Revolusi adalah kata yang mungkin sudah familiar dan acap kali diucapkan oleh banyak orang, mulai dari pidato di hari kemerdekaan, gelar seorang tokoh pahlawan dan lain lain. Di Indonesia sendiri, yang lekat atau bahkan di daulat sebagai bapak revolusi, ialah Bung Karno.

Dalam KBBI, revolusi adalah perubahan yang cukup primordial dalam suatu bidang. Misalnya, dalam sistem kenegaraan, sistem pengelolaan ekosistem, dan lain sebagainya. Dalam hal ini, penulis lebih menekankan pada revolusi kognitif yang merujuk pada Yuval Noah Harari dengan bukunya yang terkenal, yakni Homo Sapiens.

Revolusi Kognitif Sapiens

Revolusi kognitif yang paling menonjol pada homo sapiens dibanding spesies lainnya adalah perihal komunikasi. Sekelompok simpanse mampu berkomunikasi dengan kawanannya untuk memperingatkan situasi kewaspadaan supaya kawanan simpanse tersebut menjauhi wilayah tatkala ada sekelompok singa yang sedang mengintai.

Beda halnya dengan homo sapiens. Mereka dapat menyampaikan informasi dengan berkomunikasi secara lugas dan detail terkait situasi yang mengancam. Sehingga dengan cara ini homo sapiens dapat menghindar untuk bertemu dengan berbagai ancaman tersebut.

Dalam revolusi kognitifnya terjadi kecakapan berkomunikasi dan berbagi informasi yang sangat signifikan pada homo sapiens dalam membangun hubungan integral. Misalnya, dalam hal bertukar anggota, berburu secara kolektif atau bersama, bertukar kemewahan, membuat aliansi politik bahkan merayakan perayaan keagamaan secara bersama.

Di sisi lain, kepunahan suatu spesies dapat terjadi karena beberapa faktor, seperti cuaca ekstrim, dimangsa oleh binatang buas, dan ketersediaan makanan. Kemampuan cara berpikir sapiens menjadikan mereka dapat bertahan hidup yang salah satunya mampu membaca tanda-tanda perubahan iklim, perilaku binatang, makanan yang bisa dimakan, dan makanan yang bisa dijadikan obat. Sehingga, dengan kemampuan seperti ini, sapiens dapat bertahan hidup hingga saat ini.

Lebih-lebih, hidup di dataran Afro-Asia yang dikelilingi laut yang sangat dalam dan luas membuat pemikiran homo sapiens memberontak untuk melakukan invansi keluar. Dengan pola komunikasi yang baik, akhirnya para homo sapiens memiliki visi bersama keluar dari daratan Afro-Asia.

Dengan demikian, homo sapiens mampu membuat perahu yang dalam hal ini dimulai dari  wilayah kita, Indonesia. Bisa dikatakan bahwasannya masyarakat kita adalah masyarakat pelayaran pertama sekitar 45.000 tahun yang lalu. Keberhasilannya menginvansi di benua Australia mengakibatkan  kepunahan megafauna didaratan Australia dengan rata-rata bobot 50 kg dari 200 jenis. Dan tersisa pada masa revolusi Agrikultural setengah dari jumlah itu.

***

Dapat disimpulkan bahwa homo sapiens adalah pemicu bencana ekologis di dunia. Wajar apabila kita saat ini mewarisi sifat khas dari nenek moyang kita yang nampaknya memiliki hasrat tinggi untuk menjadikan homo sapiens sebagai makhluk hidup yang paling berkuasa di muka bumi dengan berpijak di atas makhluk hidup lainnya (antroposentrisme).

Editor: Nirwansyah

Ilustrasi: kompasiana