Belum lama ini saya bekerja di sebuah kanal YouTube, dan itu adalah pengalaman saya untuk pertama kalinya. Tentu pekerjaan saya jelas bukan editor video atau voice over. Tapi penulis naskah.
Saya memang terbiasa menulis. Tapi menulis untuk dibikin video, plus untuk kanal sepakbola, menjadi hal baru bagi saya. Blasss, sebelumnya saya nggak pernah nulis tentang sepakbola.
Menjadi penulis naskah untuk kanal YouTube, bagi saya tentu bukan pekerjaan mudah. Saya harus menyesuaikan apa yang dimau atasan saya, dan harus mengikuti perkembangan informasi sepakbola. Tapi, sejujurnya, mengatasi hal itu nggak sulit.
Justru yang sulit dan bikin saya gedek setengah mampus adalah respons netizen di kolom komentar. Sebagai penulis naskah, saya kerap memantau hasil video yang sudah dipublikasi, dan nggak jarang juga memantau kolom komentar. Ingin tahu apa respons netizen dari video yang diangkat dari tulisan saya itu.
Dan setelah saya cermati dan telaah dalam-dalam, netizen yang komen di kanal YouTube sepakbola, seperti tempat saya bekerja ternyata nggak cuma satu macam. Ada yang memang rese dan bikin gedek, dan ada juga yang bikin ngakak.
Si Paling Pertama
Oke, saya mulai dari tipe yang menurut saya ngeselin. Ya, si paling pertama. Netizen ini selalu saja komentar ketika video baru saja diunggah. Kira-kira 3-5 menit setelah videonya tayang.
Tapi ndlogok-nya, alih-alih mengomentari isi videonya, ini malah cuma komen “pertama” atau “pertama min”. Bagi saya itu nyebelin. Ini maksudnya apa, coba? Ya tahu lu pertama kali komen. Semua orang yang baca komen lu percaya kok. Tapi mbok ya nggak usah komen “pertama” atau bahkan “pertamax”.
Saya yakin komen yang nggak penting gini bukan hanya ada di kanal YouTube sepakbola, tapi kanal YouTube lain juga. Awalnya saya nggak habis pikir. Buat apa orang-orang komen “pertama” gitu yak? Toh di dalam videonya nggak ada pengumuman yang komen pertama dapat sepeda.
Namun, lantaran keseringan, saya coba cari tahu. Apa maksud si paling pertama komentar begitu. Dan Ya Allah… ternyata cuma mau di-notice admin-nya. Dari mana saya tahu itu?
Pertama, kadang di komentarnya memberi spoiler gini, “pertama min, pin dong”. Kedua, saya berasumsi mereka komen gitu supaya di-notice karena jika video baru diunggah, otomatis si admin masih memantau YouTube. Jadi kemungkinan mendapat balasan gede.
Si Tukang Request
Netizen tipe ini bagi saya memiliki dua sisi yang berbeda. Satu menusuk, yang satunya mencium dengan khidmat. Bisa jadi menyenangkan jika, saya sedang kering ide. Terkadang netizen-netizen memberikan request agar si adminnya membahas satu tema. Dan itu bisa saya manfaatkan untuk menggarap barang satu atau dua tulisan. Jadi, beban saya untuk mencari ide konten lebih ringan berkat bantuan netizen ini.
Etapi, si tukang request ini juga acap kali menjengkelkan. Dianggapnya kanal YouTube itu seperti orkes dangdut atau tarling yang ketika request langsung keturutan. Mereka ngotot agar request-an-nya dibahas.
Padahal kan, untuk menggarap satu video itu nggak sebentar. Saya juga kalau nulis naskah nggak semenit-dua menit. Butuh bermenit-menit untuk risetnya, menyusun kerangkanya, dan menulisnya. Setelah naskah selesai pun dialih suarakan dulu.
Baru deh, kalau naskah sudah di-voice over bisa masuk ke editor video. Dan proses ngedit video itu bukan seperti nonton MU yang laga belum tuntas saja sudah pasti kalah. Butuh setidaknya beberapa jam, mantengin komputer, sebelum akhirnya siap untuk ditayangkan. Nah, yang begini-ini apa pernah nyantol di otak netizen?
Si Tukang Koreksi
Tipe netizen yang satu ini selalu bikin saya deg-degan. Lebih mendebarkan dari menunggu giliran presentasi skripsi. Karena dari situlah kadang keabsahan tulisan saya dipertanyakan. Terlupa satu angka saja, urusannya bisa berabe. Misalnya, saya menulis MU juara Liga Champions 9 kali. Pasti langsung digoblok-goblokin. Langsung dibilang, baca data saja salah.
Duh, padahal bener tho kalau Manchester United itu juara Liga Champions 9 kali? Meski yang 6 hanya berada dalam lamunan penggemar fanatik yang sebenarnya nggak fanatik-fanatik amat.
Saya sangat berterima kasih pada netizen yang semacam ini. Kesalahan yang boleh jadi luput dari pengamatan saya, pada akhirnya bisa diketahui. Tapi tolong nggak usah sok-sokan paling ngerti bola dong.
Sok-sokan tuh begini, di video sudah benar, tapi si netizen tukang ngoreksi ini tetap ngotot bahwa videonya salah. Ya, oke saya bukan antikritik. Tapi mereka tuh harusnya sadar lho. Si pembuat video tentu bikin konten dengan riset—meski cuma modal Google.
Mengumpulkan informasinya sudah sangat serius, lho. Saking seriusnya kadang mau diajak nikah segala. Eh. Maksudnya sampai kepala pusing. Kok ya seenak jidat bilang datanya salah.
Lucunya, sudah tahu si netizen itu yang salah, dan dikomentari netizen lain, tetap saja mengaku dirinya yang paling benar. Padahal si netizen tukang koreksi ini cuma modal informasi yang berseliweran di media sosial saja. Sudah gitu dari akun tak terpercaya lagi. Ha saya cuma bisa ngakak setengah kayang kalau gitu.
Si Paling Optimis
Biasanya netizen yang semacam ini muncul ketika tim kebanggaannya sedang dibahas. Misalnya, ketika membahas Liga Champions. Kemudian ada tim kesayangannya. Sudah pasti si netizen ini bakal komen yang baik-baik tentang timnya.
Misal, “Moga Madrid juara UCL musim ini”. Tapi, kadang kala, netizen ini ngeluarin komentar optimis ini bukan untuk mendukung timnya. Ya, mungkin cuma pengen optimis-optimis saja. Padahal mah belum tentu juga.
Lha gimana, masa MU yang sedang bapuk gitu oleh beberapa netizen malah bilang bakal lolos Liga Champions? Ya, mungkin sih bisa. Tapi melihat nasibnya yang nyaris selalu kalah, masuk Liga Eropa saja sudah syukuran di Old Trafford.
Tukang Nebak Admin Fans Klub Apa
Ini yang menurut saya paling absurd. Apa kepentingannya coba mereka nebak-nebak mimin itu fans apa? Maksudnya, ha mbok nggak usah nebak-nebak yang cenderung mengada-ada kan bisa tho? Masa ketika videonya mengunggulkan Manchester United, dibilang admin-nya fans MU. Terus pas ngejelekin MU, dibilang admin-nya benci banget sama MU.
Waktu bahas sisi buruknya Arsenal, dibilang admin kok ngejelekin Arsenal mulu. Giliran menganalisis kemungkinan Real Madrid kalah, dibilang admin-nya nggak tahu apa-apa soal Madrid. Sampai-sampai malah bilang admin fansnya Munchen. Lha apa hubungannya coba?
Dari tipe-tipe tadi, ada yang paling sering muncul. Tipe penghina. Netizen yang suka menghina klub lain. Padahal yang patut dihina kan cuma satu: Manchester United.
Editor : Faiz
Comments