Generasi mager atau “malas gerak” identik dengan kebiasaan malas, nggak peka, instan dan sederet stigma negatif lainnya. Dalam artikel ini, penulis bakal membahas tentang tafsir surah al-Muzzammil ala generasi mager. Penafsiran tersebut cenderung kontekstual dan nggak merujuk pada metodologi penafsiran tertentu seperti asbabun nuzul, linguistik, koherensi ayat, ataupun lainnya.
Penulis berharap, apabila pembaca menemukan sesuatu yang dalam tanda kutip seakan-akan berbalik dengan penafsiran para mufassir yang sudah terlegitimasi, pembaca nggak melaporkan tulisan ini termasuk kasus penistaan agama dan bisa melanjutkan membaca sampai akhir. Hehe.
Sebelum masuk ke dalam penafsiran, berikut terjemahan surah al-Muzzammil (orang yang berselimut) ayat 1-9 versi Kementrian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI).
Wahai orang-orang yang berselimut (Muhammad). Bangunlah (untuk solat) pada malam hari, kecuali sebagian kecil. (yaitu) separuh atau kurang sedikit dari itu. Atau lebih dari (seperdua) itu, dan bacalah al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya kami akan menurunkan perkataan yang berat kepadamu. Sungguh, bangun malam itu lebih kuat (mengisi jiwa); dan (bacaan diwaktu itu) lebih berkesan. Sesungguhnya pada siang hari engkau sangat sibuk dengan urusan yang panjang. Dan sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan sepenuh hati. (Dialah) Tuhan timur dan barat, tidak ada tuhan selain Dia, maka jadikanlah Dia sebagai pelindung.
Sebagai generasi mager, bersembunyi di balik selimut menikmati mimpi-mimpi yang menjadi idealitas hidup sangatlah indah nan mempesona. Ketika mendapat panggilan wahai orang yang berselimut seakan mendapat belaian penuh kasih sayang untuk terus melanjutkan tidur. Ketika malam datang setelah menyelesaikan seluruh urusan di siang hari yang penuh hiruk pikuk, generasi mager nggak langsung menarik selimut selepas solat isya’.
Generasi mager nggak akan peduli dengan manusia yang masih melanjutkan kesibukan siangnya hingga larut malam. Meski begitu, generasi mager pastinya juga tetap tertarik dan lebih senang kongkow di warung kopi menyeduh ribuan ekspresi inspirasi daripada belajar membaca lembaran kertas dengan ribuan karakternya.
Anehnya, perintah Bangunlah (untuk solat) pada malam hari, kecuali sebagian kecil (sedikit) menjadi perintah yang dilakukan sebagai rutinitas generasi mager. (yaitu) separuh atau kurang sedikit dari itu. Atau lebih dari (seperdua) itu, dan bacalah al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya kami akan menurunkan perkataan yang berat kepadamu. Separuh atau seperdua yang dimaksud, dalam tafsir Ibnu Katsir merupakan kata ganti al-lail (malam). Maksudnya, kurangilah waktu malam (pada sepertiganya) dengan membaca Alquran. Setelah bangun dan melaksanakan solat qiyamul lail, generasi mager bisa dipastikan mager untuk mengambil langkah tidur lagi. Alquranlah yang akan menemani kemageran di malam hari sebagai bacaan yang berat (penuh makna). Sungguh, bangun malam itu lebih kuat (mengisi jiwa); dan (bacaan diwaktu itu) lebih berkesan.
Selain membaca al-Qur’an, generasi mager nggak melewatkan waktunya untuk bersemedi men-charge dirinya dengan berbagai perenungan maupun bacaan. Meski kelihatannya nggak pernah belajar, suka tidur, ataupun kongkow diwarung kopi, generasi mager selalu memiliki perasaan yang cukup stabil dan intelektualitas yang baik. Menurut penelitian ilmiah, faktor psikologi dan lingkungan sangat mempengaruhi konsentrasi. Baik konsentrasi membaca, menulis, belajar atau yang lainnya.
Keadaan psikologis yang tenang, suasana yang fokus (nggak banyak gangguan) sangat bisa di dapatkan pada sepertiga malam apalagi Allah juga menegaskan dalam firmanNya bahwa bacaan (al-Qur’an, dsb) pada waktu itu lebih mudah nyantol. Sesungguhnya pada siang hari engkau sangat sibuk dengan urusan yang panjang.
Oleh karena penafsiran ala generasi mager di ayat sebelum-sebelumnya, generasi mager tetap bisa menikmati kesibukan sepanjang siang dengan penuh semangat meski tetap menjadi yang termager ketika waktu salat datang. Memilih mager untuk melanjutkan aktivitas dan beristirahat dengan bersimpuh sujud menyebut nama Tuhan, dan beribadah kepada-Nya dengan sepenuh hati. (Dialah) Tuhan timur dan barat, tidak ada tuhan selain Dia, maka jadikanlah Dia sebagai pelindung.
Nyatanya, menjadi generasi mager nggak selamanya negatif. Mager untuk fokus khusyuk beribadah kepadaNya justru akan menjadi motivasi tersendiri untuk bersemangat menjalankan setumpuk amanah urusan dunia. Selamat semangat beraktivitas!
Salam generasi mager Indonesia!
Penulis : Fadhlinaa ‘Afiifatul ‘Aarifah
Ilustrator : Ni’mal Maula
Comments