Kian hari, ragam modus penipuan semakin membagongkan. Jika sekira satu dekade yang lewat kita sempat dipusingkan dengan template “Mama minta pulsa” dan maraknya kasus hadiah bodong dari penipu mengatasnakaman bank tertentu—kita diinformasikan mendapatkan undian sejumlah uang, kemudian diminta pergi ke ATM terdekat—saat ini, modusnya makin menggila dan membikin mangkel to the max.
Betapa tidak. Penipu sekarang terbilang cukup lihai mengikuti tren pelaporan yang biasa dilakukan oleh kebanyakan pelanggan saat ini—khususnya untuk produk perbankan. Salah satunya, melalui media sosial. Boleh jadi, hal ini pernah kalian alami sendiri. Mungkin juga kalian pernah melihat langsung atau melakukan observasi via linimasa media sosial masing-masing. Sebab, modusnya selalu sama dan sangat-sangat-sangat template. Kendati demikian, tetap saja hal ini sangat meresahkan.
Yakin saya. Kalian pasti sangat familiar dengan pemandangan seperti ini: ketika kalian atau ada orang lain yang bertanya, melaporkan soal kendala, sampai dengan mention akun resmi salah satu bank via twit atau mention di media sosial, selalu saja ada akun bodong, penipu, fake account—apa pun sebutannya—yang nyamber twit tersebut. Bukan hanya satu, tapi, bisa sampai enam akun. Ini pernah saya alami sendiri juga, BTW.
Betul-betul bikin gedeg. Lah, gimana. Orang lagi butuh informasi dari pihak yang bersangkutan melalui akun resmi dan sudah terverifikasi, malah disamber oleh penipu yang oportunis.
Kalau saya atau nasabah/pelanggan lain dalam kondisi tenang, tentu bisa dicegah atau lebih teliti. Nggak merespons balasan dari akun bodong tersebut. Permasalahannya adalah, gimana kalau kondisi pelapor sedang kalut? Bukan tidak mungkin akan menjadi korban penipuan sekaligus penyalahgunaan data diri.
Untuk meminimalisir kejahatan tersebut, saya coba beri tiga opsi dalam menghubungi CS online biar kita semua bisa sama-sama mawas diri. Sekaligus terhindar dari kasus penipuan dengan modus yang nggak kreatif-kreatif amat itu.
#1 Hubungi CS via DM (Direct Message)
Cara ini terbilang cukup aman dari serbuan mention akun bodong yang punya tujuan mengintervensi secara serampangan atau mengacaukan konsentrasi para pelapor/pelanggan. Sebab, pesan kita akan langsung sampai ke akun resmi bank atau layanan terkait.
Toh, pada akhirnya, kalaupun kita mention akun resmi, follow up-nya akan melalui DM. Seperti menjelaskan keluhan atau persoalan yang sedang dihadapi secara lebih rinci. Juga mencantumkan beberapa data diri yang dibutuhkan oleh pihak terkait. Jadi, cara ini terbilang straight to the point. Walaupun nggak bisa dimungkiri, pada akhirnya para pelanggan sering kali mesti mention pihak terkait via twit untuk sekadar mengingatkan cek DM.
#2 Hubungi CS via email
Cara kerjanya mirip-mirip seperti kita melakukan pelaporan via DM. Straighr to the point. Awali dengan memperkenalkan diri, lalu sampaikan apa yang ingin ditanyakan, atau jelaskan apa kendala yang sedang dihadapi. Cantumkan beberapa data diri sesuai yang diminta oleh CS untuk pengecekan lebih lanjut.
Cara ini terbilang cukup efektif. FYI, sudah banyak jasa pelayanan, termasuk perbankan, yang menggunakan channel email sebagai salah satu alternatif pusat pelaporan pelanggan. Tenang, petugas CS email di setiap perusahaan ada banyak dan punya SOP sekaligus SLA (Service Level Agreement) tersendiri, kok. Hal tersebut membikin staf CS akan segera memberikan respons sesuai kebutuhan pelanggan.
#3 Hubungi CS via telepon
Cara ini boleh jadi memerlukan effort lebih. Lantaran akan menguras lebih banyak waktu dan biaya—karena kebanyakan layanan CS via telepon biasanya berbayar. Namun, dari sisi efektivitas atas segala pertanyaan dan keluhan, bisa langsung disampaikan (hal ini di luar dari apakah segala persoalan bisa langsung diselesaikan atau butuh estimasi, BTW) kepada CS-nya. Dan tentu saja cara ini bisa meminimalisir aksi para penipu yang kerap mengintervensi pelanggan saat melakukan pelaporan atau menyampaikan keluhan via media sosial.
Satu yang pasti, ketiga opsi tersebut punya satu syarat yang wajib diperhatikan: pastikan alamat email, akun yang dituju, atau nomor telepon yang dihubungi, adalah benar resmi kepunyaan instansi terkait. Jangan sampai terkecoh. Dan jangan lupa, selalu minta nomor trouble ticket untuk melakukan pengecekan secara berkala dan follow up persoalan yang sedang dialami.
Editor: Ciqa
Gambar : Pexels
Comments