Ada sebuah cerita dari seorang sahabat nabi SAW bernama Zaid bin Tsabit. Dari sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Hakim dan beliau mengatakan sanad hadis ini sahih. Hadis yang menceritakan pentingnya mencari peluang kemuliaan

Ketika itu, ada seseorang mendatanginya dan bertanya tentang suatu ilmu, namun ketika Zaid ditanya beliau berkata, “Belajarlah kepada Abu Hurairah. Karena pernah suatu kali bersama Abu Hurairah dan satu temannya berada di dalam masjid, untuk melakukan doa dan berzikir kepada Allah swt

Ketika bertiga sedang khusyuk beribadah, tiba-tiba nabi SAW datang menghampiri kami. Lalu duduk dan kami pun terdiam.

Kemudian nabi SAW bersabda: “Wahai kalian, ulangilah apa yang kalian lakukan tadi”

Kemudian Aku dan temannya  berkata, “Wahai Rasulullah, aminkanlah doa yang kami panjatkan kepada Allah”

Kemudian nabi SAW pun menyetujuinya. Kami berdoa masing-masing dan nabi SAW mengaminkannya. Kemudian setelah itu, Abu Hurairah pun berdoa,

“Ya rabbi, hamba memohon sebagaimana yang dimohon oleh kedua sahabat kami ini dan hamba memohon tambahan ilmu yang tidak pernah dilupakan”

Nabi pun mengaminkannya. Setelah mendengar Abu Hurairah berdoa itu, kami pun memohon kepada Allah agar mendapatkan ilmu yang tidak pernah lupa.

Lalu nabi SAW bersabda, “Pemuda ini yaitu Abu Hurairah telah mendahului kalian”

Peluang Kemuliaan

Dari cerita tersebut, Abu Hurairah RA begitu peka dengan adanya peluang untuk meraih kemuliaan di sisi Allah SWT. Hal ini dibuktikan dengan doa kedua temannya yang diaminkan oleh nabi SAW yang membuat Abu Hurairah terinspirasi untuk meraih keutamaan lain yang tidak ada dalam doa kedua temannya tersebut.

Hingga akhirnya, mereka hanya mendapatkan satu bagian tetapi Abu Hurairah mendapatkan tiga doa sekaligus.

Karakter ambisi yang baik adalah keinginan untuk senantiasa melakukan kebaikan, seperti ketika seseorang berada dalam perlombaan.

Seseorang yang berlomba tentu akan berusaha mencari celah, tips dan trik untuk bisa memenangkan kejuaraan. Tidak akan sedikit pun menyia-nyiakan peluang pas berada di hadapannya.

Celah Peluang

Kepekaan itu muncul karena konsentrasi seseorang dalam mencari peluang, sehingga mampu menangkap peluang dengan cepat dan mendahului orang lain di dalam mengambil peluang tersebut.

Ketika orang lain baru mempertimbangkan, dia telah berpikir. Orang lain baru berpikir, dia telah berlari untuk beraksi dan memutuskannya.

Pokoknya dia selalu di depan dan mestinya ini dimiliki oleh seorang muslim di dalam memanfaatkan setiap peluang kebaikan yang ada.

Cerita kedua, sama halnya dengan Ukasyah saat nabi SAW menjelaskan tujuh puluh ribu golongan akan masuk surga tanpa hisab.

Mendengar penjelasan nabi SAW, Ukasyah pun memanfaatkan dengan sebaik-baiknya dengan segera meminta didoakan nabi SAW agar termasuk dari 70.000 golongan yang masuk surga tanpa hisab. Ketika yang lainnya menyusul ternyata sudah didahului oleh Ukasyah.

Kemudian pula sama halnya dengan cerita yang ketiga dari Abu Thalhah. Ketika itu nabi SAW menjelaskan firman Allah,

لن تنال البر حتى تنفقوا مما تحبون وما تنفقوا من شيء فإن الله به عليم

“Kamu sekali-kali tidak akan sampai kepada kebajikan yang sempurna, sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa yang kamu nafkahkan maka sungguh Allah maha mengetahui”. (Q.S. Ali Imran: 92)

Setelah mendengar firman Allah, Abu Thalhah berkata,

“Wahai Rasulullah, jika Allah berfirman demikian maka saksikanlah, hari ini aku nafkahkan hartaku di jalan Allah yaitu kebun kurma yang subur untuk keperluan di jalan Allah SWT”

Begitulah cara Abu Hurairah, Ukasyah dan Abu Thalhah dalam mengambil keputusan saat peluang terbaik muncul di hadapannya.

Setelah Ukasyah dan Abu Thalhah memanfaatkan sebaik-baiknya peluang tersebut, barulah sahabat-sahabat lainnya berpikir untuk itu. Dan sudah semestinya kita ketika ada peluang kemuliaan, peluang kebaikan di hadapan kita, kita harus sesegera mungkin untuk meraihnya dan mendapatkannya.

Bersegera dalam Kebaikan

Para sahabat di dalam memanfaatkan peluang kebaikan yang terbuka di hadapannya, bahkan mereka juga merasa menyesal terhadap peluang-peluang kebaikan yang tidak bisa dilakukan ketika peluang itu berada di depan matanya.

Dapat kita simak cerita dari Abdullah bin Umar RA yang dilakukannya ketika mendengar sebuah hadis nabi SAW:

“Barangsiapa yang menghadiri jenazah lalu ikut menshalatkannya maka baginya pahala satu Qirath. Dan barangsiapa yang menghadirinya hingga jenazah dikuburkan maka baginya dua Qirath.

Ada yang bertanya, “apa dua Qirath itu?”

Nabi SAW menjawab: “dua Qirath itu seperti dua gunung yang sangat besar.”

Dan kita perhatikan juga pada penyesalan Amir bin Abdul Qais ketika beliau sakit dan sudah mendekati ajalnya. Beliau menangis lalu ditanya, “karena sebab apa kamu menangis?”

Ketika itu beliau menjawab, “aku menangis bukan karena aku takut mati atau karena aku akan tinggalkan hartaku di dunia ini. Tapi aku menangis karena ketika sehat aku tidak melaksanakan puasa sunnah dan aku menangis karena di waktu malam aku tinggalkan tanpa mengerjakan shalat malam”.

Demikian, di mana para sahabat Rasulullah dengan sebaik-baiknya memanfaatkan peluang emas yang tebuka di depan matanya.

Mereka tidak menyia-nyiakan seperti yang dilakukan oleh Abu Hurairah RA ketika ada kesempatan mendapatkan doa dari nabi SAW, beliau meminta sesuatu yang tidak hanya yang dimintai oleh dua orang temannya.

Semoga Allah SWT menjadikan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang peka dengan amal kebaikan dan dipenuhi semangat untuk bisa meraihnya.

Editor: Lail

Gambar: Pexels