Tidak lama ini, publik diramaikan dengan cover lagu Aisyah. Bila dicerna dari liriknya, lagu bernuansa dakwah Islam kontemporer ini menggambarkan sosok romantisme Aisyah kepada Rasulullah SAW. Tidak hanya sifatnya, namun juga sampai kepada bentuk tubuh dan perilakunya kepada Nabi Muhammad. Mr. Bie, inisial nama pengarang lirik Aisyah menggambarkan ciri-ciri fisik Sayyidah Aisyah yang begitu indah dan detail, seperti cantik berseri, berkulit putih, pipi merah, Nabi minum di bekas bibir beliau, bermain lari-lari bersama Nabi, hingga Nabi mencubit hidungnya sembari bermanja.

Karena mendetailnya penggambaran Aisyah, lagu ini menuai pro dan kontra. Ada yang yang menganggap terlalu berlebihan dalam menceritakan romantisme Aisyah. Liriknya tidak pantas untuk didendangkan. Namun di balik semua itu, ada suatu pesan yang disiratkan dalam lagu tersebut, yaitu semangat emansipasi.

Hebohnya lagu Aisyah di berbagai media sosial telah mengingatkan umat Muslim akan sesosok wanita hebat. Sosok Aisyah Radiallahu ‘anha ini menjadi satu di antara wanita-wanita teladan dalam sejarah Islam yang kehadirannya menafikan anggapan bahwa Islam merendahkan kedudukan wanita. Lagu ini sukses membawa marwah Islam dan memperkenalkan kepada publik akan emansipasi wanita.

Sejarah mencatat bahwa wanita-wanita muslim yang berkiprah luas layaknya seorang pria. Kitab A’lam an-Nisa’ telah merangkup rekam jejak wanita yang memiliki tingkat kealiman yang tak tertandingi. Bahkan ulama besar seperti Imam as-Syafi’i, Imam Bukhari, Imam as-Suyuthi, as-Syakawi, dan Imam al-Hafidz al-Mundziri pun berguru kepada seorang wanita. Selain kedudukan wanita yang terangkat, para ulama pun tidak gengsi atau melihat wanita dengan sebelah mata.

Dilansir dari pesantren.id dikatakan bahwa Asy-Syaukani dalam Nailul Authar memuji banyak perempuan alim dan periwayat hadis, “Tidak seorang pun mengatakan bahwa ada sebuah riwayat ditolak dari seorang perempuan karena dirinya perempuan. Dan sangat banyak sunah yang diambil oleh umat yang perawinya adalah seorang perempuan (sahabiyah), dan tidak ada yang mengingkarinya, walau mereka hanya memiliki ilmu hadis yang sedikit”.

Emansipasi Wanita dalam Islam

Dalam kaitannya dengan lagu viral ini, Sayyidah Aisyah adalah perempuan pertama yang sangat memahami ilmu agama (Faqihah). Ia juga menjadi guru dari para sahabat sebagai tempat bertanya dari berbagai persoalan agama setelah wafatnya Nabi Muhammad saw. Abu Ubaidah dalam Inayah an-Nisa bi al-hadis mengisahkan bahwa Aisyah telah meriwayatkan banyak hadis dari Nabi Muhammad saw. Selain itu ia juga meriwayatkan dari Ayahnya, Abu Bakar, Umar bin Khattab, Fatimah az-Zahra, Sa’ad bin Abi Waqash, Hamzah bib Amr al-Aslami, dan Jadzamah binti Wahab, sebayak 2210 hadis.

Selain Aisyah, ada Syifa’ binti Abdullah yang dikenal sebagai wanita intelek dan termasuk penulis langka pada masanya. Khadijah Qairuniyah, Karimah binti Ahmad, Ummu Zainab al-Baghdadiyah, Umm Abdullah Zainab binti al-Kamal, Sakinah binti al-Husain, Karimah al-Maruziyah, dan Umm Hasan binti al-Qhadi adalah wanita-wanita yang menggoreskan tinta emas dalam hidupnya.

Spirit di balik emansipasi wanita dalam Islam adalah kesetaraan umat manusia di hadapan Allah SWT. Syariat Islam tidak membeda-bedakan laki-laki atau perempuan dalam mendapatkan ilmu. Perempuan dalam Islam bukanlah mahluk yang memiliki ruang gerak terbatas. Perempuan memiliki porsi yang sama dengan laki-laki dalam hal kesempatan untuk mencari ilmu, kesempatan untuk berkarir, kesempatan untuk berkiprah, dan hal-hal duniawi lainnya. Meskipun dalam beberapa putusan fiqih bahwa perempuan memiliki udzur-udzur tertentu untuk beribadah, hal itu hanya dipengaruhi karena sisi biologis yang sama sekali tidak mempersempit ruang gerak perempuan untuk eksistensi dirinya.

Jika diambil sisi keindonesiaan, maka Raden Ajeng Kartini yang kelahirannya selalu diperingati oleh masyarakat Indonesia adalah pengejawantahan nilai-nilai Islam universal yang memberikan kebebasan kepada laki-laki dan perempuan untuk memperjuangkan eksistensi dirinya. RA Kartini yang baru saja diperingati kemarin pun menjadi satu dari sekian pahlawan wanita di Indonesia yang mengimplementasikan nilai-nilai Syari’at Islam.

 

Penulis: Firdan Fadlan Sidik

Ilustrator: Ni’mal Maula