Siapa yang tidak tahu sinetron Ikatan Cinta? Mulai dari emak-emak sampai adek-adek kecil berumur lima tahun mengelu-elukan mbak Andin dan mas Aldebaran.
Saking viralnya sinetron ini, sampai-sampai ibu-ibu arisan mengadakan syukuran karena keduanya tidak jadi bercerai. Pertanyaannya, sebegitu turut bahagiakah ibu-ibu itu sampai lupa bahwa alur cerita sinetron ini hanya buatan rumah produksi MNC Pictures?
Sinetron Ikatan Cinta
Sejak tayang pada tanggal 19 Oktober tahun lalu pukul setengah delapan di saluran RCTI, sinetron ini menjadi buah bibir berkat alurnya yang dianggap mirip drama dari negeri gingseng. Tentu banyak pula dari kalangan muda yang tertarik untuk membuktikan kabar tersebut. Ternyata benar, setiap episode yang ditayangkan mampu menyuguhkan plot twist yang menarik sehingga selalu dinantikan setiap penayangannya.
Sinetron yang berjudul Ikatan Cinta ini pun mengukir sejarahnya dengan mencetak rating yang tinggi. Para artisnya seperti Amanda Manopo, Arya Saloka, Evan Sandres, dan yang lainnya pun menjadi terkenal dan digilai oleh para penonton. Banyak keuntungan yang diraih oleh pihak produksi melalui sinetron ini bahkan mampu menguasai 40%market share. Sungguh prestasi yang sangat luar biasa.
Mulai Kehilangan Arah
Meski demikian, akhir-akhir ini banyak penonton yang menanyakan kapan episode terakhir Ikatan Cinta akan ditayangkan. Mungkin mereka mulai bosan dengan alur yang disuguhkan. Dari beberapa komentar yang saya pantau di internet masyarakat menyadari sinetron ini mulai melakukan penyimpangan yang tidak bisa dimaafkan. Apakah itu? Yakni kembalinya kepada fitrah alias khazanah khas persinetronan Indonesia.
Penyimpangan yang dilakukan tersebut tidak bisa lagi ditolerir. Ditengarai hal ini bersumber dari alur yang mulai menjauhi bau-bau kedrakoran dimana pada awalnya menjadi daya tarik sinetron ini. Sehingga masyarakat yang menjadi penonton setia menyebutnya kehilangan arah.
Sebenarnya tidak salah, karena sinetron kita memang perlu memiliki ciri khas. Sehingga dengan kekhasan tersebut, sinetron Indonesia tidak akan kehilangan jati dirinya. Hal tersebut berarti, pertanyaan kapan episode terakhir ada karena sudah tidak kuat lagi dengan khazanah kekhasan kita sendiri.
Mari kita pikir kembali, bila sinetron kita berbau drama korea maka ada penjajahan ideologi didalamnya yang secara tidak langsung kita mulai mengikuti budaya orang lain. Lantas kenapa di sisi lain, kembalinya sinetron kita kepada jalan yang benar malah menerima penolakan? Ini perlu diluruskan kembali bahwa sebenarnya tidak ada masalah dengan kekhasan sinetron kita. Hanya saja ceritanya yang mumet membuat kita malas untuk menonton sinetron Indonesia.
Alasan Sebenarnya yang Membuat Tidak Menarik
Di Indonesia, setiap sinetron yang ditayangkan pada awalnya dijamin seratus persen sangat menarik untuk ditonton berkat cerita yang begitu inovatif dan terbilang fresh. Akan tetapi, rumah produksi seolah tidak menentukan sampai episode berapa sinetron tersebut akan ditayangkan. Jika sinetron tersebut mendapatkan perhatian lebih dari maysrakat maka otomatis episode dipaksakan semakin panjang sekalipun cerita yang disuguhkan mumet semumet-mumetnya.
Di sinilah inti ketidakmenarikan ini ditemukan. Skenario yang disuguhkan terasa semakin dibuat-buat untuk mempertahankan euphoria dan tentu saja keuntungan yang didapatkan. Berbeda dengan sinetron zaman dulu yang sudah jelas kapan mulai dan di mana akhirnya. Jadi, jangan sangka semua sinetron Indonesia demikian, sebab sinetron zaman dulu seperti Pernikahan Dini, Si Doel Anak Sekolahan, Para Pencari Tuhan, dan sebagainya masih mempertahankan keorisinilan ceritanya.
Berbeda dengan saat ini, di mana jika sinetron itu fenomenal maka pihak produksi akan terus menambah deret penayangannya bahkan hingga lima ribu. Sebenarnya kisah di dalamnya tidak ada ubahnya dan terus diputar-putar.
Jadi, para penonton yang budiman demikian kiranya duduk perkara setelah Mbak Andin dan Mas Al sudah hampir setahun eksis di layar kaca. Tidak hanya itu saja, setiap membuka youtube mereka selalu menghiasai layar ponsel saya juga. Karena masa kejayaan telah diraih mungkin sudah saatnya yang lain menggantikan. Semoga kekhasan persinetronan Indonesia kembali sebagaimana mestinya sehingga sinetron kita bisa dianggap berkualitas.
Editor : Hiz
Comments