang perlu diusung ke bioskop lantaran masih banyak masyarakat yang belum peduli tentang bahaya sampah plastik bagi keberlangsungan kehidupan di bumi di masa depan.
Film ini merupakan kerjasama antara Visinema Pictures, Kopernik, Akarumput, dan WatchdoC yang dikemas dengan menampilkan kisah tentang tiga orang yang menolak untuk diam dan terus menggelorakan kampanye menolak plastik sekali pakai.
Produser eksekutif dalam jumpa pers virtual film pulau plastik, menyampaikan bahwa ini sesuatu yang jarang ketika ada film dokumenter dengan isu-isu seperti ini bisa masuk media besar (bioskop) dan terus diperbincangkan, sehingga dengan dibicarakan secara terus-menerus kita semakin punya solusi yang konkret dalam menghadapi darurat sampah.
Tingkatan penggunaan plastik sekali pakai baik skala nasional dan regional sudah berada pada tahapan mengkhawatirkan. Pada bulan Ramadan, pembuangan sampah termasuk sampah plastik biasanya mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Akibatnya sampah plastik menjadi ancaman bagi lingkungan, mengingat tingkat daur ulang yang masih sangat rendah yakni hanya 9 persen secara global, jadi masih tersisa 91 persen yang menjadi timbunan di muka bumi ini.
Sehingga penggunaan plastik sekali pakai pada saat bulan Ramadan juga menjadi perhatian serius yang apabila tidak ditangani dapat menjadi beban terhadap lingkungan. Hal ini dikarenakan momen bulan Ramadan telah menjadi kebiasaan yang kurang baik bagi lingkungan dan kesehatan untuk masa – masa yang akan datang. Begitupun pada bulan-bulan lainnya.
Persiapan Menyambut Bulan Ramadan
Pada umumnya Bulan Ramadan akan disambut oleh masyarakat Indonesia dengan hati yang tenang, bahagia dan penuh semangat. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama bulan Ramadan pun menjadi kegiatan yang sangat menyenangkan. Maka untuk menyambut Bulan Ramadan hingga pada puncaknya dapat meraih hari yang fitri diperlukan persiapan yang matang. Membersihkan hati, menguatkan iman, melatih puasa, olahraga, menyiapkan kebutuhan selama Ramadan dan sebagainya adalah langkah yang baik untuk persiapan menjalani bulan Ramadan.
Namun ada hal yang telah menjadi kebiasaan dan kurang mendapatkan perhatian yang cukup serius saat menjelang datangnya Bulan Ramadan. Kebiasaan yang dimaksud adalah kebiasaan masyarakat Indonesia yang memiliki ketergantungan terhadap penggunaan plastik sekali pakai secara berlebihan, terutama saat berbuka puasa dan saat waktu sahur.
Ketika kebiasaan tersebut dilaksanakan secara terus menerus, maka besar kemungkinan dapat memperburuk krisis sampah plastik. Kebiasaan dan pola pikir ini bisa berubah dengan membiasakannya membawa wadah sendiri saat pergi berbelanja dan penjual dapat menyediakan produk tanpa menggunakan kemasan plastik sekali pakai.
Akhlak Terhadap Lingkungan
Permasalahan sampah plastik tidak terlepas dari pengelolaannya dan perilaku masyarakat itu sendiri. Karena itu, masalah sampah sejatinya ialah masalah akhlak sehingga untuk mengatasinya diperlukan perubahan kebiasaan atau perubahan perilaku masyarakat terkait penggunaan plastik.
Persoalan lingkungan juga merupakan permasalahan yang dihadapi oleh seluruh dunia, sehingga membutuhkan perhatian lebih dari semua pihak. Oleh karena itu, isu dari permasalahan lingkungan tidak akan bisa teratasi tanpa adanya kesadaran ekologi.
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya. Dalam Jurnal Abdul Rozak Tentang Ekosistem Perspektif Beberapa Ahli 2008, menyebutkan bahwa hubungan timbal balik antara; manusia dan lingkungan merupakan suatu kesatuan ciptaan Tuhan, yang antara masing-masing sub sistemnya saling membutuhkan. Kerusakan salah satu sub sistemnya akan menjadikan rusak secara keseluruhan.
Dalam konteks ini, manifestasi akhlak terhadap lingkungan perlu untuk ditingkatkan. Apalagi kita tahu bahwa menyempurnakan Akhlak adalah bagian dari misi Rasulullah SAW. Karena itu, praktik Akhlak mulia tidak berhenti pada pergaulan sesama manusia saja, namun juga kepada seluruh alam, termasuk lingkungan di sekitar kita. Seperti hewan, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda tak bernyawa.
Akhlak terhadap lingkungan juga bersumber dari tugas seorang manusia sebagai khalifah di muka bumi. Khalifah dapat diartikan sebagai pemimpin, pengayom dan pemelihara. Sederhananya adalah seorang khalifah memliki tugas untuk mengelola, memelihara dan memakmurkan bumi. Maka dalam pengimplementasiannya manusia dituntut untuk bersikap adil dan kasih sayang terhadap lingkungan.
Rumusan sederhana untuk meminimalisir permasalahan sampah plastik adalah dengan mengurangi konsumsi penggunaan plastik sekali pakai, dan hal ini dapat kita mulai dari diri kita sendiri. Solusi lain juga dibutuhkannya regulasi kebijakan dalam mengatur penggunaan plastik secara nasional maupun sampai kepada regulasi skala global. Untuk memulai perubahannya juga dilakukan secara bertahap dan dengan kontrol yang ketat. Saat ini bukan lagi tentang kesadaran “membuang sampah pada tempatnya atau tidak”, tapi lebih kepada penyadaran “dimana tempat akhir sampah itu berlabuh”, apakah mencemari lingkungan atau bahkan sampai membahayakan kesehatan.
Melalui ikhtiar yang maksimal menuju implementasi akhlak terhadap lingkungan, maka yang mencintai lingkungan ialah yang menjaga lingkungan dan mengindahkan firman-firman Tuhan. Sudah selayaknya manusia yang berakal merawat bumi satu-satunya ini. Karena bumi tidak bisa disalahkan atas kerusakan lingkungan, manusialah makhluk yang paling kejam merusak ekosistem yang ada. Manusia yang menjaga lingkungan untuk masa yang akan datang adalah manusia yang berhasil dalam mengamalkan rasa syukur kepada Tuhan.
Editor : Hiz
Comments